1.2 Perumusan Masalah
Lamun merupakan tumbuhan air yang memiliki sistem perakaran dan rhizoma yang intensif. Sistem rhizoma membentuk daun lamun menjadi lebat,
sehingga dapat mengurangi gerakan air serta mengendapkan partikel tersuspensi ke dasar perairan. Hasil eksperimen Hendriks et al. 2008 menunjukkan bahwa
sekitar 27 momentum partikel tersuspensi hilang atau turun ke dasar perairan ketika bergesekan dengan daun lamun. Partikel yang mengendap ke dasar
tersebut mengandung bahan organik. Selain itu, lamun dapat pula menghasilkan bahan organik melalui daun lamun yang telah membusuk serta melalui
organisme yang hidup di lamun seperti epifik dan fitoplankton. Bahan organik yang ada di lamun merupakan salah satu unsur pembentuk
nutrien. Nutrien sangat dibutuhkan oleh organisme yang hidup di lamun termasuk makrozoobentos. Selain itu, nutrien sangat dibutuhkan pula oleh lamun
itu sendiri. Bahan organik di lamun mengalami dekomposisi menjadi unsur yang lebih kecil, kemudian diuraikan kembali oleh mikroorganisme menjadi unsur
yang lebih sederhana. Makrozoobentos dapat berperan sebagai penghubung aliran energi dan siklus materi dari produsen ke konsumen tingkat tinggi dalam
perairan. Dengan demikian, makrozoobentos dan lamun secara bersama-sama dapat berperan dalam meningkatkan produktivitas perikanan di wilayah pesisir.
Pulau Barrang Lompo merupakan salah satu pulau dari Kepulauan Spermonde yang terletak di pantai Barat Sulawesi Selatan yang memiliki padang
lamun yang cukup luas. Hamparan padang lamunnya sekitar 44.974 Ha Citra Satelit Landsat 2009. Kondisi lamun tersebut masih cukup baik. Namun, seiring
dengan tingginya aktivitas di perairan dapat menimbulkan tekanan terhadap lamun. Rusak atau hilangnya lamun dapat mengakibatkan menurunnya atau
hilangnya fungsi-fungsi ekologi yang mengarah ke penurunan biodiversitas biota laut, khususnya di perairan pantai serta penurunan produktivitas perikanan. Oleh
karena itu, penelitian mengenai keterkaitan padang lamun sebagai pemerangkap dan penghasil bahan organik dengan struktur komunitas makrozoobentos perlu
dilakukan.
1.3 Tujuan Penelitian