suatu hal yang kompleks namun sebenarnya hanya mengetahui sebagian saja dari keseluruhan pengetahuan-pengetahuan proposisi
yang membentuk seluruh hal tersebut. 3. Knowing how merupakan jenis pengetahuan yang paling banyak
dimiliki oleh organisasi saat ini karena berhubungan dengan kemampuan melakukan suatu tugas atau kegiatan. Proses
pembelajaran merupakan bagian penting dari knowing how ini. 4. Know-why merupakan level pengetahuan yang dapat membuat
seseorang atau organisasi mampu memanfaatkan pengetahuan- pengetahuan di tingkat know-what dan know-how untuk
menghasilkan penyempurnaan-penyempurnaan dan inovasi. Teknologi informasi dapat mendukung akuisisi, pengembangan,
dan penyimpanan pengetahuan dari tingkat know-what sampai know-why.
5. Care-why merupakan level pengetahuan yang terletak pada budaya organisasi. Komponen dari pengetahuan di tingkat care-why
terutama terdiri dari nilai-nilai dan keyakinan yang membuat orang bersemangat, fokus, dan kreatif. Care-why dapat menyebabkan
organisasi menunjukkan kinerja prima dan mengungguli pesaingnya.
2.2.3. Alternatif Cara Konversi Pengetahuan
Pengetahuan eksplisit dan pengetahuan terbatinkan tacit berperan sangat penting dalam proses kreasi pengetahuan. Kedua jenis
pengetahuan ini berinteraksi satu sama lain dan berubah dari satu jenis ke jenis lainnya secara dinamis. Nonaka dan Takeuchi yang dikutip
Munir 2008 menyatakan bahwa interaksi dinamis antara satu bentuk pengetahuan ke bentuk lainnya disebut konversi pengetahuan.
Terdapat empat cara konversi pengetahuan, yaitu: 1. Sosialisasi Socialization, merujuk pada konversi pengetahuan
terbatinkan ke pengetahuan terbatinkan. Istilah sosialisasi ini digunakan untuk menekankan pada pentingnya kegiatan bersama
antara sumber pengetahuan dan penerima pengetahuan dalam
proses konversi pengetahuan terbatinkan. Karena pengetahuan terbatinkan sangat dipengaruhi oleh konteksnya dan sulit sekali
diformalkan, maka untuk menularkan pengetahuan terbatinkan dari satu individu ke individu lainnya dibutuhkan pengalaman yang
terbentuk melalui kegiatan-kegiatan bersama. 2. Eksternalisasi Eksternalization, merujuk pada konversi
pengetahuan terbatinkan ke pengetahuan eksplisit. Melalui cara ini, pengetahuan menjadi terkristalkan sehingga dapat didistribusikan
ke pihak lain dan menjadi basis bagi pengetahuan baru. Dalam proses eksternalisasi, pengetahuan terbatinkan diekspresikan dan
diterjemahkan menjadi konsep, hipotesis, diagram, atau model sehingga dapat dimengerti oleh pihak lain.
3. Kombinasi Combination, merujuk pada konversi pengetahuan eksplisit ke pengetahuan eksplisit. Dengan cara ini, pengetahuan
dipertukarkan dan dikombinasikan melalui media seperti dokumen- dokumen, rapat-rapat, percakapan telepon, dan komunikasi melalui
jaringan komputer. Dalam praktiknya, kombinasi bergantung pada tiga proses. Pertama, pengetahuan eksplisit dikumpulkan dari
dalam dan luar perusahaan, kemudian dikombinasikan. Kedua, pengetahuan eksplisit diproses agar dapat lebih bermanfaat bagi
perusahaan. Ketiga, pengetahuan-pengetahuan eksplisit tersebut disebarkan ke seluruh perusahaan melalui berbagai media.
4. Internalisasi Internalization, merujuk pada konversi pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan terbatinkan. Cara ini hampir sama
dengan kegiatan yang disebut belajar sambil melakukan atau learning by doing. Internalisasi pengetahuan digunakan untuk
memperluas, memperdalam, serta mengubah pengetahuan terbatinkan yang dimiliki oleh setiap anggota perusahaan. Bila
pengetahuan berhasil diinternalisasikan ke dalam pengetahuan terbatinkan para individu dalam bentuk model mental bersama,
pengetahuan ini akan menjadi aset yang luar biasa berharga bagi perusahaan.
Keempat model konversi pengetahuan ini sering disebut sebagai spiral SECI untuk menunjukkan bahwa semakin sering proses konversi
pengetahuan itu terjadi, semakin mendalam pula pemahaman individu lihat Gambar 1.
Gambar 1.
Spiral SECI Menggambarkan Empat Cara Konversi Pengetahuan Munir, 2008
2.3. Manajemen Pengetahuan