1. Komunikasi. Proses ini merupakan suatu proses dimana terdapat pertemuan antara
pengembang aplikasi dan pengguna dan mendefinisikan keseluruhan kebutuhan perangkat lunak, mengidentifikasi kebutuhan yang diketahui dan
skema yang diperintahkan. 2. Perencanaan dan Perancangan
Melalui perencanaan dan pemodelan yang merupakan keseluruhan perancangan desain cepat terfokus kepada representasi aspek perangkat lunak
yang terlihat oleh pengguna seperti disain antar mukaformat tampilan output. Desain cepat akan memandu dalam proses pembuatan prototipe.
3. Pembangunan Prototipe Prototipe menyajikan mekanisme untuk mengidentifikasi kebutuhan
perangkat lunak. 4. Evaluasi user dan feedback
Feedback digunakan untuk menyaring kebutuhan perangkat lunak, iterasi sebagai prototipe beralih untuk melengkapi kebutuhan pengguna dalam waktu
yang sama memungkinkan pengguna lebih mengerti apa yang dibutuhkan.
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Berpikir
Kebakaran hutan yang sering terjadi di Indonesia berkaitan erat dengan dua faktor utama yaitu faktor alam dan faktor manusia. Kemungkinan terdapat
karakteristik yang dapat ditemukan baik pola waktu maupun pola lokasi terjadinya kebakaran yang disebakan kedua faktor utama tersebut.
Karakter waktu dapat ditemukan pada beberapa faktor alami penyebab kebakaran hutan seperti iklim kemarau panjang, petir dan daya alam lainnya.
Adanya kemungkinan bahwa kebakaran hutan terjadi pada musim musim tertentu dan periode bulan tertentu memberi asumsi terdapatnya pola secara temporal
terjadinya kebakaran hutan. Faktor manusia sebagai penyebab kebakaran hutan dipicu oleh kegiatan
perladangan tradisional dari penduduk setempat yang berpindah-pindah, pola perilaku manusia setempat, dan pembukaan hutan oleh para pemegang Hak
Pengusahaan Hutan HPH untuk industri kayu maupun perkebunan kelapa sawit. Terdapat kemungkinan bahwa pembukaan hutan yang dilakukan oleh para
pemegang HPH dan petani tradisional dengan perladangan berpindah pindah dilakukan pada periode waktu tertentu. Misalnya periode waktu dimana kondisi
alam mendukung dilakukannya pembakaran seperti kondisi musim kering, tidak lembab dan sebagainya. Hal ini juga memberikan asumsi bahwa kebakaran hutan
memiliki pola temporal dalam periode waktu tertentu dan spasial pada lokasi lahan para pemegang HPH dan petani tradisional. Meskipun perilaku masyarakat
seperti kebiasaan dalam membakar tanah gambut, semak belukar dan sebagainya muncul sebagai kondisi bebas kapanpun dan dimanapun dapat terjadi kebakaran
hutan. Dari asumsi – asumsi tersebut maka terdapat kemungkinan bahwa kebakarn
hutan memiliki karakter-karakter pola persebaran tertentu secara spatiotemporal. Sangat diperlukan pengenalan pola karakter kebakaran hutan baik itu
secara spasial maupun temporal dalam mengatasi kebakaran hutan. Dimana secara logis berdasarkan Hukum Geografi 1 Tobler hotspot akan mengelompok karena
kedekatan lokasi dan waktu sehingga terdapat kemungkinan bahwa hotspot tidak