3. Audit Kualitas Proses Pengelolaan Pengetahuan Melalui audit proses-proses pengelolaan pengetahuan, dapat diperoleh
gambaran mengenai efektivitas proses-proses pengelolaan pengetahuandi organisasi yang terdiri dari proses akuisisi pengetahuan, proses distribusi
dan berbagi pengetahuan, proses pengembangan dan pemanfaatan pengetahuan, serta proses penyimpanan dan pemeliharaan pengetahuan.
2.6. Organisasi Pembelajar
Organisasi pembelajar adalah organisasi yang memiliki kemampuan untuk selalu memperbaiki kinerjanya secara berkelanjutan dalam siklikal,
karena anggota-anggotanya memiliki komitmen dan kompetensi individual yang mampu belajar dan berbagi pengetahuan pada tingkat superfisial
maupun substansial. Pembelajaran organisasi merupakan suatu proses akumulasi pengetahuan human capital organisasi akibat adanya proses
interaksi antara individu belajar dengan organisasi pembelajar atau karena dorongan lingkungan kerja yang memiliki karakteristik kondusif untuk
terjadinya proses pembelajaran organisasi berbagi pengetahuan antara para organisasi sehingga meningkatkan kualitas kehidupan kerja organisasi
Tjakraatmadja dan Donald, 2006. Menurut Garvin yang dikutip Munir 2008, organisasi pembelajar adalah organisasi yang mampu memfasilitasi
pembelajaran bagi seluruh anggota organisasinya dan mengubah tindakan transform dan menyempurnakan dirinya berdasarkan hasil belajar
anggotanya. Organisasi pembelajar yang efektif, tidak saja mampu melakukan tindakan-tindakan reaktif terhadap perubahan yang terjadi di
lingkungan eksternal, tetapi juga dapat mengantisipasi perubahan dan bahkan memicu perubahan yang menguntungkan di lingkungannya.
2.7. Hubungan antara Kualitas Pembelajaran Organisasi dan Kesiapan Penerapan Manajemen Pengetahuan
Pengetahuan merupakan masukan bagi proses belajar dan keluaran dari proses belajar pembelajaran. Informasi dan pengetahuan yang diterima oleh
seorang manusia akan diproses dalam benak pikirannya, yaitu dimaknakan dan dikombinasikan dengan informasi dan pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya untuk menghasilkan pengetahuan baru. Internalisasi pengetahuan
baru ini akan membuat cara pandang atau sikap dan perilaku manusia tersebut berubah. Oleh sebab itu, manusia yang belajar adalah manusia yang
bersedia dan mampu mengubah perilakunya sebagai hasil pembelajarannya, menjadi manusia yang lebih adaptif dan antisipatif di lingkungan hidupnya.
Menurut Munir 2008, pembelajaran merupakan proses peningkatan kapasitas manusia untuk melakukan tindakan yang efektif. Jadi, kualitas
pembelajaran organisasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi. Jika kualitas pembelajaran organisasi tersebut baik, kinerja
organisasi pun dapat meningkat. Pembelajaran di organisasi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas pembelajaran seseorang. Hal tersebut disebabkan dalam suatu organisasi, hanya manusia yang belajar. Akumulasi
pembelajaran karyawan di organisasi akan mempengaruhi sikap, cara pandang, dan perilaku organisasi dalam menghadapi lingkungan eksternal
dan integrasi lingkungan internalnya. Terdapat lima faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran individu Munir, 2008, yaitu:
1. Adanya kebutuhan pengetahuan Pembelajaran individu dimulai bila seseorang merasa membutuhkan
pengetahuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Kebutuhan akan pembelajaran juga relevan dengan prinsip belajar orang dewasa,
dimana orang dewasa akan belajar bila ia melihat manfaat dari kegiatan pembelajaran bagi dirinya.
2. Adanya akses terhadap pengetahuan Pembelajaran individu akan mudah terjadi bila pembelajar mudah
menemukan pengetahuan yang dibutuhkannya. Akses pada pengetahuan dapat terjadi pada akses pengetahuan eksplisit dan pengetahuan tacit.
Akses pada pengetahuan eksplisit berarti pembelajar memiliki akses pada buku, dokumen laporan penyelesaian proyek, manual, prosedur operasi
standar, video, berbagai artikel, bagan, maupun berbagai dokumen yang ada di internet. Sedangkan akses pada pengetahuan tacit berarti
pembelajar mempunyai kesempatan belajar dari orang lain yang memiliki pengetahuan yang dibutuhkannya. Misalnya melalui pelatihan, penugasan
dalam tim lintas fungsional, magang, rotasi ke unit kerja lain, atau penugasan untuk magang di organisasi berbeda.
3. Adanya pengetahuan prasyarat Ketika proses belajar terjadi, pembelajar akan lebih mudah bila ia telah
memiliki pengetahuan prasyarat yang dibutuhkan untuk memahami pengetahuan yang akan diakuisisi.
4. Kemampuan untuk menyerap pengetahuan Pembelajaran individu akan mudah terjadi bila pembelajar memiliki
kemampuan belajar atau daya serap yang tinggi. 5. Adanya peluang untuk menerapkan pembelajaran
Semakin banyak peluang untuk menerapkan kombinasi antara pengetahuan yang baru diakuisisinya dengan pengetahuan yang sudah
dimilikinya atau semakin kompleks permasalahan yang dihadapi seseorang, akan semakin baik pula kualitas pembelajaran individu yang
terjadi. Terdapat kaitan yang sangat erat antara pengetahuan dengan belajar,
karena pengetahuan adalah produk hasil belajar dan belajar adalah proses untuk menghasilkan pengetahuan Tjakraatmadja dan Donald, 2006. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa manajemen pengetahuan memiliki lingkup kajian untuk menumbuhkembangkan pengetahuan melalui proses belajar sehingga
melalui kualitas pembelajaran organisasi yang direpresentasikan oleh lima faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran individu menurut Munir
2008, dapat dilakukan analisis mengenai seberapa besar hubungan antara kualitas pembelajaran organisasi dan kesiapan penerapan manajemen
pengetahuan pada organisasi tersebut.
2.8. Penelitian terdahulu