Manfaat Penelitian Asumsi Study of Rauh Tree Architectural Model As an Effort to Conserve Water and Soil: A Case Study of Altingia excelsa Noronha and Schima wallichii (DC.) Korth in The Mount Gede Pangrango National Park

1.6. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, maka penulis membuat hipotesis bahwa: a. Kemampuan mengkonservasi air dan tanah dari tumbuhan A. excelsa dan S. wallichii berkorelasi dengan pola percabangan, tipe tajuk, diameter batang, serta infiltrasi dari tanah habitatnya. b. Terdapat hubungan positif antara parameter curah hujan, curahan tajuk, aliran batang, dan aliran permukaan terhadap erosi pada tumbuhan A. excelsa dan S. wallichii yang memiliki arsitektur pohon model Rauh di lokasi lahan terdegradasi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. c. Terdapat perbedaan kemampuan dalam mengkonservasi air dan tanah dari tumbuhan A. excelsa dan S. wallichii yang memiliki arsitektur pohon model Rauh pada lokasi lahan terdegradasi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. d. Terdapat hubungan positif antara diameter batang dengan kemampuan tumbuhan A. excelsa dan S. wallichii untuk mengkonservasi air dan tanah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Model Arsitektur Pohon

Model arsitektur pohon pada dasarnya merupakan konstruksi bangunan dari sebuah pohon sebagai konsekuensi dari pola pertumbuhan meristematik yang dikontrol secara morfogenik. Elemen-elemen dari suatu arsitektur pohon terdiri atas pola pertumbuhan batang, percabangan, dan pembentukan pucuk terminal. Pola pertumbuhan dapat bersifat ritmik atau kontinu. Pertumbuhan ritmik memiliki suatu periodisitas dalam proses pemanjangannya yang secara morfologi ditandai dengan adanya segmentasi pada batang atau cabang. Pertumbuhan kontinu tidak memiliki periodisitas dan tidak ada segmentasi pada batang atau cabang. Pola percabangan dapat dibedakan atas pola sylepsis percabangan yang dibentuk dari meristem lateral dengan perkembangan kontinu dan pola percabangan prolepsis percabangan yang terbentuk secara diskontinu dengan beberapa periode istirahat dari meristem lateral. Pertumbuhan tunas pada jenis- jenis pohon dapat dibedakan menjadi dua, yaitu orthotropik dan plagiotropik. Pertumbuhan tunas jenis orthotropik dicirikan oleh pucuk yang terbentuk berorientasi tumbuh secara vertikal dan tidak sering berbunga, sedangkan pada pertumbuhan tunas jenis plagiotropik yaitu pucuk yang terbentuk berorientasi tumbuh secara horizontal dan sering menghasilkan bunga. Halle et al. 1978. Menurut Halle et al . 1978, model arsitektur pohon dapat dibedakan dalam 4 karakteristik utama, yaitu: a. Pohon tidak bercabang yaitu bagian vegetatif pohon hanya terdiri dari satu aksis dan dibangun oleh sebuah meristem soliter, contohnya model Holtum dan Corner. b. Pohon bercabang dengan aksis vegetatif yang ekivalen dan orthotrofik, contohnya model Tomlinson, Chamberlain, Leuweunberg, dan Schoute. c. Pohon bercabang dengan aksis vegetatif yang non ekivalen, contohnya model Prevost, Rauh, Cook, Kwan-koriba, Fagerlind, Petit, Aubreville, Theorical, Scarrone, Attim, Nozeran, Massart, dan Rauh.