Habitat Organisme Fungsi dan Peran Lamun

tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan yang hidup di daerah tanpa lamun. Manfaat yang diperoleh lamun dengan adanya Bivalvia yaitu perubahan sedimen dan tingkat nutrien, perubahan morfologi dan produktivitas lamun serta perubahan beban epifit pada daun. Skema hubungan trofik lamun dan beberapa organisme yang hidup didalamnya dapat dilihat Gambar 5. Gambar 5 Skema hubungan trofik dalam sistem padang lamun di Teluk Westernport, Australia Sumber: Mann 2000 . Makrozoobentos yang termasuk jenis Gastropoda, Bivalvia dan Polikhaeta dapat langsung memanfaatkan detritus yang berasal dari plankton dan tumbuhan lamun yang mati, bakteri, dan bahan organik lain yang terakumulasi dalam sedimen atau terkuburterjebak di sela-sela butiran pasir dan lumpur sebagai sumber makanan. Makrozoobentos dapat pula memanfaatkan meiofauna sebagai sumber makanan karena ukurannya lebih kecil. Sebagaimana pendapat Mann 2000 yang menjelaskan bahwa sekitar 5-10 produksi lamun diperkirakan diambil oleh Amphipoda dan Isopoda, 10 dikeluarkan dari area, 75 mati dan menghasilkan bahan organik partikel POM, dan 5 menjadi bahan organik terlarut DOM. Selanjutnya, 20 dari POM diubah bentuknya menjadi DOM selama proses dekomposisi. Bakteri menggunakan 70 POM dan 80 DOM, sedangkan sisanya 10 detritus digunakan oleh pemakan detritus. Lamun mengandung sejumlah besar detritus. Detritus tersebut membantu dalam mendekomposisi bahan organik. Laju dekomposisi serasah daun lamun berbeda-beda tergantung jenisnya. Di Pulau Barrang Lompo, dekomposisi serasah daun Enhalus acoroides lebih tinggi dibandingkan dengan Thalassia hemprichii Supriadi dan Arifin 2005. Daun lamun dapat menyumbang bahan organik melalui serasahnya. Daun lamun yang memanjang seperti pita terjuntai ke bawah dapat pula berperan sebagai jalan bagi makrozoobentos bermigrasi dari sedimen ke daun lamun.

2.3 Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat menjadi faktor yang membatasi kehidupan lamun dan makrozoobentos. Faktor lingkungan tersebut antara lain, suhu, salinitas, oksigen terlarut, pH, nitrat, ortofosfat, total bahan organik, padatan tersuspensi, tekstur sedimen, pasang surut, kecepatan arus, kedalaman perairan.

2.3.1 Suhu

Suhu merupakan faktor fisik yang berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan dan dapat mempengaruhi sifat fisik-kimia perairan serta fisiologi organisme. Suhu dapat menjadi faktor pembatas bagi beberapa fungsi biologi organisme seperti migrasi, pemijahan, kecepatan proses perkembangan embrio serta kecepatan bergerak. Suhu air permukaan di perairan Nusantara kita umumnya berkisar antara 28-31 o C Nontji 2002. Kisaran ini merupakan kisaran yang optimum untuk pertumbuhan lamun dan kehidupan makrozoobentos. Lamun memiliki kisaran pertumbuhan berkisar 28-30 o C Zimmerman 1987 dan suhu yang kritis bagi makrozoobentos berkisar 35-40 o C Hawkes 1978, karena dapat menyebabkan kematian.