2.1.2.2 Mengurangi Gerakan Air
Lamun dapat pula berperan untuk mengurangi gerakan air, sehingga di bagian bawah air menjadi tenang. Kemampuan lamun dalam mengurangi
gerakan air tergantung pada kepadatan dan ketinggiannya. Sebagaimana pendapat Komatsu et al. 2004 bahwa Enhalus acoroides lebih besar berperan dalam
mengurangi gerakan air dibandingkan dengan Thallasia hemprichii. Pendapat tersebut diperkuat oleh Folkard 2005 bahwa bentuk lamun dapat mengurangi
gerakan air. Penelitian untuk melihat pengaruh kerapatan lamun dalam mengurangi
gerakan arus telah banyak dilakukan. Salah satunya dengan menggunakan lamun buatan artifisial. Jika dibandingkan antara lamun alami dan artifisial, maka
padang lamun artifisial mempunyai persamaan dengan padang lamun alami dalam proses sedimentasi, dimana keduanya dapat meredam gerakan air dan
menjebak bahan-bahan yang tersuspensi dalam massa air, sehingga dapat mengendapkan bahan tersuspensi tersebut, dan lama-kelamaan pengendapan
bahan tersuspensi ini dapat menimbulkan akumulasi sedimen yang berukuran halus pada areal padang lamun. Perbedaan antara padang lamun alami dan padang
lamun artifisial dalam proses sedimentasi adalah terletak pada adanya kemampuan padang lamun alami mengakumulasi material-material yang terendapkan menjadi
substrat sekaligus menstabilkannya, sebab padang lamun alami mempunyai struktur perakaran yang berkembang dan saling menyilang.
Di Pulau Barrang Lompo, penelitian tentang peran lamun artifisial dalam memerangkap partikel tersuspensi pernah dilakukan. Ternyata kepadatan daun
lamun artifisial berpengaruh terhadap kemampuannya memerangkap sedimen, semakin tinggi kepadatan daun lamun artifisial semakin banyak sedimen yang
terperangkap Ukkas et al. 2000. Padang lamun artifisial sekalipun mampu mengakumulasi material-material yang mengendap, tetapi tidak mampu
menstabilkannya, karena lamun artifisial tidak mempunyai sistem perakaran, sehingga diduga bahwa akumulasi sedimen pada dasar perairan di padang lamun
artifisial lebih kecil, sebab bahan-bahan yang telah mengendap di padang lamun artifisial dapat terangkut lagi oleh gerakan air. Jadi, peran lamun alami dalam
mengurangi kecepatan arus dan proses pengendapan partikel tersuspensi sangat penting.
Peran lamun dalam mengurangi gerakan air sangat menguntungkan lamun itu sendiri dan organisme yang hidup di dalamnya. Umumnya gerakan air
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap metabolisme dan daya tahan fisik lamun terhadap lingkungan serta berpengaruh pula pada sedimentasi dan resuspensi
Gacia dan Duarte 2001. Resuspensi berkurang dan perairan menjadi jernih, sehingga dapat dikatakan bahwa lamun dapat mengurangi erosi di wilayah pesisir.
2.1.2.3 Habitat Organisme
Tingginya produktivitas organik dan perairan di sekitarnya menjadi tenang, mengakibatkan banyak organisme yang menjadikan lamun sebagai tempat tinggal
sementara juvenil maupun dewasa. Adapula beberapa organisme memanfaatkan lamun sebagai tempat mencari makan, tumbuh besar dan memijah. Organisme
yang ditemukan di lamun, antara lain berbagai Ikan herbivora, Ikan karang, Penyu, Dugong, Gastropoda, Krustasea, Polikhaeta, dan Ekhinodermata.
Sistem rhizoma dan akar lamun dapat mengikat dan menstabilkan permukaan sedimen, sehingga lamun tumbuh kokoh di dasar perairan. Dasar
perairan yang stabil sangat menguntungkan bagi organisme yang hidup di dasar, seperti makrozoobentos. Adapun daun lamun yang ada di kolom air dapat menjadi
tempat berlindung dan tempat menempel berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan alga serta dapat menutupi organisme yang ada di lamun dari panas matahari.
Betapa besar manfaat yang diperoleh organisme yang hidup di lamun. Hal ini didukung oleh Fredriksen et al. 2010 yang mengatakan bahwa organisme yang
ditemukan di padang lamun dua kali lebih banyak dibandingkan dengan daerah yang tidak memiliki lamun.
Keterkaitan lamun dengan populasi ikan menjelaskan tentang peranan lamun sebagai tempat ikan mencari makan, dalam hal ini lamun di lingkungan
pesisir dalam kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan plankton yaitu: mensuplai makanan dan zat hara ke ekosistem perairan, membentuk sedimen dan
berinteraksi dengan terumbu karang, memberikan tempat untuk berasosiasinya berbagai flora dan fauna dan mengatur pertukaran air Fortes 1989. Selain ikan
bernilai ekonomi, banyak pula organisme lain yang ditemukan di lamun. Menurut Putra 2004 bahwa sekitar 18 famili ikan-ikan karang yang berasosiasi
dengan lamun di Pulau Barrang Lompo. Sementara Kamri 2004 menemukan sekitar 24 spesies Krustasea yang terdiri atas 16 spesies Udang dan 8 spesies
Kepiting yang berasosiasi dengan lamun. Ikan-ikan karang yang berada di padang lamun sebagai penghuni
sementaratransit untuk mencari makan. Sementara ikan-ikan yang merupakan penghuni penuh di padang lamun dan menjadikan padang lamun sebagai tempat
tinggal, yaitu jenis ikan dari famili Gerreidae dan Siganidae. Krustasea yang ditemukan di padang lamun Pulau Barrang Lompo baik jenis Udang maupun
jenis Kepiting merupakan jenis Krustasea yang menjadikan daerah padang lamun sebagai tempat untuk tumbuh dan mencari makan. Krustasea jenis Udang yang
ditemukan lebih banyak berasal dari famili Penaeidae yang kebanyakan bernilai ekonomi dan jenis kepiting yang ditemukan lebih banyak berasal dari famili
Portunidae yang juga bernilai ekonomi Kamri 2004.
2.2 Makrozoobentos
Makrozoobentos merupakan kumpulan banyak organisme yang menjadi bagian dari zoobentos yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar
perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Seperti halnya di ekosistem yang lain, makrozoobentos di lamun berperan sebagai salah satu
mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus materi dari alga planktonik dan lamun sampai konsumen tingkat tinggi. Sebagaimana pernyataan Hutchings
1998 bahwa hewan bentik Polikhaeta dapat mendaur ulang, bioturbasi sedimen dan pemakan bahan organik.
Lamun dapat berperan menjadi penghubung antara kolom air dan sedimen. Hal ini terkait dengan akarnya yang berada di sedimen dan daunnya yang berada
di kolom air. Menurut Baron et al. 2004 bahwa lamun dapat bertindak sebagai penghubung antara komunitas pelagik dan bentik, yaitu dengan menjebak partikel
tersuspensi karbon organik seston. Terdapat hubungan timbal balik antara lamun dengan beberapa organisme yang hidup di sedimen, contohnya Bivalvia. Menurut
Peterson dan Heck 2001 bahwa Bivalvia yang hidup di lamun memiliki ukuran