BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Padang lamun merupakan salah satu ekosistem di perairan pesisir yang memiliki produktivitas tertinggi setelah terumbu karang. Produktivitas primer
lamun dapat mencapai 2,7 g Cm
2
hari, sementara terumbu karang hanya mencapai 0,8 g Cm
2
hari Hemminga dan Duarte 2000. Tingginya produktivitas lamun tak lepas dari peranannya sebagai habitat dan naungan
berbagai biota, akar dan rhizomanya yang melekat kuat pada sedimen dapat menstabilkan dan mengikat sedimen, daun-daunnya dapat menghambat gerakan
arus dan ombak sehingga terjadi sedimentasi dari bahan-bahan organik dan mencegah resuspensi zat-zat organik dan inorganik. Selain itu, daunnya
mendukung sejumlah besar epifik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa lamun dapat berperan sebagai penyumbang bahan oganik dan pelindung garis
pantai terhadap erosi di pesisir. Bahan organik merupakan salah satu unsur pembentuk nutrien yang sangat
dibutuhkan oleh organisme. Makrozoobentos merupakan kumpulan organisme yang sebagian atau seluruh hidupnya di dasar perairan yang dapat berperan
sebagai penghubung aliran energi dan siklus materi dari produsen ke konsumen tingkat tinggi dalam perairan. Sebagaimana pernyataan Hutchings 1998 bahwa
hewan bentik Polikhaeta dapat mendaur ulang, bioturbasi sedimen dan pemakan bahan organik.
Proses dekomposisi merupakan hal yang penting di lamun. Proses dekomposisi menghasilkan materi yang langsung dapat dikonsumsi oleh
organisme bentik, sedangkan partikel-partikel serasah di dalam air merupakan makanan pemakan penyaring. Pada gilirannya, hewan-hewan tersebut akan
menjadi mangsa dari karnivora yang terdiri atas berbagai jenis ikan dan invertebrata.
Oleh karena
itu, dapat
dikatakan bahwa
keberadaan makrozoobentos di lamun dapat memungkinkan ekosistem lamun mempunyai
potensi yang cukup besar dalam menunjang produktivitas perikanan di wilayah pesisir.
1.2 Perumusan Masalah