untuk membawakan dan membagikan pengetahuan dan kemampuan dimanapun dan kapanpun.
Tanpa kelima subsistem tersebut, organisasi hanya akan memiliki sebagian apresiasi dari proses dan prinsip-prinsip yang diperlukan dalam
mentransformasikan sebuah organisasi yang dalam keadaan belum belajar menjadi sebuah organisasi pembelajar.
Untuk mempercepat proses pembelajaran di lingkungan organisasi, terdapat sepuluh strategi pengelolaan pengetahuan untuk membangun
organisasi pembelajar menurut Marquardt 2002 yaitu: 1. Mendorong dan mengajari seluruh karyawan dalam memanfaatkan
informasi teknologi 2. Mengembangkan penggunaan multimedia dan pembelajaran yang
menggunakan teknologi 3. Menciptakan memperluas interaksi dengan menggunakan video
4. Menggunakan teknologi untuk mendapatkan pengetahuan dari dalam maupun luar organisasi
5. Mengembangkan kompetensi
dan pembelajaran
dengan menggunakan teknologi
6. Menggunakan EPSS yang dimengerti oleh wartawan 7. Merencanakan dan mengembangkan sistem pembelajaran just in
time. 8. Membangun kemampuan dan keahlian penggunaan teknologi
9. Mengembangkan kesadaran dan penghargaan akan teknolohi sebagai alat yang canggih dalam proses belajar
10. Meningkatkan kemampuan manajemen dan staf sumber daya manusia
2.6 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Utami 2009, skripsi dengan judul identifikasi penerapan model sistem organisasi pembelajar pada PT. Taspen Persero cabang Bogor.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi penerapan model sistem organisasi pembelajar pada PT Taspen Persero Cabang Bogor, serta
mengidentifikasi ada atau tidaknya perbedaan persepsi antara pimpinan dan
karyawan PT Taspen Persero Cabang Bogor terhadap penerapan model sistem organisasi pembelajar. Peneliti menggunakan kuesioner Learning
Organization Profile untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, sedangkan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan persepsi antara pimpinan dan
karyawan terhadap penerapan model sistem organisasi belajar, peneliti menggunakan uji kruskal wallis. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil
bahwa keseluruhan tingkat penerapan model sistem organisasi pembelajar pada PT Taspen Persero adalah sebesar 34,35 yang berarti sangat baik
karena telah diatas rata-rata perusahaan yang diteliti oleh Marquardt yang dikutip dari Rahmatunnisa 2000, yaitu rata-rata 22,00. Dari hasil uji
kruskal wallis, nilai p untuk keseluruhan model sistem organisasi pembelajar diperoleh sebesar 0,366 yang berarti lebih besar dari 0,05. Hal
ini menunjukkan tidak adanya perbedaan persepsi mengenai penerapan model sistem organisasi pembelajar di PT Taspen Persero.
Purnama dan Budiharjo 2009 dengan jurnal penelitian yang berjudul peran budaya pembelajaran dan knowledge management terhadap kinerja
perusahaan: studi kasus PT XYZ. Pada jurnal penelitian ini ada beberapa tujuan dilakukannya penelitian yaitu untuk mengidentifikasi budaya
pembelajaran di PT XYZ berdasarkan tujuh dimensi nilai dari Learning organization, mengintervensinya untuk mencapai tujuan yang diharapkan
yaitu meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode field study non experimental dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Intstrumen yang digunakan yaitu Dimensions of Learning organization questionnaires DLOQ dari Marsick dan Watkins 2003. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai budaya pembelajaran di PT XYZ berdasarkan 7 dimensi organisasi pembelajaran, dimensi empowerment masuk kedalam
kategori dimensi yang buruk yang belum mencapai nilai ideal. Sedangkan dimensi yang lain masuk kedalam kategori rata-rata baik walaupun belum
memiliki nilai diatas rata-rata 3,25 – 4,00 sangat baik. Secara keseluruhan diketahui bahwa nilai total dari dimensi organisasi pembelajar adalah
sebesar 2,63 yang masuk kedalam kategori baik minimal. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa persepsi karyawan mengenai aktivitas
pembelajaran PT XYZ lebih kearah single loop Learning adaptive Learning dimana belum tampak generate Learning yang dapat
menumbuhkan knowledge creation. Kesumaningdyah 2010, dengan judul skripsi penerapan organisasi
pembelajar pada Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia LPP RRI Bogor. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui
penerapan seluruh dimensi organisasi pembelajar pada level individu, kelompok, dan organisasi serta menganalisis persepsi antara pimpinan dan
karyawan terhadap penerapan dimensi organisasi pembelajar pada LPP RRI Bogor. Penarikan sample yang digunakan adalah metode purposive serta
metode yang digunakan untuk menganalisis yaitu metode kruskal wallis. Hasil pada penelitian ini dikemukakan bahwa LPP RRI telah menerapkan
dimensi organisasi pembelajar sebesar 41,28 . selain itu juga didapatkan hasil bahwa LPP RRI memiliki nilai 25,92 diatas perbandingan nilai rata-
rata penelitian 500 perusahaan yang dilakukan oleh Marquardt 1996. Hasil uji kruskal wallis menunjukan bahwa nilai P-value adalah 0,331 lebih besar
dari 0,005, maka dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan antara karyawan dan pimpinan dalam penerapan organisasi pembelajar di LPP RRI
Bogor.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Sebuah organisasi perlu menerapkan organisasi pembelajaran agar dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan eksternal
maupun internal disegala bidang agar tetap menjaga eksistensi organisasi tersebut. Bertambahnya jumlah pesaing dibidang pelayanan kesehatan saat
ini menuntut RS Sentra Medika yang mengutamakan potensi sumber daya manusia dan sumber daya pengetahuan untuk melakukan pelayanan kepada
pasien secara prima dengan memaksimalkan penerapan pembelajaran organisasi.
Pada penelitian ini diidentifikasikan penilaian persepsi dan penerapan organisasi pembelajar RS Sentra Medika berdasarkan lima subsistem dari
model sistem organisasi pembelajaran oleh Marquardt 2002. Penelitian ini mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh Marquardt 2002. Marquardt
menjelaskan learning organization model system secara terperinci dari seluruh aspek yang berkaitan dengan seluruh subsistem pembelajaran,
organisasi, manusia, pengetahuan, dan teknologi. Seluruh hal tersebut merupakan hal penting pada industri pelayanan kesehatan yang padat karya,
padat modal, padat pakar, padat teknologi dan padat masalah, lalu menjelaskan keterkaitan antara subsistem tersebut. Marquardt juga telah
menggunakan model sistem tersebut untuk melakukan penelitian terhadap lebih dari 500 organisasi di dunia, sehingga dapat membantu organisasi
tersebut untuk menjadi organisasi pembelajar. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 8 berikut.