butir tanah. Kekuatan perusak air aliran batang akan terjadi setelah berubah menjadi aliran permukaan Arsyad 2006.
2.3.2 Curahan tajuk
Curahan tajuk throughfall merupakan bagian dari air hujan yang jatuh ke atas permukaan tanah melalui celah-celah tajuk dan atau berupa limpasan dari
daun, ranting atau cabang pohon Lull 1952. Pada kawasan hutan, curahan tajuk merupakan bagian dari curahan hujan yang jatuh permukaan lantai hutan setelah
melalui struktur lapisan tajuk yang rapat, mulai dari tajuk pohon yang dominan
hingga ke lapisan semak belukar dan serasah Zinke 1967.
Menurut Zinke 1967 besarnya curahan tajuk sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tebalnya lapisan tajuk strata, jenis-jenis pohon yang
membentuk tegakan, suhu, dan kecepatan angin. Hasil penelitian Aththorick 2000 di daerah hutan pendidikan Gunung Walat Sukabumi, menunjukkan
bahwa persentase curahan tajuk pada model arsitektur Masart yang diwakili oleh tumbuhan A. damara sebesar 87,23 lebih besar dari pada model arsitektur
pohon Rauh yang diwakili oleh tumbuhan S. wallichii sebesar 77,97. Unsur iklim yang mempengaruhi curahan tajuk yaitu suhu, kecepatan angin, selisih
waktu kejadian hujan, dan waktu terjadinya hujan siang atau malam Manokaran 1979.
2.3.3 Intersepsi
Intersepsi adalah bagian dari curahan hujan yang tertahan oleh tajuk vegetasi sehingga tidak sampai ke permukaan tanah, kemudian diuapkan kembali
ke atmosfir Lutz dan Chandler 1965. Secara kuantitatif intersepsi merupakan perbedaan antara curah hujan total dengan jumlah curahan tajuk dan aliran batang.
Menurut Rutter et al.1971. Intersepsi adalah peristiwa evaporasi sejumlah air yang tercegat pada permukaan daun dan permukaan batang dari curah hujan yang
jatuh di atasnya. Evavorasi ini merupakan parameter dari total evaporasi areal yang berhutan. Intersepsi terdiri dari aliran batang yang tidak mencapai
permukaan tanah, air yang dievaporasikan selama hujan, dan sejumlah air yang ditahan oleh tajuk dan dievaporasikan ke udara setelah hujan Parker 1983.
Secara kuantitatif intersepsi adalah perbedaan curah hujan dengan jumlah curahan tajuk dan aliran batang.
Menurut Zinke 1967 faktor-faktor yang mempengaruhi intersepsi diantaranya adalah kapasitas tajuk S, porositas tajuk P dan tahanan
aerodinamika ra. Kapasitas tajuk merupakan tebalnya air pada luasan penutup vegetasi yang dapat disimpan atau ditahan oleh tajuk vegetasi pada saat kejadian
hujan. Kapasitas hujan dapat menggambarkan jumlah air yang tertinggal pada tajuk ketika hujan berlangsung dan sampai curahan tajuk berhenti, sedangkan
porositas hujan menggambarkan bagian dari air hujan yang jatuh ke permukaan tanah tanpa melalui tajuk Gash dan Morto 1978. Tahanan aerodinamika
merupakan hambatan melintang dari pertukaran uap air, panas, dan momentum antar tajuk vegetasi dengan udara di atasnya jika mempunyai nilai gradien yang
tetap Monteith, 1976. Faktor iklim yang mempengaruhi intersepsi adalah keadaan musim dan
intesitas hujan, bila curah hujan sangat kecil atau intensitas curah hujan rendah, umumnya sebagian besar air hujan yang tertahan oleh tajuk vegetasi dan langsung
diluapkan, akan tetapi apabila curah hujan besar dengan intensitas tinggi maka kan lebih banyak air hujan yang jatuh ke permukaan tanahlantai hutan. Dengan
demikian persentase intersepsi menjadi rendah Wiersum et al 1979. Menurut Manokaran 1979 faktor suhu, kelembaban udara, dan kecepatan angin
mempengaruhi air yang akan terintersepsikan untuk berevaporasi selama dan setelah hujan.
2.3.4 Infiltrasi