Latar Belakang Strategi Promosi Produk Minuman Kesehatan Curma (Temulawak dan Madu) di PT Biofarmaka Indonesia. Skripsi

1 I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, obat-obatan, dan bahan kosmetik. Gaya hidup back to nature, yang berkembang saat ini, menarik masyarakat Indonesia untuk memanfaatkan keanekaragaman hayati tersebut. Hal ini dapat mengangkat kembali budaya Indonesia yaitu meracik jamu dan ramuan obat-obatan tradisional. Jamu dan obat-obatan tersebut diracik dengan menggunakan beragam tumbuhan, akar-akaran, dan bahan alami lainnya, termasuk diantaranya tanaman obat biofarmaka. Potensi back to nature juga mengisyaratkan bahwa tanaman obat semakin penting peranannya dalam pola konsumsi makanan, minuman, dan obat-obatan masyarakat. Biofarmaka tanaman obat didefinisikan sebagai sumber daya alam bioresources yang mempunyai manfaat obat, makanan fungsional dan suplemen diet obat dan nutraceuticals untuk manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungannya. Berdasarkan hasil kajian yang pernah dilakukan sampai tahun 2000, ditemukan sebanyak 1.845 jenis tumbuhan biofarmaka yang tersebar di berbagai formasi hutan Indonesia dan ekosistem alam lainnya Pusat Studi Biofarmaka IPB 2005. Potensi ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat tanaman obat biofarmaka di dunia. Tanaman obat biofarmaka telah dibudidayakan secara tradisional oleh masyarakat dalam jumlah besar maupun kecil. Adapun tanaman obat yang diproduksi di Indonesia adalah jahe, lengkuas, kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng, kejibeling, dringo, kapulaga, temukunci, mengkudupace, dan sambiloto. Pada Tabel 1 dapat dilihat produksi tanaman obat di Indonesia periode 2003 – 2007. Tanaman obat yang paling tinggi diproduksi di Indonesia adalah jahe yang mengalami peningkatan sebesar 39,58 persen dari tahun 2005 sampai tahun 2007 Statistik Produksi Hortikultura 2008. Perubahan peningkatan produksi tanaman obat terbesar terjadi pada tahun 2005 sebesar 47,76 persen. Secara keseluruhan data produksi tanaman obat di Indonesia menunjukkan peningkatan jumlah produksi setiap tahunnya. 2 Tabel 1. Produksi Tanaman Obat di Indonesia Periode 2003 - 2007 Komoditi Produksi Kg 2003 2004 2005 2006 2007 Jahe 125.386.480 104.788.634 125.827.413 177.137.949 178.502.542 Lengkuas 24.588.226 24.298.854 36.292.530 44.369.523 41.619.147 Kencur 19.527.111 22.609.057 35.478.405 47.081.020 48.366.947 Kunyit 30.707.451 40.467.232 82.107.401 112.897.776 117.463.680 Lempuyang 4.684.297 6.025.358 8.896.585 5.773.432 6.308.391 Temulawak 11.761.984 16.666.504 22.582.041 21.359.086 40.800.834 Temuireng 4.490.430 6.174.186 7.724.957 5.607.046 8.186.185 Kejibeling 710.998 699.695 1.348.438 1.902.692 869.599 Dringo 495.277 257.380 417.566 610.103 507.667 Kapulaga 3.563.118 4.218.038 7.179.325 13.144.127 14.526.505 Temukunci 654.864 1.438.138 2.562.532 2.034.690 2.445.674 Mengkudu 1.910.000 3.509.087 9.820.799 12.983.957 14.015.795 Sambiloto 231.024 566.956 2.150.885 2.656.234 1.298.974 Jumlah 228.711.260 231.719.119 342.388.877 447.557.634 474.911.940 Perubahan Peningkatan 1,32 47,76 30,72 6,11 Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura 2008 Pemutakhiran Terakhir Selasa, 23 September 2008 Perkembangan produksi tanaman obat di Indonesia meningkatkan perkembangan penelitian untuk menciptakan produk baru yang berbahan baku alami dari tanaman obat. Peningkatan produksi ini juga menjadikan tanaman obat sebagai salah satu komoditas ekspor di Indonesia. Tanaman obat Indonesia telah diekspor ke berbagai negara seperti Jepang, Australia, Singapura, Malaysia, Thailand, Saudi Arabia, dan United State. Tabel 2 menunjukkan nilai dan volume ekspor tanaman obat Indonesia dari Januari 2002 sampai Agustus 2007. Jahe segar adalah komoditi utama yang memiliki nilai dan volume ekspor terbesar. Nilai ekspor jahe meningkat dari tahun 2002 sampai tahun 2004, sedangkan tahun 2005 sampai tahun 2007 menurun seiring dengan menurunnya volume ekspor jahe segar tersebut. Hal ini disebabkan oleh penurunan harga untuk kategori bahan alam di industri farmasi secara global Kirman C 2008. Berbeda dengan komoditi jahe, beberapa komoditi tanaman obat lainnya seperti Mixtures of spices campuran rempah-rempah, Other spices rempah-rempah lainnya, dan Liquorice roots mengalami peningkatan nilai ekspor setiap tahunnya. Akan tetapi, masih banyak komoditi tanaman obat yang belum mampu 3 menjaga kontinuitas ekspor sehingga nilai dan volume ekspor yang dihasilkan tidak ada. Tabel 2. Nilai dan Volume Ekspor Tanaman Obat Biofarmaka Indonesia [Januari 2002 – Agustus 2007] N o Komoditi Nilai US 000 Volume Ton 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2005 2006 2007 1 Daun Salam 0 2 2 3 8 294 2 10 243 2 Jahe Segar 3578 2880 6840 2175 1898 740 2399 1714 1498 3 Jahe kering 352 996 409 0 0 0 0 0 0 4 Kunyit segar 96 556 41 12 6 2 30 15 4 5 Kunyit lainnya 64 145 1 0 0 0 6 Kunir curcuma segar 26 17 8 0 0 0 0 0 0 7 Campuran rempah- rempah 29 241 577 749 748 252 47 53 139 8 Bumbu kare curry 255 34 84 77 61 43 50 83 28 9 Rempah- rempah lainnya 965 1489 1947 3821 3854 2084 7922 4404 1398 10 Akar Gingseng 0 23 113 118 7 71 523 48 446 11 Other turmeric curcuma 86 304 268 1090 1255 482 1329 2647 763 12 Liquorice roots 54 55 423 469 225 648 572 286 236 13 Temulawak 38 103 12 0 0 0 0 0 0 14 Lada Cubeb pepper 186 128 47 0 0 0 0 0 0 Sumber : Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka 2009 Perkembangan nilai dan volume ekspor tanaman obat di Indonesia menunjukkan bahwa tanaman biofarmaka dapat semakin berkembang di masa yang akan datang. Potensi tanaman obat yang dimiliki Indonesia ini telah dimanfaatkan oleh beberapa industri obat, jamu dan kosmetik dalam negeri, seperti: PT Sido Muncul, Martha Tilaar Group, PT Ny Meneer, PT Mustika Ratu, GP Jamu, PT Jamu Jago, PT Air Mancur, dan PT Vitaher. Selain industri tersebut, tanaman obat juga dimanfaatkan oleh industri kecil obat tradisional IKOT dan industri obat tradisional IOT lainnya. Pada Gambar 1 dapat dilihat perkembangan IKOTIOT di Indonesia yang tercatat pada tahun 1993-2003 telah mencapai 1.100 perusahaan Deptan 2007. G k b o e i m p d p m p m S a p p Gambar 1. Perk keanekaraga bahan kecan obat-obatan ekonomi ya industri ters menimbulka pangsa pasa dituntut unt persaingan. mengemban produk unt mengkomun Strategi pro antara peru perusahaan. persaingan y Perkemba 1993-200 Sumber: Ba embangan aman hayati ntikan. Per tradisional ang mengun sebut. Per an terjadiny arnya. Ole tuk memili Strategi ngkan kualita tuk pelangg nikasikan p omosi yang sahaan dan Strategi pr yang timbul, angan IKOT 03 adan Penelitian industri ini lainnya tela rkembangan , dan keca ntungkan ba rkembangan ya persainga eh sebab itu iki strategi pemasaran as produk, p gan sasaran produk kepa dijalankan konsumen omosi sang terutama ba TIOT di In n dan Pengemb i menunjuk ah dimanfaat industri yan antikan men agi perusaha n IKOT dan an antar per u, setiap pe pemasaran yang dila enetapan ha n saja. N ada konsum perusahaan untuk men at dibutuhka agi perusaha donesia yan bangan Pertani kkan bahwa tkan untuk o ng bergerak nunjukkan a aan yang he n IOT di rusahaan da erusahaan da yang tepa akukan peru arga yang me Namun, pe men melalu n merupakan nyampaikan an perusaha aan yang baru ng tercatat p an, Deptan 20 a tanaman obat-obatan, k di bidang adanya sua endak berge Indonesia j alam memp alam indust at untuk m usahaan tid enarik, dan p erusahaan ju ui kegiatan n saluran k tawaran pr aan untuk m u. 4 pada tahun 007 obat dan jamu, dan kesehatan, atu potensi erak dalam juga dapat ertahankan tri tersebut menghadapi dak hanya penyediaan uga dapat n promosi. komunikasi roduk dari menghadapi 5 Strategi promosi dapat mempertahankan pangsa pasar yang ada dan bahkan mampu meningkatkan pangsa pasar serta memperkuat merek perusahaan di pasar. Bagi perusahaan yang baru, strategi promosi dapat menjadi alat untuk memperkenalkan produk ke dalam pasar sehingga konsumen tertarik untuk melakukan pembelian terhadap produknya. Selain itu, promosi yang dilakukan perusahaan dapat merangsang konsumen untuk menyadari kebutuhan akan produk yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut. Keberhasilan strategi promosi akan menentukan besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan dan posisi produk dibenak konsumen. Oleh karena itu, penelitian mengenai strategi promosi perlu dilakukan di perusahaan yang bergerak dalam industri obat tradisional untuk menghadapi persaingan.

1.2. Perumusan Masalah