2 2
2 2
xy
Y Y
n X
X n
Y X
XY n
r …............................….2
Keterangan : r
xy
=  Korelasi antar X dan Y n   =  Jumlah responden
X  =  Skor masing-masing pertanyaan Y  =  Skor total
b.  Uji Reliabilitas Jika alat ukur dinyatakan sahih, selanjutnya reliabilitas alat ukur tersebut diuji.
Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur  gejala  yang  sama  Umar,  2003.  Reliabilitas  alat  ukur  dalam  bentuk  skala
dapat dicari dengan menggunakan teknik alpha cronbach berikut : 
 
 
 
 
 
 
 
 
2 1
2 11
σ σ
1 1
k k
r ………………...........................………….3
Keterangan : r
11
=  Reliabilitas instrumen K       =  Banyaknya butir pertanyaan
2
    =  Jumlah ragam butir
2 1
        =  Jumlah ragam total Untuk mencari nilai ragam digunakan rumus berikut :
 
n n
X X
 
 
2 2
2
 ...………….....................................……….4
Keterangan : n  =  Jumlah responden
X  =  Nilai skor yang dipilih
3.3.4   Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian  ini  dilakukan  dengan  menggunakan  metode  kuantitatif  dan  kualitatif serta  pendekatan  konsep  –  konsep  manajemen  pemasaran  yang  ada,  yaitu  dengan
menggunakan  model  CDM,  Model  Persamaan  Struktural  yang  dibantu  dengan menggunakan software SmartPLS 2.0 dan Excel 2007.
1.  Consumer Decition Model CDM
Model  dengan  enam  variabel  yang  saling  berhubungan,  yaitu  Pesan  Iklan  F, finding  information,  Pengenalan  Merek  B,  brand  recognition,  Kepercayaan
konsumen C, confidence, Sikap konsumen A, attitude, Niat Beli I, intention dan Pembelian  Nyata  P,  purchase.  Unuk  mengetahui  efektivitas  iklan  dengan
menggunakan  CDM  digunakan  analisis  bentuk  hubungan  dan  analisis  keeratan hubungan.  Pengaruh  langsung  suatu  variabel  independen  terhadap  variabel  dependen
pada  penelitian  sebelumnya  di  telusri  dengan  menggunakan  analisis  regresi  linear sederhana.  Analisis  regresi  yang  digunakan  memperhatikan  prinsip  parsimony,  yaitu
semakin  sederhana  suatu  model  semakin  bagus  model  tersebut  dan  dengan pertimbangan efisiensi dan kemudahan pemahaman model  tersebut dari sisi pengguna
Durianto, 2003. Model populasi yang digunakan adalah: Yi = α + βXi + εi .....................................................................5
Dimana : Yi = variabel dependen
Xi = variabel independen α   = intersep model
β   = koefisien regresi ε   = error term
Pada  persamaan  tersebut  akan  dianalisis  persamaan  regresi  sederhana  antara variabel  informasi  yang  dilihat  di  social  media  F  dengan  pengenalan  merek  B,
informasi  yang  dilihat  di  social  media  F  dengan  kepercayaan  konsumen  C, informasi  yang  dilihat  di  social  media  F  dengan  sikap  konsumen  A.  Pada  ketiga
pesan  tersebut,  variabel  informasi  yang  dilihat  di  social  media  F  menjadi  variabel independen  dan  variabel  B,  C,  dan  A  menjadi  variabel  dependen.  Persamaan  regresi
berikutnya  adalah  persamaan  regresi  antara  variabel  pengenalan  merek  B  dengan kepercayaan  konsumen  C,  pengenalan  merek  B  dengan  sikap  konsumen  A,
dimana variabel B sebagai variabel independen dan variabel C dan A sebagai variabel dependen.  Persamaan  berikutnya  yang  akan  dianalisis  adalah  persamaan  regresi
sederhana antara variabel niat beli I dengan kepercayaan konsumen C, niat beli I dengan  sikap  konsumen  A,  dan  niat  beli  I  dengan  pembelian  nyata  P.  Pada
persamaan ini, variabel niat bei Isebagai variabel dependen  dan variabel C, A, dan P menjadi variabel independen.
Sebagaimana diketahui, sebenarnya path analysis sama dengan analisis regresi, namun  hasil  dari  path  analysis  adalah  koefisien  regresi  yang  sudah  distandarkan
sehingga  bisa  langsung  diketahui  variabel  mana  diantara  variabel  –  variabel  yang dilibatkan yang kontribusinya paling besar memberi kontribusi paling tinggi kepada
variabel terikat Sitinjak, 2006. 2.  Model Persamaan Struktural Stuctural Equation Modeling
Ditinjau  dari  efek  kausal  Model  Persamaan  Struktural  dibedakan  menjadi  dua jenis  model  struktural,  yaitu  recursive  model.  Dalam  recursive  model  semua  efek
kausal  adalah  satu  arah  unidirectional  dan  errors  kesalahan  tidak  berkolerasi. Sedangkan  dalam  non  recorsive  model,  dimungkinkan  adanya  feedback  loop  dengan
errors yang berkolerasi. Pada umumnya variabel latent bebas dimasukkan dalm model tidak  dapat  secara  sempurna  menjelaskan  variabel  latent  terikatnya,  sehingga  dalam
model  strukturalnya  biasanya  ditambahkan  komponen  kesalahan  struktural.  Model pengukuran  menggambarkan  hubungan  variabel  latent  dengan  variabel  –  variabel
teramati atau variabel indikator. Variabel – variabel teramati dari suatu variabel latent tidak  dapat  merefleksikan  variabel  latentnya  secara  sempurna,  dengan  demikian
penambahan  kesalahan  pengukuran  dalam  model  sangat  diperlukan  agar  model pengukuran menjadi lengkap
Sitinjak, 2006. Variabel – variabel dalam model CDM dianalisis  hubungnnya  dengan  menggunakan  model  persamaan  struktural  Structural
Equation  Modeling,  sehingga  dapat  dilihat  apakah  ada  pengaruh  antara  variabel indikator  informasi  pada  social  media  F  sampai  dengan  pembelian  nyata  P.  Jenis
variabel  dalam  model  persamaan  struktural  Kusnaedi,  2008  dapat  dilihat  pada gambar 6 berikut:
Gambar 7. Jenis variabel dalam SEM Sitinjak, 2006
Penerapan SEM mengikuti prosedur umum berikut Sitinjak, 2006: 1.  Spesifikasi model Model Specification
Spesifikasi  model  secara  garis  besar  dijalankan  dengan  menspessifikasi  model struktural.  Spesifikasi  model  pengukuran  model  pengukuran  meliputi  aktivitas
mendefinisikan  variabel  –  variabel  latent,  mendefinisikan  variabel  –  variabel teramati,  dan  mendefinisikan  hubungan  antara  variabel  latent  dengan  variabel  –
variabel  teramati.  Spesifikasi  model  struktural  dilakukan  dengan  mendefinisikan hubungan  kausal  di  antara  variabel  –  variabel  latent.  Tahapan  selanjutnya
menetapkan  gambaran  path  diagram  model  hybrid  yang  merupakan  kombinasi model pengukuran dan struktural.
2.  Identifikasi Identification Tahapan identifikasi dimaksudkan untuk menjaga agar model yang dispesifikasikan
bukan  merupakan  model  under  identified  atau  unidentified  yaitu  model  dimana Variabel dalam
Model Persamaan Struktural SEM
Model Struktural Model Pengukuran
Variabel Laten
Eksogen Variabel
Laten Ekdogen
Variabel Manifes
Ekdogen Variabel
Manifes Eksogen
Diteliti Tidak Diteliti
Variabel Antara
intervening Variabel
Independen Variabel
Dependen Diukur oleh
Diukur oleh
jumlah  parameter  yang  diestimasi  lebih  besar  dari  jumlah  data  yang  diketahui. Terdapat  tiga  kemungkinan  identifikasi  dalam  persamaan  simultan,  yaitu  under
identified, just identified atau over identified. 3.  Estimasi Estimation
Tahapan  ini  ditujukan  untuk  memperoleh  estimasi  dari  setiap  paarameter  yang dispesifikasikan  dalam  model  yang  membentuk  matrik
∑  θ  sedemikian  rupa sehingga parameter menjadi sedekat mungkin dengan nilai yang ada dalam matriks
S  matrik  kovarian  sampel  dari  variabel  teramati.  Matriks  kovarian  sampel  S digunakan untuk  mewakili
∑ matriks kovarian populasi karena matriks kovarian populasi tidak diketahui.
4.  Uji Kecocokan Testing Fit Tahapan  ini  ditujukan  untuk  mengetahui  derajat  kecocokan  atau  Goodness  of  Fit
GOF antara data dan model. Dalam format model – model persamaan struktural, yang  dimaksud  dengan  kesesuaian  model  adalah  kesesuaian  antara  mariks
kovariansi  data  sampel  dengan  mariks  kovariansi  populasi  yang  diestimasi.  Suatu model dikatakan fit, sesuai, atau cocok dengan data apabila matriks kovariansi data
sampel tidak  berbeda dengan  matriks kovariansi  populasi  yang diestimasi. Ukuran derajat kecocokan yang dapat digunakan secara saling mendukung, sebagai patokan
kesesuaian model dalam SEM, sebagai berikut Sitinjak, 2006: a.  Absolute Fit Measure Ukuran Kecocokan Absolut
Menentukan  derajat  prediksi  model  keseluruhan  model  struktural  dan pengukuran terhadap matrik korelasi dan kovarian.
b.  Incremental Fit Measure Ukuran Kecocokan Inkremental Membandingkan model yang diusulkan dengan model dasar yang sering disebut
sebagai null model atau independence model. c.  Parsimonius Fit Measure Ukuran Kecocokan Parsimoni
Mengaitkan  model  dengan  jumlah  koefisien  yang  diestimasi  yakni  yang diperlukan  untuk  mencapai  kecocokan  pada  tingkat  tersebut.  Sesuai  dengan
prinsip  parsimoni  atau  kehematan  berarti  memperoleh  degree  of  fit  setinggi  – tingginya atau setiap degree of freedom.
Tabel 2. Ukuran Goodness of Fit GOF dalam model – model persamaan
struktural.
Ukuran Kecocokan Absolut Ukuran Derajat Kecocokan
Tingkat Kecocokan yang bisa Diterima
Statistic Chi-square dan P-value Mengikuti  uji  statistik  yang  berkaitan  dengan
persyaratan signifikan. Semakin kecil semakin baik. Non-Centrality Parameter NCP
Dinyatakan  dalam  bentuk  spesifikasi  ulang  dari Chi-square. Penilaian didasarkan atas perbandingan
dengan model lain. Semakin kecil semakin baik Scaled NCP SNCP
NCP  yang  dinyatakan  dalam  bentuk  rata-rata perbedaan
setiap observasi
dalam rangka
perbandingan  antar  model.  Semakin  kecil  semakin baik.
Goodness of Fit Index GFI Nilai  berkisar  antara  0-1,  dengan  nilai  lebih  tinggi
adalah lebih baik. GFI ≥ 0,9 adalah good fit.
Root  Mean  Square  Residual RMSR
Residual  rata-rata  antara  matrik  korelasi  atau kovarian teramati  dan  hasil  estimasi. RMRSRMR
≤ 0,05 adalah good fit. Root
Mean Square
Error Approximation RMSEA
Rata-rata  perbedaan  per  degree  of  freedom  yang diharapkan terjadi dalam populasi dan bukan dalam
sampel. RMSEA ≤ 0,08 adalah good fit.
Expected  Cross  Validation  Index ECVI
GOF  yang  diharapkan  pada  sampel  yang  lain dengan  ukuran  yang  sama.  Penilaian  didasarkan
atas  perbandingan  antar  model.  Semakin  kecil semakin baik.
Ukuran Kecocokan Absolut Ukuran Derajat Kecocokan
Tingkat Kecocokan yang bisa Diterima
Tucker-Lewis  Index  atau  Non Normed  Fit  Index  TLI  atau
NNFI Nilai  berkisar  antara  0-1,  dengan  nilai  lebih  tingi
adalah lebih baik. TLI ≥ 0,9 adalah good fit, sedang
0,8 ≤ TLI  0,9 adalah marginal fit.
Normed Fit Index NFI Nilai  berkisar  antara  0-1,  dengan  nilai  lebih  tingi
adalah lebih baik. NFI ≥ 0,9 adalah good fit, sedang
0,8 ≤ NFI  0,9 adalah marginal fit.
Lanjutan Tabel 2.
Ukuran Kecocokan Absolut Ukuran Derajat Kecocokan
Tingkat Kecocokan yang bisa Diterima
Adjusted  Goodness  of  Fit  Index AGFI
Nilai  berkisar  antara  0-1,  dengan  nilai  lebih  tingi adalah  lebih  baik.  AGFI
≥  0,9  adalah  good  fit, sedang 0,8
≤ AGFI 0,9 adalah marginal fit. Incremental Fit Index AFI
Nilai  berkisar  antara  0-1,  dengan  nilai  lebih  tingi adalah lebih baik. IFI
≥ 0,9 adalah good fit, sedang 0,8
≤ IFI  0,9 adalah marginal fit. Comparative Fit Index CFI
Nilai  berkisar  antara  0-1,  dengan  nilai  lebih  tingi adalah lebih baik. CFI
≥ 0,9 adalah good fit, sedang 0,8
≤ CFI 0,9 adalah marginal fit. Parsimonius Goodness of Fit Index
PGFI Spesifikasi  ulang  dari  GFI,  dimana  nilai  lebih
tinggi  menunjukkan  parsimoni  yang  lebih  besar. Ukuran ini digunakan untuk perbandingan  diantara
model-model.
Normed Chi-Square Rasio  antara  Chi-square  dibagi  degree  of  freedom.
Nilai  yang  disarankan:  batas  bawah  =  1.0,  batas atas =  2.0 atau 3.0 dan lebih longgar 5.0.
Parsimonius  Normed  of  Fit  Inddex PNFI
Nilai  tinggi  menunjukkan  kecocokan  lebih  baik; hanya  digunakan  untuk  perbandingan  antar  model
alternatif. Akaike
Information Criterion
AIC Nilai  positif  lebih  kecil  menunjukkan  parsimoni
lebih  baik;  digunakan  untuk  perbandingan  antar model.
Consistent Akaike
Information Criterion CAIC
Nilai  positif  lebih  kecil  menunjukkan  parsimoni lebih  baik;  digunakan  untuk  perbandingan  antar
model. Critical N CN
Estimasi  ukuran  sampel  yang  mencukupi  untuk menghasilkan  suatu  edequate  model  fit  untuk  Chi-
Square  test.  CN    200  mengindikasikan  bahwa sebuah model cukup mewakili sampel data.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN