Îjâb dan qabûl dimaksudkan untuk menunjukan adanya keinginan dan kerelaan timbal balik para pihak yang bersangkutan terhadap isi akad. Oleh
karena itu, îjâb dan qabûl menimbulkan hak dan kewajiban atas masing-masing pihak secara timbal balik. Îjâb adalah pernyataan pihak pertama mengenai isi
perikatan yang diinginkan, sedangkan qabûl adalah pernyataan pihak kedua untuk menerimanya.
34
Pencantuman kata “sesuai dengan kehendak syarî’ah” dalam definisi di atas, maksudnya adalah bahwa setiap akad yang dilakukan oleh dua pihak atau
lebih tidak dipandang sah jika tidak sejalan dengan kehendak atau ketentuan- ketentuan yang telah ditetapkan oleh al-syâri’ Allah dan Rasul-Nya misalnya
akad untuk melakukan transaksi riba atau transaksi lain yang dilarang. Apabila ijâb dan qabûl telah dilakukan sesuai dengan kehendak syara’, maka munculah
akibat hukum dari perjanjian tersebut.
35
2. Pengertian Ijârah
Menurut Ulama Hanafi ijârah adalah transaksi terhadap suatu menfaat dengan imbalan. Menurut Ulama Syafi’i adalah transaksi terhadap suatu
manfaat yang dituju, tertentu, bersifat mubah, dan dapat dimanfaatkan dengan imbalan tertentu. Sedangkan, menurut Ulama Maliki dan Hambali adalah
pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu dengan suatu
34
Ibid.
35
Ibid.
imabalan. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, akad ijârah tidak boleh dibatasi oleh syarat. Akad ijârah itu hanya ditujukan kepada adanya menfaat
pada barang maupun bersifat jasa.
36
Dasar hukum dibolehkanya akad ijârah terdapat dalam Al-Qur’an yaitu pada surat al-Qasas 28 ayat 26 yang berbunyi:
☺
ﻟا ﺺﺼﻘ
28 :
26
Artinya: Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja pada kita, Karena Sesungguhnya
orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja pada kita ialah orang yang Kuat lagi dapat dipercaya al-Qasas28: 26.
Ijârah yang mempunyai status hukum boleh ini, mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai kebolehannya. Adapun syarat-syarat
tersebut adalah:
37
1. Harus diketahui kegunaanya, seperti membuat rumah, menjahit pakaian, memakai kendaraan, dan sebagainya. Transaksi sewa-menyewa
mempunyai kesamaan dengan jual beli. Jual beli tersebut harus diketahui kualitas barang yang diperjualbelikannya. Demikian juga sewa-menyewa
dalam pengertian harus duketahui kualitas barang yang disewa;
36
Gemala Dewi, dkk., Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2007, cet. ke-3. h.112.
37
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, h.150.
2. Pemanfaatan barang yang disewa harus yang dibolehkan. Menyewakan seorang budak perempuan untuk disetubuhi, atau untuk meratap, atau
menyewakan tanah untuk dibangun gereja atau tempat-tempat yang tidak baik maksiat adalah dilarang oleh hukum perdata Islam;
3. Harus diketahui oleh penyewa mengenai jumlah upah atau sewa dari suatu pekerjaan.
3. Asas-Asas Perjanjian Akad