Analisis Efektivitas Social Media Terhadap Keputusan Pembelian Android menggunakan Model Persamaan Struktural (Studi Kasus Mahasiswa Diploma IPB)

(1)

ANALISIS EFEKTIVITAS SOCIAL MEDIA

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN ANDROID MENGGUNAKAN

MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL

(Studi Kasus Mahasiswa Diploma IPB)

Oleh

WIN FARID ARISKA

H24096064

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(2)

Judul Skripsi : Analisis Efektivitas Social Media Terhadap Keputusan Pembelian Android menggunakan Model Persamaan Struktural (Studi Kasus Mahasiswa Diploma IPB)

Nama : Win Farid Ariska

NIM : H24096064

Menyetujui Dosen Pembimbing,

(Dr. Ir. M Syamsun, M.Sc) NIP.195002271974121001

Mengetahui Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc) NIP. 196101231986011002


(3)

RINGKASAN

WIN FARID ARISKA. H24096064. Analisis Efektivitas Social Media Terhadap Keputusan Pembelian Android Menggunakan Model Persamaan Struktural (Studi Kasus Mahasiswa Diploma IPB). Di bawah bimbingan MUHAMMAD SYAMSUN.

Social media adalah konten berisi informasi, yang dibuat oleh orang yang memanfaatkan teknologi penerbitan, sangat mudah diakses dan dimaksudkan untuk memfasilitasi komunikasi, pengaruh dan interaksi dengan sesama dan dengan khalayak umum. Hal ini biasanya dilakukan melalui Internet dan jaringan komunikasi mobile. Tingginya pengguna social media di Indonesia memacu para produsen untuk membuat iklan atau melakukan promosi termasuk produsen Android.

Salah satu model yang dapat menganalisis efektivitas iklan terhadap pembelian adalah Consumer Decision Model (CDM). CDM adalah model dengan enam variabel yang saling berhubungan yaitu: Pesan Iklan (F, finding information), Pengenalan merek (B, brand recognation), Kepercayaan Konsumen (C, confidence), Sikap Konsumen (A, attitude), Niat Beli (I, intention) dan Pembelian Nyata (P, purchase).

Alur model dalam CDM berawal dari pesan iklan (F) oleh konsumen. Informasi yang diterima dapat menyebabkan tiga kemungkinan pengaruh yang dimulai dari pengenalan merek (B), tingkat kepercayaan (C), atau dari informasi itu yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen menunjukkan kesesuaian yang akan membentuk sikap (A). Kemudian dari pengenalan merek (B) selanjutnya dievaluasi apakah pengenalan tersebut sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen dimana kesesuaian tersebut akan membentuk sikap (A), dan menambah tingkat kepercayaan (C). Pengenalan merek mempunyai sumbangan berupa penguatan terhadap sikap dan keyakinan konsumen terhadap merek yang ditawarkan yang pada akhirnya kesemuanya mampu menimbulkan niat beli (I) dari konsumen. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian yang nyata (P).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas social media android dalam mengkomunikasikan pesannya kepada konsumen dengan menggunakan Model Persamaan Struktural. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu dengan penyebaran kuesioner dan data sekunder. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sofware Social Package for Social (SPSS) 17.0 dan SmartPLS 2.0.

Hasil dari analisis PLS didapat bahwa pengaruh F terhadap B signifikan dengan nilai t sebesar 22,12 lebih besar dari t tabel 1,96. Pengaruh F terhadap C k signifikan karena nilai t lebih kecil dari t tabel (2,83>1,96), begitu juga dengan pengaruh F terhadap A signifikan (2,10>1,96). Pengaruh B terhadap C signifikan (4,84>1,96), pengaruh B terhadap A signifikan (6,49>1,96). C terhadap I berpengaruh signifikan (2,58>1,96), begitu juga dengan pengaruh variabel A terhadap I signifikan (3,59>1,96). Selanjutnya pengaruh variabel I terhadap P berpengaruh signifikan karena nilai t statistiknya lebih besar dari t tabel (14,58>1,96).


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis win Farid Ariska dilahirkan pada tanggal 28Oktober 1986 di Iparbondar. Penulis merupakan anak keempat dari pasangan Banta Ahmad dan Faisah Siddiq Nasution. Penulis mengawali pendidikan formal di SD Muhammadiyah Gunung Tua tahun 1993 hingga 1999. Setelah dari Sekolah Dasar penulis melanjutkan pendidikan SLTP Negeri 1 Panyabungan dari tahun 1999 – 2002. Kemudian tahhun 2002 – 2005, penulis menempuh pendidikan di SMU Negeri 1 Panyabungan.

Penulis masuk IPB melalui jalur USMI pada tahun 2005 pada program Diploma Supervisor Jaminan Mutu Pangan sampai tahun 2008. Penulis melanjutkan ke Program Sarjana Alih Jenis Manajemen pada tahun 2009.


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini mengambil judul “Analisis Efektivitas Social Media Terhadap Keputusan Pembelian Android Menggunakan Model Persamaan struktural (Studi Kasus Mahasiswa Diploma IPB)” dilaksanakan sejak bulan November 2011 hingga Maret 2012. Dengan selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk kemajuan yang lebih baik. penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT.

Bogor, Oktober 2012


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang berkat rahmat dan karunia-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. M. Syamsun, M.Sc. sebagai dosen pembimbing, terima kasih atas kesabarannya dalam membimbing penulis.

2. Seluruh Staf pengajar dan karyawan serta karyawati Departemen Manajemen FEM IPB. 3. Ibunda dan Ayahanda, atas kasih sayang dan pengorbanan Beliau kepada penulis dan sebagai

motivator utama penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini, tidak lupa kepada istri, kakak dan abangku tercinta atas keceriaan dan dukungan yang diberikan.

4. Rekan-rekan seperjuangan di Program Alih Jenis Manajemen angkatan 6, Asep Irfansyah, Rosa Maharani, Vinha Simamora dan Rista Januati, Budi Kurnialis, Rahmat Subagyo yang selalu bersama-sama membuat kenangan indah saat kuliah.

5. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas seluruh kebaikan yang telah diberikan.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Pemasaran ... 10

2.1.1 Segmentasi Pasar, Pasar Sasaran dan Posisi Pasar ... 10

2.1.2 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ... 13

2.2 Komunikasi ... 15

2.2.1 Komunikasi Pemasaran... 15

2.2.2 Pengertian Efektivitas ... 16

2.2.3 Pengertian Social Media ... 16

2.3 Konsumen ... 17

2.3.1 Pengertian Konsumen ... 17

2.3.2 Pengertian Perilaku Konsumen ... 17

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 17

2.3.4 Proses Keputusan Pembelian ... 20

2.4 Pengertian Android ... 24

2.5 Consumer Decision Model ... 24

2.6 Model Persamaan Struktural ... 27

2.7 Hasil Penelitian Terdahulu ... 28

III. METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 30

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 30

3.3 Metode Penelitian ... 31


(8)

3.3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 31

3.3.3 Pengujian kuesioner ... 32

3.3.4 Pengolahan dan Analisis Data ... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 Gambaran Umum Penelitian ... 41

4.2 Karakteristik Responden ... 44

4.2.1 Jenis Kelamin... 44

4.2.2 Tingkat Usia ... 44

4.2.3 Tingkat Pengeluaran... 45

4.2.4 Tempat Tinggal ... 46

4.2.5 Lama Menggunakan Handphone Android ... 47

4.2.6 Jenis Handphone Android ... 48

4.2.7 Alasan Menggunakan Handphe Android ... 48

4.2.8 Tingkat Meng-update Status Via Handphone Android ... 49

4.3 Analisis Efektivitas Social Media Android... 50

4.4 Analisis Model Persamaan Struktural ... 51

4.4.1 Menilai Outer Model atau Measurement Model ... 51

a. Discriminant Validity ... 53

b. Composite Reliability ... 54

4.4.2 Pengujian Model Struktural (Inner Model) ... 54

4.4.3 Pengujian Jalur ... 55

KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

1. Kesimpulan ... 58

2. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60


(9)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Data Penjualan Handphone Berdasarkan Sistem Operasinya ... 2

2 Ukuran Goodness of Fit Dalam Model SEM ... 39

3 Outer Loading (Measurement Model) ... 51

4 Cross Loading ... 53

5 Composite Reliability dan Cronbach Alpha ... 54

6 Nilai R-square ... 55


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 Data 20 Negara Pengguna Twitter... 4

2 Data 25 Negara Terbesar meng-Update di Twitter ... 5

3 Data 20 Negara Pengguna Facebook ... 6

4 Tahap-Tahap Pengambilan Keputusan Pembelian ... 22

5 Consumen Decision Model (CDM) ... 24

6 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 31

7 Jenis Variabel Dalam SEM ... 37

8 Jenis Kelamin Responden Pengguna Android ... 44

9 Tingkat Usia Responden Pengguna Android ... 45

10 Tingkat Pengeluaran Responden Pengguna Android ... 46

11 Tempat Tinggal Responden Pengguna Android ... 47

12 Lama Responden Menggunakan Android... 47

13 Jenis Handphone Android Responden ... 48

14 Alasan Responden Memilih Android ... 49

15 Tingkat Mengupdate Status Via Handphone Android ... 49


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1 Kuesioner ... 63

2 Karakteristik Responden ... 66

3 Uji Validitas ... 68

4 Uji Reliabilitas ... 70

5 Gambar Hasil PLS Algoritma ... 71

6 Gambar Hasil Bootstrapping Algoritma ... 72


(12)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan zaman menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang ada di seluruh dunia. Dengan bertambahnya jumlah produk dan pesaing berarti tidak kekurangan bahan, namun kekurangan konsumen. Ini membuat konsumen menjadi raja konsumen lebih banyak pilihan dan informasi. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi telekomunikasi tidak hanya menjadi instrumen peningkatan efektifitas dan efisiensi bisnis tetapi juga telah menjadi area bisnis yang menggiurkan. Era teknologi telekomunikasi telah melanda sendi-sendi kehidupan manusia, dimana penggunaan teknologi telekomunikasi dalam membantu serta meringankan pekerjaan sangat dibutuhkan. Era teknologi telekomunikasi menjadi area bisnis yang banyak diperebutkan pelaku usaha karena potensi luar biasa yang dikandungnya. Salah satu prduk teknologi telekomunikasi yang saat ini dipasarkan adalah handphone.

Seiring dengan berkembangnya teknologi, masyarakat Indonesia khususnya yang hidup di wilayah perkotaan mulai mengalami perubahan gaya hidup. Bagi mereka, HandPhone (HP) atau ponsel tidak hanya digunakan sebagai alat telepon atau sms saja, tetapi mereka juga sudah memperhatikan fitur-fitur lainnya yang mulai terdapat pada semua jenis dan tipe handphone yang beredar dipasaran. Selain itu, merek handphone pun sudah menjadi pilihan gaya hidup mereka.


(13)

Tabel 1. Data penjualan smartphone di dunia berdasarkan sistem operasinya.

Company

2010 2009

Units

Market Share

(%) Units

Market Share (%)

Symbian 111.576,7 37,6 80.878,3 46,9

Android 67.224,5 22,7 6.798,4 3,9

RIM 47.451,6 16,0 34.346,6 19,9

iOS 46.598,3 15,7 24.889,7 14,4

Microsoft 12.378,2 4,2 15.031,0 8,7

Other Oss 11.417,4 3,8 10.432,1 6,1

Total 296.646,6 100,01 172.376,1 100,0

Sumber : Gartner (2011)

Berikut adalah poin-poin yang menarik dari data di atas:

 Android menanjak dari dengan angka yang cukup mengesankan dari tahun 2009. Market share Android naik sekitar 888,8% dari tahun lalu dan dengan cepat mengalahkan competitor-kompetitor mereka.

 Nokia symbian masih merajai market share OS smartphone walaupun mengalami penurunan market share. Namun begitu, penjualan smartphone berbasis symbian masih meningkat dibanding tahun lalu. Dan juga, ada kemungkinan symbian tahun ini akan menanggalkan gelar raja di pasar smartphone apalagi setelah kerja sama Nokia dengan Microsoft.

 Microsoft walaupun system operasi mobile terbaru mereka, Windows Phone 7 mendapat banyak review positif namun market share mereka malah turun jauh. Penjualan smartphone berbasis OS dai Microsoft di platform smarphone akan menanjak atau tidak setelah bekerja sama dengan Nokia1.

Dalam dua tahun terakhir, OS Android telah banyak digunakan oleh berbagai produk smarphone dan handheld lainnya termasuk juga PC Tablet. Begitu pula di Indonesia, mobile

1


(14)

dengan sistem operasi android pun telah beredar luas karena memang selain produk mobile dari Blackberry dan Apple (memiliki OS tersendiri : iOS dan Blackberry OS), umumnya gadget terbaru menggandeng Android sebagai system operasinya. Bagi sebagian orang, Android adalah hal yang asing, karena selama ini di Indonesia sudah terlebih dahulu nyaman dengan Symbian. Kemudian disusul dengan ledakan Blackberry yang menggunakan Blackberry OS nya. Kedua OS tadi memang cukup akrab dengan konsumen di Indonesia.

Sistem operasi Android adalah sebuah sistem operasi untuk mobile berbasis Linux. Untuk lebih jelasnya mengenai Android, berikut adalah kutipan singkat dari Wikipedia. Android adalah system operasi untuk telepon seluler yang berbasis Linux. Android menyediakan platform terbuka bagi para pengembang buat menciptakan aplikasi mereka sendiri untuk digunakan oleh bermacam peranti bergerak. Cepatnya perubahan teknologi juga berdampak pada media yang digunakan oleh pelaku pemasar. Pemasaran yang pada awalnya hanya melakukan promosi dengan televise atau media cetak, kini hal tersebut berubah. Pelaku pemasaran juga harus mempertimbangkan khalayak pengguna social media. Social Network atau yang biasa disebut jejaring sosial adalah jaringan interaksi sosial dan hubungan pribadi diantara individu-individu yang berlainan. Dengan pengaruh penggunaan IT saat ini, jejaring social berkembang menjadi suatu situs (website) yang didedikasikan atau suatu aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi satu sama lain dengan mem-posting informasi, komentar, pesan, gambar, dan lain-lain.

Perkembangan jejaring sosial yang sangat pesat ditandai dengan banyaknya kemunculan media jejaring sosial (social media), diantaranya seperti layanan MySpace, Friendster, Facebook, Twitter, LinkedIn, Meebo, dan lain-lain. Apabila dilihat dari jumlah pengguna, saat ini Sosial Media di Indonesia dikuasai oleh dua pemain besar, yaitu Facebook dan Twitter. Pengguna kedua layanan ini kecenderungannya meningkat dari tahun ke tahun.

Data dan fakta pengguna jejaring sosial Twitter Indonesia. Tweeple atau Tweep adalah sebutan untuk pengguna jejaring sosial Twitter. Menurut data yang dilansir situs Semiocast Dot Com, jumlah tweeps di Indonesia sebanyak 19,5 juta orang. Jumlah tersebut menempati posisi kelima dunia setelah Amerika Serikat (sekitar 107 juta pengguna), Brasil (33 juta pengguna), Jepang (29 juta pengguna), dan Inggris (24 juta pengguna).

Semiocast telah menganalisis 383 juta profil pengguna Twitter yang dibuat sebelum 1 Januari 2012. Analisis tersebut juga mengungkapkan bahwa dengan 107.7 juta akun yang


(15)

dibuat sebelum 1 Januari 2012, Amerika Serikat sekarang hanya mewakili 28,1% dari seluruh pengguna Twitter. Namun demikian, jejaring sosial tersebut tetap sangat aktif di negara asalnya. Pada bulan Desember 2011 saja, sekitar 5.6 juta pengguna baru diciptakan dari Amerika Serikat.

Hal lain yang menarik, Jepang menjadi bahasa yang paling banyak digunakan kedua di Twitter, setelah bahasa Inggris. Di bawah Indonesia, peringkat 6 hingga 10 masing-masing ditempati: India dengan 13 juta pengguna, Meksiko 11 juta pengguna, Filipina 8 juta pengguna, Spanyol 8 juta pengguna, dan Kanada 7 juta pengguna.

Gambar 1. Data 20 negara pengguna twitter terbesar (semiocast.com, 2011)

Sementara itu, data yang dirilis situs A World of Tweets Dot Com menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga terbanyak di dunia dalam menulis tweet (kicauan), yakni sebesar 11,39%. Peringkat pertama diduduki Amerika Serikat dengan jumlah tweet sebanyak 27%, dan peringkat kedua dipegang Brazil dengan tweet sebesar 24 %.


(16)

Di bawah Indonesia, Inggris dengan 6% dan Belanda sebesar 4%. Namun demikian, untuk tingkat benua Asia, Indonesia bertengger di posisi jawara tweet dengan meraih 53,97%, disusul Jepang 14,5%, Malaysia 8,96%, Korea Selatan 4,36% dan Turki 4,08%.

Data-data dari A World of Tweets Dot Com tersebut diperoleh berdasarkan rekaman total jumlah tweet seluruh dunia sejak November 2010.

Gambar 2. Data 25 negara terbesar meng update di twitter (a world of tweets.com, 2011) Hal yang menarik yang bisa dicermati dari data dan fakta pengguna Jejaring Sosial Twitter di Indonesia adalah: Pertama, pangsa pasar menggiurkan. Jumlah pengguna Twitter di Indonesia sebesar 19,5 juta orang, diakui atau tidak merupakan pangsa pasar menggiurkan. Maka tidak heran berbagai produsen mulai kelas teri hingga kakap berlomba-lomba menggarap potensi ekonomi besar ini. Strategi dan taktik agar merek (brand) produk mereka tertanam kuat adalah urusan masing-masing. Namun demikian, tujuan akhirnya tiada lain agar produk-produk mereka laku di pasaran. Sekurang-kurangnya menjadi referensi.

Dibandingkan dengan pengguna Facebook Indonesia yang telah mencapai 43,06 juta (data terakhir situs Socialbakers Dot Com terlampir), dan mereka berasal dari kalangan bawah hingga atas. Sementara pengguna Twitter Indonesia memiliki karakteristik khusus. Kebanyakan dari mereka adalah kelas menengah ke atas yang cukup mandiri dalam ekonomi. Banyak pula di antaranya gemar berganti-ganti gadget terbaru. Informasi


(17)

mengenai munculnya gadget-gadget terbaru acap bersliweran di Twitter, yang disadari atau tidak menjadi referensi agar memiliki gadget terbaru itu.

Gambar 3. Data 20 negara pengguna facebook terbesar (semiocast.com, 2011).

Kedua, pengguna Twitter Indonesia cerewet. Berkaitan dengan poin dua di atas, suka atau tidak suka, sesungguhnya pengguna Twitter Indonesia itu cerewet. Hal-hal kecil, misalnya, belum sarapan saja bisa menjadi tweet. Hampir setiap pertemuan mulai dari kongkow di warung kopi hingga cafe elit, pertemuan RT, rapat-rapat kepanitiaan dan sebagainya, pengguna Twitter Indonesia sibuk dengan gadget ponselnya asyik twitteran2.

Pengguna jejaring sosial memungkinkan pengguna melakukan perubahan (update), baik itu informasi, status, content, dan lain-lain, setiap saat secara online dengan

2


(18)

menggunakan IT sebagai media penyampainnya. Hal yang membuat jejaring social banyak diminati adalah dimungkinkannya berhubungan dengan banyak pihak tidak terkendala dengan factor jarak dan sehingga promosi yang dilakukan tidak lagi menekankan persaingan pada pasar melainkan persaingan yang sebenarnya berada pada benak konsumen. Sebuah merek yang memiliki karakter merek yang kuat akan membentuk loyalitas yang tinggi. Untuk dapat masuk dalam benak konsumen suatu merek harus memiliki karakter merek yang kuat.

Lingkungan bisnis bergerak sangat dinamis, serta mempunyai ketidakpasian paling besar. Oleh karena itu, perusahaan dituntut bersaing secara kompetitif dalam hal meciptakan dan mempertahankan konsumen waktu dan hanya membutuhkan usaha dan sumber daya yang minimal, yaitu cukup dengan tersedianya media IT dan koneksi internet.

Tingginya penggunaan social media di Indonesia menjadikan peluang yang cukup besar bagi para pemasar untuk dapat mempromosikan produknya yang loyal (secara lebih spesifik disebut pelanggan), dan salah satunya adalah melalui perang antar merek. Perusahaan semakin menyadari merek menjadi faktor penting dalam persaingan dan menjadi aset perusahaan yang bernilai. Promosi yang dilakukan pemasar melalui social media bertujuan agar mendapatkan tingkat penjualan yang tinggi. Peran pemilik untuk dapat mengontrol mereknya untuk tetap menciptakan karakter dari merek yang dipromosikan, sehingga harapannya promosi yang dilakukan pada social media dapat efektif sampai pada benak konsumen.

1.2. Perumusan Masalah

Promosi melalui social media merupakan salah satu bentuk komunikasi pemasaran yang cukup efaktif dan murah. Perusahaan tidak perlu mengeluarkan anggaran yang besar untuk melakukan promosi tersebut, promosi ini didapatkan gratis dari para konsumen yang telah mengkonsumsi produk mereka. Komunikasi pemasaran ini sangat ampuh meningkatkan jumlah penjualan suatu produk, karena konsumen cenderung akan menginformasikan mengenai produk yang telah dikonsumsinya secara jujur sehingga dapat mempengaruhi orang lain dalam melakukan proses keputusan pembelian. Selain itu, dilihat dari data dimana penggunaan social media di Indonesia yang cukup besar dapat mempengaruhi tingkat penjualan android yang dari tahun ke tahun semakin meningkat. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian ini, yaitu:


(19)

- Bagaimana efektivitas social media pada pemasaran android dalam mengkomunikasikan pesannya kepada konsumen dengan menggunakan Model Persamaan Struktur?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksakannya penelitian ini adalah:

- Menganalisis efektivitas social media android dalam mengkomunikasikan pesannya kepada konsumen dengan menggunakan Model Persamaan Struktur

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan sebagai berikut:

1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan dalam bidang pemasaran, terutama sebagai acuan studi tentang bagaimana menganalisa efektifitass social media dalam suatu proses keputusan pembelian, juga untuk memberikan sumbangan informasi yang dapat menambah pengetahuan bagi pembacanya.

2. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dibidang manajemen pemasaran khususnya mengenai promosi melalui social media dan keputusan pembelian serta melatih kemampuan menulis untuk mengaplikasikan teori-teori yang sudah didapatkan saat perkuliahan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada menganalisis Efektivitas Social Media pada Pemasaran Android dengan Menggunakan Model Persamaan Struktural.


(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas (Kotler, 2004). Pemasaran merupakan ujung tombak keberhasilan suatu usaha. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, sebuah perusahaan diharuskan untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat. Dengan mengunakan strategi pemasaran yang tepat, suatu perusahaan dapat menempati posisi yang kuat dalam persaingan.

Menurut Rangkuti (2006) pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas.

2.1.1 Segmentasi Pasar, Pasar Sasaran, dan Posisi Pasar a. Segmentasi Pasar

Kotler dan Keller (2009) segmentasi pasar terdiri dari sekelompok pelanggan yang memiliki sekumpulan kebutuhan dan keinginan yang serupa.

1. Segmentasi geografi

Segmentasi geografis memerlukan pembagian pasar menjadi berbagai unit geografis seperti Negara, Negara bagian, wilayah, kabupaten, kota, atau lingkungan sekitar. Perusahan dapat beroperasi di satu atau beberapa daerah, atau beroperasi di seluruh daerah, sambil tetap memberikan perhatian pada variasi lokal.

2. Segmentasi demografi

Segmentasi demografi merupakan pembagian pasar ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan variable-variabel demografi, seperti usia, jenis kelamin, jumlah keluarga, daur hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras dan kebangsaan. Variabel-variabel demografi merupakan dasar paling populer untuk membedakan kelompok-kelompok konsumen. Satu alasan adalah bahwa


(21)

tingkat keinginan, polihan dan pemakaian konsumen seringkali selalu dikaitkan dengan variable-variabel demografi. Alasan lain adalah bahwa variable-variabel demografi lebih mudah untuk mengukur daripada kebanyakan variable lain. Berikut ini akan digambarkan bagaimana variable-variabel demografi tertentu telah diterapkan pada segmentasi pasar.

- Tingkat usia dan daur hidup

Keinginan dan kapasitas konsumen berubah seiring dengan bertambahnya usia. Bahkan anak-anak usia enam bulan berbeda dengan anak-anak usia tiga bulan dalam potensi mereka berkonsumsi

- Jenis kelamin

Segmentasi jenis kelamin telah lama diterapkan dalam pakaian, tata rambut, kosmetik dan majalah. Kadang-kadang para pemasar lain akan memperhatikan sebuah kesempatan untuk membeat segmentasi berdasarkan jenis kelamin

- Pendapatan

Praktek segmentasi ini sudah lama sekali dijalankan perusahaan. Produk yang dikelompokkan untuk segmentasi jenis ini mobil, rumah dan lain-lain.

- Segmentasi berdasarkan lebih dari satu variable demografi

Segmentasi jenis yang demikian sering sekali dipakai perusahaan. Misalkan segmentasi ini merupakan penggabungan antara pendapatan, usia dan jenis kelamin.

3. Segmentasi psikografis

Psikografis adalah ilmu untuk menggunakan psikologi dan demografi guna lebih memahami konsumen. Dalam segmentasi psikografi, pembeli dibagi menjadi berbagai kelompok berdasarkan sikap psikologis/kepribadian, gaya hidup atau nilai.

4. Segmentasi perilaku

Dalam segmentasi perilaku ini konsumen dibagi kedalam kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan atau tanggapan mereka terhadap sebuah produk. Banyak pemasar berpendapat bahwa variable perilaku merupakan titik awal terbaik untuk membuat segmen-segmen pasar.


(22)

Kejadian dapat didefinisikan berdasarkan waktu hari, bulan, tahun, atau berdasarkan aspek temporer kehidupan konsumen yang didefinisikan dengan baik. Kita dapat membedakan pembeli menurut kejadian ketika mereka memiliki kebutuhan, membeli produk, atau menggunakan produk.

- Manfaat

Tidak semua orang yang membeli produk menginginkan manfaat yang sama dari produk tersebut.

- Status pengguna

Semua produk mempunyai nonpengguna, mantan pengguna, pengguna potensial, pengguna pertama, dan pengguna teratur. Perusahaan besar yang mencari bagian pasar yang tinggi biasanya lebih tertarik kepada calon pemakai sedangkan perusahaan kecil biasanya lebih suka mempertahankan pemakai tetapnya supaya tidak lari ke perusahaan lain.

- Tingkat penggunaan

Pasar dapat disegmentasikan menjadi pengguna produk kelas ringan, menengah, dan berat. Pengguna berat sering kali hanya menduduki persentase pasar yang kecil tetapi memiliki persentase total konsumsi yang tinggi.

- Status loyalitas

Pemasar biasanya membayangkan empat kelompok berdasarkan status loyalitas merek:

a) Loyalitas berat, konsumen yang hanya membeli satu merek sepanjang waktu

b) Loyalitas yang terbagi, konsumen yang loyal kepada dua atau tiga merek c) Loyalitas yang bergeser, konsumen yang beralih loyalitas dari satu merek

ke merek lain

d) Orang yang suka berpindah, konsumen yang tidak memperlihatkan loyalitas kepada merek apapun.

b. Pasar Sasaran

Apabila perusahaan telah mengidentifikasi peluang pada tiap segmen pasarnya, maka selanjutnya perusahaan harus mengevaluasi beragam segmen dan memutuskan berapa berapa banyak segmen dan segmen mana yang akan dibidik. Proses mengevaluasi segmen pasar yang berbeda, perusahaan harus memperhatikan faktor


(23)

daya tarik segmen secara keseluruhan serta faktor tujuan dan sumber daya perusahaan (Kotler dan Amstrong, 2004). Penentuan pasar sasaran yakni tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar untuk dimasuki atau dilayani berdasarkan potensi laba segmen tersebut dan kesesuaiannya dengan strategi korporat perusahaan (Tjiptono, 2008). c. Posisi Pasar

Menurut Kotler dan Amstrong (2004), setelah perusahaan memutuskan segmen – segmen pasar yang akan dimasuki, haruslah diputuskan posisi apa yang harus ditempati dalam segmen tersebut. Posisi produk adalah cara produk didefiisikan oleh konsumen berdasarkan makna tempat suatu produk, merek, atau sekelompok produk di dalam benak konsumen, relatif terhadap penawaran pesaingnya. Positioning suatu produk menuntut perusahaan untuk menanamkan keunikan manfaat dan diferensiasi merek ke dalam benak konsumen.

2.1.2 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang diunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasaran di pasar sasaran (Kotler, 2002). Bauran pemasaran (marketing mix) yaitu empat keputusan bagi sebuah merek yang saling terkait meliputi product, price, place, dan promotoin:

a. Product

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Menurut Tjiptono (2008) produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari,, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan, baik intangible maupun tangible.

b. Price

Harga adalah nilai barang atau jasa dalam bentuk uang. Harga juga mengkomunikasikan posisi nilai yang dimaksudkan oleh perusahaan kepada pasar tentang produk dan mereknya. Harga merupakan satu – satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lain menyebabkan timbulnya biaya. Harga juga merupakan unsur bauran pemasaran ang bersifat fleksibilittas, artinnya dapat diubah dengan cepat (Tjiptono, 2008).


(24)

Tempat atau saluran distribusi merupakan serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan produk siap untuk dikonsumsi oleh konsumen. Pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (Tjiptono, 2008).

d. Promotion

Kordinasi semua penjual dalam memulai suatu usaha untuk menyediakan saluran informasi dan persuasi untuk menjual barang dan jasa atau mempromosikan sebuah ide.

2.2. Komunikasi

Komunikasi adalah proses dimana pemikiran dan pemahaman disampaikan antar individu, atau antara organisasi dengan individu (Shimp, 2003). Komunikasi juga diartikan kedalam suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui sistem yang biasa (lazim) baik dengan simbol – simbol, sinyal – sinyal, maupun perilaku atau tindakan. Pengertian komunikasi ini paling tidak melibatkan dua orang atau lebih dengan menggunakan cara – cara berkomunikasi yang biasa dilakukan oleh seseorang seperti melalui lisan, tulisan, maupun sinyal – sinyal nonverbal (Purwanto, 2003). Bentuk komunikasi dibagi menjadi dua bagian yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang lazim digunakan untuk meyampaikan pesan – pesan bisnis kepada pihak lain melalui tulisan maupun lisan dan memiliki struktur yang teratur dan terorganisasi dengan baik. Komuikasi non verbal memiliki sifat yang kurang terstruktur sehingga sulit untuk dipelajari seperti komunikasi menggunakan gerakan – gerakan tubuh, bahasa tubuh sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain (Purwanto, 2003).

2.2.1 Komunikasi Pemasaran

Menurut Tjiptono (2008), Komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima,


(25)

membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Terdapat lima cara dari komunikasi pemasaran yang utama atau sering disebut bauran komunikasi (Durianto, 2003), yaitu:

1. Advertising (Periklanan), yaitu semua bentuk penyajian nonpersonal, promosi, dan ide tentang barang atau jasa yang dibayar oleh suatu sponsor.

2. Sales Promotion (Promosi Penjualan), yaitu berbagai bentuk insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan konsumen untuk mencoba atau membeli suatu produk atau jasa.

3. Public relation (Hubungan Masyarakat dan Publisitas), yaitu berbagai macam program untuk memelihara, menciptakan, dan mengembangkan citra perusahaan atau merek sebuah produk.

4. Personal Selling (Penjualan Pribadi), yaitu interaksi langsung dengan satu atau beberapa calon pembeli dengan melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan menerima pesanan.

5. Direct Marketing (Pemasaran langsung), yaitu penggunaan surat, telepon, faksimili, e-mail, dan alat komunikasi nonpersonal lainnya untuk melakukan komunikasi secara langsung dari para pelanggan dan calon pelanggan.

2.2.2 Pengertian Efektivitas

Efektivitas adalah kemampuan untuk menentukan tujuan yang memadai atau bisa diartikan melakukan hal yang tepat, sedangkan efisiensi berarti kemampuan untuk meminimalkan penggunaan sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi atau melakukan sesuatu yang tepat (Stoner, 1996).

2.2.3 Pengertian Social Media

Menurut Thoyibie (2010), Social media adalah konten berisi informasi, yang dibuat oleh orang yang memanfaatkan teknologi penerbitan, sangat mudah diakses dan dimaksudkan untuk memfasilitasi komunikasi, pengaruh dan interaksi dengan sesama dan dengan khalayak umum. Hal ini biasanya dilakukan melalui internet dan jaringan komunikasi mobile.

Social media marketing adalah proses mempromosikan produk atau bisnis melalui saluran media sosial, merupakan bagian dari word of mount marketing, dan merupakan strategi pemasaran yang efektif dan murah untuk dilakukan. Social media marketing merupakan keterlibatan komunitas online untuk menghasilkan peluang meningkatkan


(26)

penjualan. Social media merupakan alat yang paling sederhana tapi dengan efek yang sangat luar biasa.

2.3. Konsumen

2.3.1 Pengertian Konsumen

Kotler (2005) mendefinisikan konsumen sebagai individu atau kelompok yang berusaha memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa yang dipergunakan untuk kehidupan pribadi atau kelompoknya. Berdasarkan pasal 1 ayat 2 Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 mengenai perlindungan konsumen, menerangkan bahwa konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lainn, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

2.3.2 Pengertian Perilaku Konsumen

Schiffman dan Kanuk dalam Samuel (2004), menjelaskan bahwa perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan konsumen dalam pencarian akan pembelian, penggunaan, pengevaluasian, dan penggantian produk dan jasa yang diharapkan dapat memuaskan kebutuhan konsumen.

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Sementara perilaku konsumen itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1. Faktor Sosial

a. Group

Sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak grup-grup kecil dimana orang tersebut berada dan mempunyai pengaruh langsung yang disebut membership group. Membership group terdiri dari dua, meliputi primary group (keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja) dan secondary group yang lebih formal dan memiliki interaksi rutin yang sedikit (kelompok keagamaan, perkumpulan professional dan serikat dagang). (Kotler, et.al, 2003)


(27)

Keluarga memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku pembelian, pengaruh suami, istri dan anak dalam memiliki peran yang cukup besar dalam menentukan keputusan pembelian produk dan servis yang berbeda.

c. Roles and Status

Sebuah role terdiri dari aktivitas yang diharapkan pada seseorang untuk dilakukan sesuai dengan orang-orang di sekitarnya. Tiap peran membawa sebuah status yang merefleksikan penghargaan umum yang diberikan oleh masyarakat (Kotler dan Amstrong, 2006).

2. Faktor Personal a. Economic Situation

Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan terhadap keputusan pembelian produk, contohnya rolex diposisikan konsumen kelas atas sedangkan timex dimaksudkan untuk konsumen menengah. Situasi ekonomi seseorang sangat mempengaruhi pemilihan produk dan keputusan pembelian pada suatu produk tertentu (Kotler dan Amstrong, 2006).

b. Lifestyle

Pola kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan dan opini orang tersebut. orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas social dan pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda (Kotler dan Amstrong, 2006).

c. Personality and Self Concept

Personality adalah karakteristik unik dari keadaan psikologi seseorang yang mengacu kepada kestabilan dan respon terus menerus terhadap lingkungan seseorang (Kotler dan Amstrong, 2006)

d. Occupation

Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Contohnya, pekerja konstruksi sering membeli makan siang dan catering yang datang ke tempat kerja. Bisnis eksekutif, mambeli makan siang dari full service restoran, sedangkan pekerja kantor membawa makan siangnya dari rumah atau membeli restoran cepat saji terdekat (Kotler, et.al, 2003)


(28)

3. Faktor Psichological a. Motivation

Motivasi (dorongan) adalah keadaan diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebenarnya perilaku konsumen dimulai dengan adanya motif/ motifasi (Kotler, et.al, 2003).

b. Perception

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasi dan menerjemahkan informasi untuk membentuk sebuah gambaran yang berarti dari dunia. Seseorang dapat membentuk berbagai macam persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama (Kotler, et.al, 2003).

c. Learning

Pembelajaran adalah suatu proses yang selalu berkembang dan berubah sebagai hasil dari informasi terbaru yang diterima (mungkin didapatkan dari membaca, diskusi, observasi, berpikir) atau dari pengalaman sesungguhnya, baik informasi terbaru yang diterima maupun pengalaman pribadi yang bertindak sebagai feedback bagi individu dan menyediakan dasar bagi perilaku masa depan dalam situasi yang sama. proses belajar pada suatu pembelian dapat terjadi apabila konsumen ingin menanggapi dan memperoleh kepuasan atau sebaliknya tidak terjadi apabila konsumen dikecewakan oleh produk yang kurang baik.

d. Belieftrkans and Attitude

Beliefs adalah pemikiran deskrispsi bahwa seseorang mempercayai sesuatu. Beliefs dapat didasarkan pada pengetahuan asli, opini dan iman (Kotler & Amstrong, 2006). Sedangkan attitude adalah evaluasi perasaan suka atau tidak suka, dan kecenderungan yang relative konsisten dari seseornag pada sebuah obyek atau ide (Kotler dan Amstrong, 2006).

4. Faktor Cultural

Culture (kebudayaan)adalah nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari seseorang melalui keluarga dan lembaga penting lainnya. Culture, mengkompromikan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari seseorang secara terus-menerus dalam sebuah lingkungan (Kotler, et.al, 2003).


(29)

2.3.4 Proses Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh perilaku konsumen. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini (Engel, 1994).

Peter dan Olson (1999) mengemukakan bahwa inti dari pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternative dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku. Kotler (1996) mengungkapkan bahwa seseorang mungkin dapat memiliki peranan yang berbeda-beda dalam setiap keputusan pembelian. Berbagai peranan yang mungkin terjadi antara lain sebagai berikut:

1. Pengambil inisiatif (initiator), yaitu orang yang pertama-tama menyarankan atau memikirkan gagasan membeli produk atau jasa tertentu.

2. Orang yang mempengaruhi (influence), yaitu orang yang pandangan atau nasihatnya diperhitungkan dalam membuat keputusan akhir.

3. Pembuat keputusan (decider), yaitu seseorang yang akan menentukan keputusan mengenai produk yang akan dibeli, cara pembayaaran, tempat melakukan pembelian. 4. Pembeli(buyer), yaitu seseorang yang melakukan pembelian.

Pemakai (user), yaitu seseorang atau beberapa orang yang menikmati atau memakai produk atau jasa. Henry Assael (1995) merumuskan bahwa perilaku pembelian yang dilakukan oleh konsumen dapat dibedakan menjadi empat tipe, yaitu sebagai berikut:

1. Perilaku pembeli yang kompleks

Keterlibatan konsumen dalam proses pemilihan dan pembelian produk sangat tinggi. Keterlibatan konsumen dalam proses pemulihan dan pembelian akan menjadi semakin tinggi apabila produk yang akan dibeli merupakan produk berharga tinggi, jarang dibeli, berisiko, sangat berkesan dan informasi yang dimiliki konsumen mengenai produk tersebut sedikit. Pemasar perlu membedakan cirri-ciri yang mencolok dari mereknya. Perincian tersebut dapat dilakukan melalui media cetak yang dapat menggambarkan produk mereka dengan lengkap melalui katalog belanja.


(30)

Keterlibatan konsumen dalam proses pemilihan serta pembelian produk tinggi, namun konsumen akan melakukan proses pembelian dengan waktu yang lebih cepat karena perbedaan dalam hal merek tidak terlalu diperhatikan. Pemasar harus dapat memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi pilihan konsumen terhadap merek, seperti harga, lokasi dan tenaga penjual. Selain itu, komunikasi pemasaran yang baik juga diperlukan sebagai factor yang dapat menimbulkan kepercayaan dari konsumen terhadap produk dan agar konsumen merasa telah menentukan pilihan yang tepat. 3. Perilaku membeli berdasarkan kebiasaan

Keterlibatan konsumen dalam proses pembelian ini relative kecil. Selain itu tidak terdapat perbedaan yang mencolok antar berbagai merek dalam kategori produk sejenis, sehingga pemasar dapat memanfaatkan promosi harga dan penjualan agar konsumen tertarik untuk membeli produk tersebut.

4. Perilaku pembeli yang mencari keragaman

Keterlibatan konsumen dalam proses pembelian relative kecil, namun terdapat perbedaan yang mencolok antar berbagai merek. Dalam kondisi ini loyalitas konsumen kecil karena konsumen sering kali berganti-ganti merek dalam kategori produk sejenis. Perpindahan merek tersebut terjadi karena konsumen merasa tidak puas akan produk tersebut.

Proses keputusan pembelian dapat melewati lima tahapan proses pembelian (Kotler, 2005)yaitu:

Su

Gambar 4. Tahap-tahap pengambilan keputusan pembelian (Kotler, 2005) 1. Tahap pengenalan masalah

Merupakan tahap pertama dalam suatu proses pembelian, konsumen mulai mengenal adanya suatu masalah atau kebutuhan. Sejauh mana suatu produk dapat memenuhi harapan konsumen selama konsumen dapat pula mempengaruhi pengenalan kebutuhan dan juga kepuasan konsumen terhadap produk tersebut. Pada saat suatu produk dapat memenuhi kebutuhan konsumen, maka keadaan yang actual dan yang diinginkan akan Pengenalan

m asalah

Pencarian inform asi

Evaluasi alt ernat if

Keput usan pem belian

Perilaku set elah pem belian


(31)

selaraas. Namun sebaliknya, suatu produk yang kurang memenuhi kebutuhan konsumen akan mengakibatkan keadaan actual yang menyimpang dari keadaan yang diinginkan dan hal ini akan mencetuskan pengenalan kebutuhan ketika pembelian ulang dilakukan oleh konsumen.

2. Pencarian informasi

Seorang konsumen yang terdorong kebutuhannya mungkin juga akan mencari informasi tentang produk yang akan memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalahnya. Konsumen dapat memperoleh informasi dari banyak sumber. Sumber informasi konsumen antara lain:

1). Sumber pribadi (keluarga, teman)

2). Sumber komersial (periklanan, tenaga penjual) 3). Sumber public (media elektronik, media cetak)

Pengaruh relative dari sumber informasi ini beraneka ragam menurut kategori produk dan karakteristik pembelian.

3. Evaluasi alternative

Konsumen sebelum melakukan tahap pembelian akan suatu produk juga melihat alternative lainnya yang dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhannya. Konsumen akan memilih pada atribut yang akan memberikan manfaat yang dicari.

4. Tahap keputusan pembelian

Konsumen akan menentukan pilihan serta bentuk niat pembelian setelah melalui tahap-tahap sebelumnya, konsumen biasanya akan membeli produk yang paling dapat memnuhi kebutuhannya. Konsumen juga dapat menunda atau menghindari keputusan pembelian jika resiko yang dihadapi besar bila membeli produk tersebut.

5. Konsumen akan mengevaluasi produk yang dibelinya apakah memuaskan atau tidak, jika memuaskan dan sesuai dengan harapan konsumen maka ada kemungkinan ia akan kembali membeli produk tersebut.

Perspektif pengambilan keputusan menekankan pendekatan pemrosesan informasi yang rasional terhadap perilaku pembelian konsumen. Pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan disebut need arousal (Sutisna, 2003). Jika sudah disadari adanya kebutuhan dan keinginan, maka konsumen akan mencari informasi mengenai keberadaan produk yang diinginkannya. Proses pencaarian informasi


(32)

ini akan dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang berhubungan dengan produk yang diinginkan. Dari berbagai informasi yang diperoleh konsumen melakukan seleksi atas alternative-alternatif yang tersedia. Proses seleksi inilah yang disebut sebagai tahap evaluasi informasi. Dengan menggunakan berbagai kriteria yang ada dalam benak konsumen, salah satu merek produk dipilih untuk dibeli. Bagi konsumen yang mempunyai keterlibatan tinggi terhadap produk yang diinginkannya, proses pengambilan keputusan akan mempertimbangkan berbagai hal.

2.4. Pengertian Android

Android adalah sistem operasi untuk telepon seluler yang berbasis Linux. Android menyediakan platform terbuka bagi para pengembang buat menciptakan aplikasi mereka sendiri untuk digunakan oleh bermacam peranti bergerak.

2.5. Consumer Decision Model

Consumer Decision Model (CDM) merupakan salah satu model yang dapat menganalisis efektivitas sebuah iklan terhadap pembelian. Consumer Decision Model (CDM) adalah suatu model dengan enam variabel yang saling berhubungan yaitu: Pesan Iklan (F, finding information), Pengenalan merek (B, brand recognation), Kepercayaan Konsumen (C, confidence), Sikap Konsumen (A, attitude), Niat Beli (I, intention) dan Pembelian Nyata (P, purchase), (John Howard A, dalam Durianto, 2003). Consumer Decision Model (CDM) merupakan proses pembedaan dan pengelompokkan bentuk – bentuk pikiran konsumen, sebagaimana terlihat pada gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5. Consumer Decision Model (CDM) (Durianto, 2003).

F B

A C


(33)

Alur model tersebut berawal dari penerimaan informasi atau pesan iklan (F) oleh konsumen. Informasi yang diterima dapat menyebabkan tiga kemungkinan pengaruh yang dimulai dari pengenalan merek oleh konsumen (B), tingkat kepercayaan (C), atau dari informasi itu yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen menunjukkan kesesuaian yang akan membentuk sikap (A). Kemudian dari pengenalan merek (B) selanjutnya dievaluasi apakah pengenalan tersebut sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen dimana kesesuaian tersebut akan membentuk sikap (A), dan menambah tingkat kepercayaan (C). Pengenalan merek mempunyai sumbangan berupa penguatan terhadap sikap dan keyakinan konsumen terhadap merek yang ditawarkan yang pada akhirnya kesemuanya mampu menimbulkan niat beli (I) dari konsumen. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian yang nyata (P).

1. Pesan Iklan (Information)

Pesan iklan yang ideal menurut Kotler dalam Durianto (2003), harus mampu menarik perhatian (attention), mempertahankan ketertarikan (interest), membangkitkan keinginan (desire), dan menggerakkan tindakan (action). Pesan dalam iklan seharusnya dapat menyatakan sesuatu yang dibutuhkan dan penting dalam suatu produk, menginformasikan sesuatu yang dibutuhkan dan penting dalam suatu produk, menginformasikan sesuatu yang eksklusif yang tidak ada pada produk lain sejenis, dapat dipercaya, dan dapat dibuktikan. Menurut Howard dalam Durianto (2003), pesan iklan dalam Consumer Decision Model (CDM) merupakan variabel tertentu dari I P C A F B keenam variabel. Consumer Decision Model (CDM) menunjukkan bahwa pesan iklan dapat menyebabkan calon pembeli mengenal suatu merek, mengevaluasi suatu merek – merek yang dibutuhkan calon pembeli, menentukan sikap dan mengukur seberapa besar kepuasan konsumen terhadap suatu merek serta atribut – atribut lainnya dari suatu produk.

2. Pengenalan Merek (Brand Recognition)

Pengenalan merek sangat penting untuk mengetahui sampai sejauh mana pembeli mengetahui ciri – ciri suatu merek. Pegenalan ini memungkinkan terbentuknya sikap terhadap merek atau meningkatkan keyakinan konsumen pada suatu merek. Dalam hal ini, pengenalan merek merupakan pengenalan atribut merek secara fisik, seperti warna, ukuran, dan bentuk sehingga kemasan dan desain produk sangat penting.


(34)

3. Sikap Konsumen (Attitude)

Sikap konsumen adalah faktor penting yang mempengaruhi keputusan konsumen. Sikap menunjukkan apa yang konsmen sukai dan tidak disukai. Dapat dikatakan bahwa sikap merupakan respon evaluaif. Respon hanya akan dapat timbul jika individu dihadapkan pada suatu rangsangan yang menghendaki adanya reaksi individu. Respon evaluatif merupakan bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap yang muncul yang didasari proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap rangsangan dalam bentuk nilai baik dan buruk, menyenagkan dan tidak menyenangkan, positif dan negatif, yang kemudian akan menjadi potensi dan reaksi pada suatu objek. Sikap juga dapat diartikan sebagai evaluasi terhadap rangsangan yang ada. Rangsangan tersebut dapat berupa pesan iklan yang ditampilkan melalui iklan televisi. Kemampuan iklan untuk menciptakan sikap yang menukung terhadap produk sering tergantung pada sikap konsumen. Iklan yang diminati secara menguntungkan dapat menghasilkan sikap yang lebih positif terhadap produk. Iklan yang tidak diminati dapat mengurangi minat pembelian produk.

4. Kepercayaan Konsumen (Confidence)

Menurut Durianto (2003), kepercayaan konsumen adalah bagaimana pembeli dapat yakin akan keputusan mereka terhadap suatu merek, apakah produk tersebut dapat memuaskan kebutuhan konsumen atau tidak. Kepercayaan konsumen dapat meningkat jika calon pembeli sudah mendapatkan keterangan yang jelas yang didapat konsumen dari pesan iklan (informasi) yang ditayangkan televisi secara berulang – ulang, brosur, pemasaran langsung, dan lainnya.

5. Niat Beli (Intention)

Niat untuk membeli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Niat beli merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Pengetahuan akan niat beli sangat diperlukan para pemasar untuk mengetahui niat konsumen terhadap suatu produk maupun untuk memprediksi perilaku konsumen di masa mendatang.


(35)

6. Pembelian Nyata (Purchace)

Pembelian nyata merupakan saat konsumen membayar atau membuat surat hutang dalam jumlah tertentu untuk membeli suatu produk pada waktu tertentu. Pembelian nyata muncul karena konsumen sudah mempunyai niat untuk membeli suatu produk. Pembelian nyata merupakan sasaran akhir Consumer Decision Model (CDM), baik untuk konsumen yang baru pertama kali membeli ataupun untuk konsumen yang melakukan pembelian ulang. Berdasarkan pendekatan CDM, pengukuran efektivitas iklan digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel F (pesan iklan), B (pengenalan merek), C (keyakinan konsumen), I (niat beli) dan A (sikap konsumen) terhadap pembelian nyata (P) suatu merek atau produk dan juga untuk mencari informasi, apakah terdapat variabel antara dan variabel bukan antara dari B (pengenalan merek), C (keyakinan konsumen), I (niat beli), dan A (sikap konsumen) yang dapat mempengaruhi F (pesan iklan) terhadap P (Pembelian nyata).

2.6. Model Pemasaran Struktural

Menurut Santoso (2007), SEM adalah teknik statistik multivariat yang merupakan kombinasi antara analisis faktor dan analisis regresi (korelasi), yang bertujuan untuk menguji hubungan – hubungan antara variabel yang ada pada sebuah model, baik itu antara indikator dengan konstruknya ataupun hubungan antara konstruk. SEM adalah model persamaan regresi ganda dengan tujuan menguji model pegukuran dan model struktural (Kusnaedi, 2008). Model persamaan struktural merupakan suatu teknik statistik yang mampu menganalisis variabel latent, variabel indikator dan kesalahan pengukuran secara langsung. Dengan model ini dapat mampu menganalisis hubungan antara variabel latent dengan variael indikatornya, hubungan antara variabel latent yang satu dengan variabel latent yang lain, juga mengetahui besarnya kesalahan pengukuran. Stuctural Equation Modeling (SEM) termasuk kedalam multivariat statistic dependensi yang memungkinkan dilakukannya analisis satu atau lebih variabel independen dengan satu atau lebih variabel dependen. Dalam SEM dikenal tiga jenis model, yaitu model struktural (structural model), model pengukuran (measurement model) dan model hybrid (full SEM model) yang merupakan gabungan model struktural dan model pengukuran (Sitinjak, 2006).


(36)

2.7. Hasil Penelitian Terdahulu

Yuliawati (2011), dalam penelitiannya mengenai analisis efektivitas social media dan faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian es krim wall’s magnum berdasarkan gender (studi kasus mahasiswa program diploma IPB), dari hasil yang diperoleh dengan menggunakan alat analisis Consumer decision Model (CDM) dan korelasi karonik menunjukkan bahwa informasi yang disampaikan melalui social media menjadi lebih efektif mempengaruhi pembelian nyata konsumen mahasiswi melalui tiga variabel perantara, yaitu pengenalan merek (B), kepercayaan konsumen (C), dan sikap konsumen (A), dan faktor – faktor yang paling mempengaruhi terhadap pembelian nyata es krim Wall’s Magnum adalah faktor wiraniaga, ukuran kemasan, dengan bobot karonik dan loading diatas 0,5. Sedangkan pada konsumen mahasiswa informasi yang diperoleh melalui social media menjadi lebih efektif mempengaruhi pembelian konsumen melalui variabel kepercayaan konsumen (C) saja, serta yang menjadi faktor yang mempengaruhi pembelian nyata adalah faktor keluarga, manfaat penggunaan dan variasi rasa.

Penelitian yang dilakukan Sulaeman (2011) adalah mengenai pengukuran analisis model struktural dan analisis diskriminasi es krim Wall’s magnum pada konsumen pengguna social media (studi kasus mahasiswa program strata 1 IPB). Berdasarkan hasil analisis CDM dan analisa struktur model dapat disimpulkan bahwa pengguna efekivitas social media es krim Wall’s Magnum dalam mengkomunikasikan informasinya kepada konsumen dengan menggunakan metode analisis model struktural dapat diketahui bahwa penginformasian yang dilakukan oleh Wall’s Magnum di social media menjadi lebih efektif dengan melewati variabel antara pengenalan merek (B), sikap konsumen (A) dan niat beli (I) hingga tercipta pembelian nyata (P).

Putrika (2011), dalam penelitiannya mengenai efektivitas social media pada pemasaran es krim Wall’s magnum dengan menggunakan model persamaan struktural (studi kasus mahasiswa program diploma IPB). Berdasarkan hasil mengenai efektivitas social media pada pemasaran es krim Wall’s Magnnum yaitu komunikasi pemasaran dikatakan efektif melalui sosial media dengan penyebaran informasi tentang es krim Wall’s Magnum dengan model CDM sehingga mempengaruhi variabel – variabel sampai dengan pembelian nyata, dengan bantuan analisis model persamaan struktural. Penyebaran


(37)

informasi yang dilakukan di sosial media (F) mengenai pemasaran es krim Wall’s Magnum mampu secara efektif sampai dengan mempengarui pembelian nyata (P) dengan melalui variabel antara pengenalan merek (B) es krim Wall’s Magnum sehingga menciptakan kepercayaan konsumen (C) dan sikap konsumen (A) terhadap es krim wall’s Magnum, variabel ini mendorong terbentuknya niat beli konsumen (I) terhadap es krim Wall’s Magnum sehingga tercipta pembelian nyata (P) terhadap es krim Wall’s Magnum tersebut. Dari model yang digunakan (CDM) yang dianalisis dengan metode persamaan struktural informasi yang diperoleh dari social media dapat meningkatkan pembelian es krim Wall’s Magnum.


(38)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Dimulai dari peluncuran Android yang pertama pada sekitar tahun 2008 sampai dengan sekarang, produk Android sangat diminati oleh masyarakat dikarenakan aplikasi dan penambahan fitur yang terus diperbaharui dan memudahkan konsumen untuk menggunakannya. Android juga merupakan produk yang mudah digunakan untuk orang yang baru menggunakannya.

Dilihat dari segi harga, harga produk Android cukup bervariasi sehingga dapat terjangkau oleh berbagai kalangan. Dengan segala kelebihan dan fitur yang terdapat didalam Android, membuat ponsel pintar ini mampu bersaing dengan pesaing-pesainganya seperti Nokia mapun Apple.

Pemasaran Android sangat luas, dilihat dari segi distribusi Android memasarkan produknya secara global dan mendunia, dengan banyaknya ponsel keluaran terbaru yang menggunakan aplikasi ini tentunya kita dapat mudah mendapatkan ponsel Android di pasaran. Pemesanan ponsel ini bisa melalui internet atau secara langsung datang ke counter resmi maupun distibutor-distributor di sekluruh wilayah Indonesia.

Dilihat dari segi promosi Android adalah sebuah brand yang kuat dan terkenal, dan Android sangat familiar hampir di seluruh kalangan. Promosi-promosi yang gencar dilakukan oleh Android baik melalui iklan, media cetak maupun internet, dapat menaikan jumlah penjualan produk ini, kerjasama dengan google, tentu membuat branding dan posisi pemasaran Android semakin kuat dan juga kerja sama dengan ponsel-ponsel yang menggunakan aplikasi Android, sehingga kita dapat mudah menemukannya dipasaran, provider ponsel berbasis Android juga melakukan strategi pemasaran dengan memberikan diskon-diskon kepada konsumen pada periode tertentu, Android juga menjadi beberapa sponsor untuk event-event tertentu. Pemasaran yang dilakukan pada social media dinilai cukup efektif karena peningkatan penggunaan sosial media diseluruh dunia yang selalu meningkat dari tahun ke tahun, cara pemasaran ini dirasa cukup jitu karna masyarakat yang melihat tayangan tersebut akan tertarik dan merasa mempunyai kebanggan tersendiri jika menggunakan produk Android tersebut.

Dengan melihat latar belakang tersebut dapat diambil sebuah kerangka pemikiran sebagai berikut :


(39)

Gambar 6. Kerangka pemikiran penelitian

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kampus Diploma IPB Cilibende. Waktu dan pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April. Pengambilan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner, dan wawancara.

3.3. Metode Penelitian 3.3.1 Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung atau observasi, wawancara dengan pihak manajemen dan penyebaran kuesioner bagi para pelanggan sebagai responden. Pertanyaan dalam kuesioner terdiri dari pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup, pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang memberikan kebebasan

Produk Android

Komunikasi Pemasaran

Social Media

Efektivitas Social Media Android

CDM (Consumer Decision Model)

F = Pesan Iklan A = Sikap konsumen

B = Pengenalan Merek I = Niat Beli

C = Kepercayaan konsumen P = Pembelian Nyata

Model Persamaan Struktur

Rekomendasi Kebijakan

F B

C A


(40)

jawaban sesuai dengan keinginan responden. Sedangkan pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang jawabannya telah disediakan, sehingga responden hanya dapat memilih salah satu alternatif jawaban yang menurutnya paling sesuai.

Data Sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain yang dapat diperoleh dari berbagai sumber studi literatur diantaranya; Buku-buku, internet, tabloid, majalah, jurnal dan hasil-hasil penelitian terdahulu.

3.3.2 Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan contoh yang digunakan adalah secara nonprobability sampling sehingga probabilitas masing – masing anggota tidak diketahui. Dengan cara ini semua elemen populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Metode yang digunakan adalah metode convenience sampling. Sampel ini digunakan untuk mendapatkan unit sampel menurut kemudahan dalam memperoleh responden. Pada umumnya, peneliti menggunakan metode ini untuk memperoleh daftar pertanyaan dalam jumlah besar dan lengkap secara cepat dan hemat dimana penentuan responden berdasarkan pada ketersediaan sampel menjadi responden. (Kuncoro, 2003).

Jumlah sampel yang di gunakan adalah sebanyak 57, jumlah tersebut didapat dari 100 kuesioner yang di sebar dan yang memenuhi screening question sebanyak 57. Jumlah tersebut sudah memenuhi syarat minimum (30 sampel) utuk dapat diolah menggunakan software smart PLS.

3.3.3 Pengujian Kuisioner

Penilitian ini menggunakan uji kuisioner seperti uji validitas dan uji reliabilitas. Hal ini dilakukan agar kuisioner yang digunakan memang akurat dan layak untuk disebarkan kepada responden. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16 dan MINITAB 14. a. Uji Validitas

Setelah kuesioner akhir terbentuk, langkah awal yang dilakukan adalah menguji validitas kuesioner. Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana suatu alat pengukur (instrumen) mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2003). Uji validitas digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r) antara data pada masing-masing pertanyaan dengan skor total. Teknik yang dipakai untuk menguji validitas kuesioner adalah teknik korelasi product momentpearson berikut :


(41)

 

    2 2 2 2 xy Y Y n X X n Y X XY n r …...….(2)

Keterangan : rxy = Korelasi antar X dan Y

n = Jumlah responden

X = Skor masing-masing pertanyaan Y = Skor total

b. Uji Reliabilitas

Jika alat ukur dinyatakan sahih, selanjutnya reliabilitas alat ukur tersebut diuji. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2003). Reliabilitas alat ukur dalam bentuk skala dapat dicari dengan menggunakan teknik alpha cronbach berikut :

               

2

1 2 11 σ σ 1 1 k k

r ………...………….(3)

Keterangan : r11 = Reliabilitas instrumen

K = Banyaknya butir pertanyaan

2

= Jumlah ragam butir 2

1

= Jumlah ragam total Untuk mencari nilai ragam digunakan rumus berikut :

n n X X

 2 2 2

...…………...……….(4)

Keterangan : n = Jumlah responden X = Nilai skor yang dipilih 3.3.4 Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif serta pendekatan konsep – konsep manajemen pemasaran yang ada, yaitu dengan menggunakan model CDM, Model Persamaan Struktural yang dibantu dengan menggunakan software SmartPLS 2.0 dan Excel 2007.


(42)

Model dengan enam variabel yang saling berhubungan, yaitu Pesan Iklan (F, finding information), Pengenalan Merek (B, brand recognition), Kepercayaan konsumen (C, confidence), Sikap konsumen (A, attitude), Niat Beli (I, intention) dan Pembelian Nyata (P, purchase). Unuk mengetahui efektivitas iklan dengan menggunakan CDM digunakan analisis bentuk hubungan dan analisis keeratan hubungan. Pengaruh langsung suatu variabel independen terhadap variabel dependen pada penelitian sebelumnya di telusri dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana. Analisis regresi yang digunakan memperhatikan prinsip parsimony, yaitu semakin sederhana suatu model semakin bagus model tersebut dan dengan pertimbangan efisiensi dan kemudahan pemahaman model tersebut dari sisi pengguna (Durianto, 2003). Model populasi yang digunakan adalah:

Yi = α + βXi + εi ...(5) Dimana :

Yi = variabel dependen Xi = variabel independen α = intersep model β = koefisien regresi ε = error term

Pada persamaan tersebut akan dianalisis persamaan regresi sederhana antara variabel informasi yang dilihat di social media (F) dengan pengenalan merek (B), informasi yang dilihat di social media (F) dengan kepercayaan konsumen (C), informasi yang dilihat di social media (F) dengan sikap konsumen (A). Pada ketiga pesan tersebut, variabel informasi yang dilihat di social media (F) menjadi variabel independen dan variabel B, C, dan A menjadi variabel dependen. Persamaan regresi berikutnya adalah persamaan regresi antara variabel pengenalan merek (B) dengan kepercayaan konsumen (C), pengenalan merek (B) dengan sikap konsumen (A), dimana variabel B sebagai variabel independen dan variabel C dan A sebagai variabel dependen. Persamaan berikutnya yang akan dianalisis adalah persamaan regresi sederhana antara variabel niat beli (I) dengan kepercayaan konsumen (C), niat beli (I) dengan sikap konsumen (A), dan niat beli (I) dengan pembelian nyata (P). Pada persamaan ini, variabel niat bei (I)sebagai variabel dependen dan variabel C, A, dan P menjadi variabel independen.


(43)

Sebagaimana diketahui, sebenarnya path analysis sama dengan analisis regresi, namun hasil dari path analysis adalah koefisien regresi yang sudah distandarkan sehingga bisa langsung diketahui variabel mana diantara variabel – variabel yang dilibatkan yang kontribusinya paling besar (memberi kontribusi paling tinggi) kepada variabel terikat (Sitinjak, 2006).

2. Model Persamaan Struktural (Stuctural Equation Modeling)

Ditinjau dari efek kausal Model Persamaan Struktural dibedakan menjadi dua jenis model struktural, yaitu recursive model. Dalam recursive model semua efek kausal adalah satu arah (unidirectional) dan errors (kesalahan) tidak berkolerasi. Sedangkan dalam non recorsive model, dimungkinkan adanya feedback loop dengan errors yang berkolerasi. Pada umumnya variabel latent bebas dimasukkan dalm model tidak dapat secara sempurna menjelaskan variabel latent terikatnya, sehingga dalam model strukturalnya biasanya ditambahkan komponen kesalahan struktural. Model pengukuran menggambarkan hubungan variabel latent dengan variabel – variabel teramati atau variabel indikator. Variabel – variabel teramati dari suatu variabel latent tidak dapat merefleksikan variabel latentnya secara sempurna, dengan demikian penambahan kesalahan pengukuran dalam model sangat diperlukan agar model pengukuran menjadi lengkap(Sitinjak, 2006). Variabel – variabel dalam model CDM dianalisis hubungnnya dengan menggunakan model persamaan struktural (Structural Equation Modeling), sehingga dapat dilihat apakah ada pengaruh antara variabel indikator informasi pada social media (F) sampai dengan pembelian nyata (P). Jenis variabel dalam model persamaan struktural (Kusnaedi, 2008) dapat dilihat pada gambar 6 berikut:


(44)

Gambar 7. Jenis variabel dalam SEM (Sitinjak, 2006) Penerapan SEM mengikuti prosedur umum berikut (Sitinjak, 2006): 1. Spesifikasi model (Model Specification)

Spesifikasi model secara garis besar dijalankan dengan menspessifikasi model struktural. Spesifikasi model pengukuran model pengukuran meliputi aktivitas mendefinisikan variabel – variabel latent, mendefinisikan variabel – variabel teramati, dan mendefinisikan hubungan antara variabel latent dengan variabel – variabel teramati. Spesifikasi model struktural dilakukan dengan mendefinisikan hubungan kausal di antara variabel – variabel latent. Tahapan selanjutnya menetapkan gambaran path diagram model hybrid yang merupakan kombinasi model pengukuran dan struktural.

2. Identifikasi (Identification)

Tahapan identifikasi dimaksudkan untuk menjaga agar model yang dispesifikasikan bukan merupakan model under identified atau unidentified yaitu model dimana

Variabel dalam Model Persamaan Struktural

(SEM)

Model Struktural Model Pengukuran

Variabel Laten Eksogen

Variabel Laten Ekdogen

Variabel Manifes Ekdogen Variabel

Manifes Eksogen

Diteliti Tidak Diteliti

Variabel Antara (intervening)

Variabel Independen

Variabel Dependen Diukur oleh


(45)

jumlah parameter yang diestimasi lebih besar dari jumlah data yang diketahui. Terdapat tiga kemungkinan identifikasi dalam persamaan simultan, yaitu under identified, just identified atau over identified.

3. Estimasi (Estimation)

Tahapan ini ditujukan untuk memperoleh estimasi dari setiap paarameter yang dispesifikasikan dalam model yang membentuk matrik ∑ (θ) sedemikian rupa sehingga parameter menjadi sedekat mungkin dengan nilai yang ada dalam matriks S (matrik kovarian sampel dari variabel teramati). Matriks kovarian sampel S digunakan untuk mewakili ∑ (matriks kovarian populasi) karena matriks kovarian populasi tidak diketahui.

4. Uji Kecocokan (Testing Fit)

Tahapan ini ditujukan untuk mengetahui derajat kecocokan atau Goodness of Fit (GOF) antara data dan model. Dalam format model – model persamaan struktural, yang dimaksud dengan kesesuaian model adalah kesesuaian antara mariks kovariansi data sampel dengan mariks kovariansi populasi yang diestimasi. Suatu model dikatakan fit, sesuai, atau cocok dengan data apabila matriks kovariansi data sampel tidak berbeda dengan matriks kovariansi populasi yang diestimasi. Ukuran derajat kecocokan yang dapat digunakan secara saling mendukung, sebagai patokan kesesuaian model dalam SEM, sebagai berikut (Sitinjak, 2006):

a. Absolute Fit Measure (Ukuran Kecocokan Absolut)

Menentukan derajat prediksi model keseluruhan (model struktural dan pengukuran) terhadap matrik korelasi dan kovarian.

b. Incremental Fit Measure (Ukuran Kecocokan Inkremental)

Membandingkan model yang diusulkan dengan model dasar yang sering disebut sebagai null model atau independence model.

c. Parsimonius Fit Measure (Ukuran Kecocokan Parsimoni)

Mengaitkan model dengan jumlah koefisien yang diestimasi yakni yang diperlukan untuk mencapai kecocokan pada tingkat tersebut. Sesuai dengan prinsip parsimoni atau kehematan berarti memperoleh degree of fit setinggi – tingginya atau setiap degree of freedom.


(46)

Tabel 2. Ukuran Goodness of Fit (GOF) dalam model – model persamaan struktural.

Ukuran Kecocokan Absolut

Ukuran Derajat Kecocokan Tingkat Kecocokan yang bisa Diterima Statistic Chi-square dan P-value Mengikuti uji statistik yang berkaitan dengan

persyaratan signifikan. Semakin kecil semakin baik. Non-Centrality Parameter (NCP) Dinyatakan dalam bentuk spesifikasi ulang dari

Chi-square. Penilaian didasarkan atas perbandingan dengan model lain. Semakin kecil semakin baik Scaled NCP (SNCP) NCP yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata

perbedaan setiap observasi dalam rangka perbandingan antar model. Semakin kecil semakin baik.

Goodness of Fit Index (GFI) Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik. GFI ≥ 0,9 adalah good fit.

Root Mean Square Residual (RMSR)

Residual rata-rata antara matrik (korelasi atau kovarian) teramati dan hasil estimasi. RMRS/RMR

≤ 0,05 adalah good fit. Root Mean Square Error

Approximation (RMSEA)

Rata-rata perbedaan per degree of freedom yang diharapkan terjadi dalam populasi dan bukan dalam sampel. RMSEA ≤ 0,08 adalah good fit.

Expected Cross Validation Index (ECVI)

GOF yang diharapkan pada sampel yang lain dengan ukuran yang sama. Penilaian didasarkan atas perbandingan antar model. Semakin kecil semakin baik.

Ukuran Kecocokan Absolut

Ukuran Derajat Kecocokan Tingkat Kecocokan yang bisa Diterima Tucker-Lewis Index atau Non

Normed Fit Index (TLI atau NNFI)

Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tingi adalah lebih baik. TLI ≥ 0,9 adalah good fit, sedang 0,8 ≤ TLI < 0,9 adalah marginal fit.

Normed Fit Index (NFI) Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tingi adalah lebih baik. NFI ≥ 0,9 adalah good fit, sedang 0,8 ≤ NFI < 0,9 adalah marginal fit.


(47)

Lanjutan Tabel 2.

Ukuran Kecocokan Absolut

Ukuran Derajat Kecocokan Tingkat Kecocokan yang bisa Diterima Adjusted Goodness of Fit Index

(AGFI)

Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tingi adalah lebih baik. AGFI ≥ 0,9 adalah good fit, sedang 0,8 ≤ AGFI <0,9 adalah marginal fit.

Incremental Fit Index (AFI) Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tingi adalah lebih baik. IFI ≥ 0,9 adalah good fit, sedang 0,8 ≤ IFI < 0,9 adalah marginal fit.

Comparative Fit Index (CFI) Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tingi adalah lebih baik. CFI ≥ 0,9 adalah good fit, sedang 0,8 ≤ CFI <0,9 adalah marginal fit.

Parsimonius Goodness of Fit Index (PGFI)

Spesifikasi ulang dari GFI, dimana nilai lebih tinggi menunjukkan parsimoni yang lebih besar. Ukuran ini digunakan untuk perbandingan diantara model-model.

Normed Chi-Square Rasio antara Chi-square dibagi degree of freedom. Nilai yang disarankan: batas bawah = 1.0, batas atas = 2.0 atau 3.0 dan lebih longgar 5.0.

Parsimonius Normed of Fit Inddex (PNFI)

Nilai tinggi menunjukkan kecocokan lebih baik; hanya digunakan untuk perbandingan antar model alternatif.

Akaike Information Criterion (AIC)

Nilai positif lebih kecil menunjukkan parsimoni lebih baik; digunakan untuk perbandingan antar model.

Consistent Akaike Information Criterion (CAIC)

Nilai positif lebih kecil menunjukkan parsimoni lebih baik; digunakan untuk perbandingan antar model.

Critical N (CN) Estimasi ukuran sampel yang mencukupi untuk menghasilkan suatu edequate model fit untuk Chi-Square test. CN > 200 mengindikasikan bahwa sebuah model cukup mewakili sampel data.


(48)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Penelitian

Pertengahan akhir tahun 2010 bisa dibilang awal mula memasyarakatnya handphone berbasis Android di Indonesia. Berbagai macam vendor handphone semakin aktif merilis dan memasarkan handphone berbasis Android di Indonesia, baik itu vendor lokal ataupun vendor luar negeri. Untuk vendor lokal sendiri, seputar pertengahan tahun 2010 beberapa handphone Android dengan harga yang relatif murah mereka luncurkan seperti Nexian Journey, IMO X2, Indosat Wiigo, serta lainnya.

Kehadiran handphone berbasis Android secara resmi di Indonesia adalah pada bulan Juni 2009 ketika HTC meluncurkan HTC Magic-nya di Indonesia yang dibundling dengan Telkomsel. Handphone tersebut dijual dengan harga yang cukup mahal saat itu, sekitar Rp. 6,5 juta. Beberapa bulan berikutnya tepatnya pada November 2009, IMO (sebuah vendor handphone lokal), merilis handphone lokal pertama yang berbasis Android, IMO S900 dengan harga Rp 2,4 juta yang masih relatif murah dibanding handphone -handphone Android yang tersedia saat itu di Indonesia.

Pada tahun 2009 pasar Android di Indonesia bisa dibilang belum jelas, karena Android sendiri masih dalam tahap awal pada tahun tersebut sehingga langkah kedua vendor handphone tersebut cukup berani dengan merilis handphone Android pertama di Indonesia. Pada tahun 2009 juga mungkin baru segelintir orang yang mengenal Android di Indonesia, beda jika dibandingkan dengan saat ini dimana handphone Android sudah semakin umum dan murah.

Pada bulan Februari 2010, Samsung meluncurkan handphone Samsung Galaxy Spica yang berbasis di Android. Dengan harganya yang relatif murah, yaitu sekitar Rp 3,49 juta. Performa yang ditawarkan oleh Galaxy Spica pun cukup bagus sesuai dengan harganya sehingga menjadikan handphone ini cukup populer di Indonesia.

Puncaknya pada tahun 2010 adalah pada pameran Indonesia Cellular Show 2010 dimana vendor-vendor handphone baik lokal ataupun luar negeri memperkenalkan handphone-handphone Android teranyar dari mereka. Sebut saja Nexian Journey, Acer Liquid E, Samsung Galaxy S, dan lain-lain. Vendor lokal pada waktu itu semakin berani


(49)

merambah dunia Android dan handphone serta gadget lainnya seperti tablet yang berbasis Android semakin merajalela, dan kebanyakan gadget-gadget tersebut berasal dari Cina .

Yang cukup menarik perhatian dari kesemua handphone Android tersebut adalah Nexian Journey. Nexian awalnya meluncurkan handphone ini dengan harga Rp. 3 juta tanpa bundling dengan operator seluler dan performanya cukup bagus untuk sekelasnya. Lalu kemudian dibundling dengan operator seluler 3 di Indonesia dengan promo Internet gratis satu tahun. Lalu harganya dipangkas menjadi Rp. 2 juta, dan kemudian menjadi Rp. 1 juta untuk batas waktu tertentu. Strategi Nexian ini cukup membantu mengembangkan promosi Android di Indonesia karena mereka cukup gencar mempromosikan Nexian Journey. Selain itu ketika Nexian mengadakan promo Nexian Journey seharga Rp. 1 juta, banyak orang yang tiba-tiba tertarik untuk mencoba handphone berbasis Android.

Sekarang ini, semakin banyak vendor yang merilis handphone-handphone berbasis Android di Indonesia, mulai dari HTC, Samsung, Sony Erricson, Nexian, dan lain-lain. Dan tiap vendor pun menawarkan keunikan tersendiri, ada yang menargetkan pasar high-end, ada yang low-end, ada yang mid-end, atau malah campuran dari tiap pasar. Saat ini ada 2 vendor yang cukup menarik untuk dilihat perkembangannya di pasar handphone Android di Indonesia, Samsung dan LG. Kedua vendor handphone ini sepertinya semakin fokus untuk masuk ke pasar low-end Android di Indonesia. Lihat saja handphone Android keluaran terbaru mereka, Samsung Galaxy Mini dan LG Optimus Me yang keduanya dibandrol dengan harga sekitar Rp 1,5 jutaan dan keduanya pun dirilis di waktu yang hampir bersamaan di bulan Februari 2011. Performa kedua handphone tersebut pun menurut saya pribadi sangat bagus dibanding dengan harganya.

Melihat cepatnya perkembangan Android di dunia, bukan tidak mungkin dalam waktu dekat di Indonesia pun akan mengikuti tren Android di dunia. Saat ini pasar handphone Indonesia masih didominasi oleh Nokia dan Symbian-nya. Namun melihat semakin gencarnya vendor-vendor handphone memasarkan handphone Android murah di Indonesia, bisa jadi dalam beberapa tahun kedepan Android akan semakin mendominasi Indonesia.

Tentu saja selain harga handphone yang murah, agar Android semakin dapat memasyarakat di Indonesia dibutuhkan paket data yang lebih baik dan pemasaran yang gencar dan tepat sasaran dari vendor handphone. Mungkin jika vendor handphone lokal juga ikut semakin gencar memasarkan handphone-handphone berbasis Android efeknya akan


(1)

Lampiran 3. Tabel Uji Validitas

F1 Pearson Correlation ,471(**)

Sig. (2-tailed) 0,009

N 30

F2 Pearson Correlation ,678(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

F3 Pearson Correlation ,591(**)

Sig. (2-tailed) 0,001

N 30

F4 Pearson Correlation ,637(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

F5 Pearson Correlation ,547(**)

Sig. (2-tailed) 0,002

N 30

B1 Pearson Correlation ,701(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

B2 Pearson Correlation ,626(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

B3 Pearson Correlation ,654(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

B4 Pearson Correlation ,674(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

B5 Pearson Correlation ,740(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

C1 Pearson Correlation ,738(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

C2 Pearson Correlation ,687(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

C3 Pearson Correlation ,758(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

C4 Pearson Correlation ,689(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

C5 Pearson Correlation ,630(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

A1 Pearson Correlation ,742(**)

Sig. (2-tailed) 0,000


(2)

Lanjutan Lampiran 3.

A2 Pearson Correlation ,565(**)

Sig. (2-tailed) 0,001

N 30

A3 Pearson Correlation ,753(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

A4 Pearson Correlation ,643(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

A5 Pearson Correlation ,711(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

I1 Pearson Correlation ,729(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

I2 Pearson Correlation ,652(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

I3 Pearson Correlation ,828(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

I4 Pearson Correlation ,727(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

I5 Pearson Correlation ,656(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

P1 Pearson Correlation ,686(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

P2 Pearson Correlation ,621(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

P3 Pearson Correlation ,686(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

P4 Pearson Correlation ,703(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 30

P5 Pearson Correlation ,568(**)

Sig. (2-tailed) 0,001

N 30

TOTAL Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)


(3)

Lampiran 4. Tabel Uji Reliabilitas

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100,0

Excluded(a) 0 0,0 Total 30 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items 0,957 30


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Celebrity Endoser (Agnes Monica) Terhadap Keputusan Pembelian Helm GM (Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara)

4 45 148

Pengaruh Marketing Endorser (Cristiano Ronaldo)Terhadap Keputusan Pembelian Clear Men Shampoo (Studi Kasus Pada Mahasiswa Politeknik Negeri Medan)

0 87 105

Pengaruh Strategi Inovasi Terhadap Keputusan Pembelian Ulang Pada Usaha Ritel (Studi Kasus Pada Distro Kontjo Brothers Medan)

0 29 66

Penggunaan korelasi polikhorik pada data berskala ordinal dalam analisis model persamaan struktural (Studi Kasus : Analisis Kepuasan Terhadap Kualitas Layanan Cyber Mahasiswa IPB )

0 8 36

Pengukuran Analisis Model Struktural Dan Analisis Diskriminan Es Krim Wall’s Magnum Pada Konsumen Pengguna Social Media (Studi Kasus Mahasiswa Program Strata 1 IPB)

0 11 158

Analisis Efektivitas Social Media dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Es Krim Wall’s Magnum Berdasarkan Gender (Studi Kasus Mahasiswa Program Diploma IPB)

1 12 130

Pengukuran Efektivitas Iklan Es Krim Wall’s Magnum Terhadap Mahasiswa Program Strata-1 IPB Menggunakan Model Persamaan Struktural

0 25 138

Pengukuran Efektivitas Iklan Televisi Es Krim Wall’s Magnum Terhadap Mahasiswa Program Diploma IPB Menggunakan Model Persamaan Struktural

0 7 188

Analisis Efektivitas Social Media dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Keripik Maicih pada Mahasiswa Strata 1 Institut Pertanian Bogor

1 8 270

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi calon mahasiswa memilih IPB menggunakan model persamaan struktural

1 8 56