Hapusnya Perjanjian Hukum Perdata

e. Asas Persamaan Hukum Asas ini menempatkan para pihak didalam persamaan derajat, tidak ada perbedaan, walaupun ada perbedaan kulit, bangsa, kekayaan, kekuasaan, jabatan dan lain-lain. Masing-masing pihak wajib melihat adanya persamaan ini dan mengharuskan kedua pihak untuk menghormati satu sama lain sebagai manusia ciptaan Tuhan. 21 f. Perjanjian Harus Dilakasanakan dengan Iktikad Baik Pasal 1338 ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa “Perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.” Rumusan tersebut memberikan arti pada kita semua bahwa sebagai sesuatu yang disepakati dan disetujui oleh para pihak, pelaksanaan prestasi dalam tiap-tiap perjanjian harus dihormati sepenuhnya, sesuai dengan kehendak para pihak pada saat perjanjian ditutup. 22

7. Hapusnya Perjanjian

Dalam KUH Perdata tidak diatur secara khusus tetntang hapusnya perjanjian, tetapi yang diatur dalam Bab IV Buku III KUH Perdata hanya hapusnya perikatan-perikatan. Walaupun demikian, ketentuan tentang 20 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Jakarta: PT. Raja Garfindo Persada, 2004 cet. ke-2, h.15. 21 Mariam Darus Badrulzaman, et. al., Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001, h.88. 22 Gunawan Widjaja, Memahami Prinsip Keterbukaan Aanvullend Recht Dalam Hukum Perdata, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, h.283. hapusnya perikatan tersebut juga merupakan ketentuan hapusnya perjanjian karena perikatan yang dimaksud dalam Bab IV Buku III KUH Perdata tersebut adalah perikatan pada umumnya baik itu lahir dari perjanjian maupun yang lahir dari perbuatan melanggar hukum. Dari sepuluh ketentuan Pasal 1381 KUH Perdata tentang hapusnya perikatan-perikatan. PD. Pasar Jaya hanya menerapkan lima dari ketentuan- ketentuan yang diatur Pasal tersebut tentang hapusnya perjanjian pemakaian tempat usaha. berdasarkan ketentuan Pasal 1381 KUH Perdata, hapusnya perjanjian pemakaian tempat usaha karena: a. Pembaharuan Utang atau Novasi 23 Pembaharuan utang dapat terjadi jika si berutang dengan persetujuan si berpiutang digantikan oleh seorang yang lain yang menyanggupi untuk membayar utang itu. Disini ada perjanjian baru yang mengahapuskan utang yang lama dengan timbulnya suatu perikatan baru, antara si berpiutang dengan orang yang baru itu. b. Musnahnya Barang yang Terutang 24 Musnahnya barang terutang adalah hancurnya, tidak dapat diperdagangkan, atau hilangnya barang yang terhutang, sehingga tidak diketahui sama sekali apakah barang itu masih ada atau tidak ada. 23 Subekti, Hukum Perjanjian, h.70. 24 Ibid., h.198. Syaratnya, bahwa musnahnya barang itu di luar kesalahan debitor dan sebelumnya dinyatakan lalai oleh kreditor. c. Kebatalan atau Pembatalan 25 Kebatalan atau batal demi hukum suatu kontrak terjadi jika perjanjian tersebut tidak memenuhi syarat objektif dari syarat sahnya perjanjian kontrak yaitu “suatu hal tertentu” dan “sebab yang halal.” Jadi kalau kontrak itu objeknya tidak jelas atau bertentangan dengan undang- undang ketertiban umum atau kesusilaan, kontrak tersebut batal demi hukum. 9. Berlakunya Suatu Syarat Batal 26 Syarat batal adalah suatu syarat yang apabila terpenuhi, menghentikan perjanjian dan membawa segala sesuatu kembali pada keadaan semula seolah-olah tidak pernah terjadi perjanjian, demikianlah pasal 1265 KUHPer. menjelaskan. Dengan begitu, syarat batal itu mewajibkan si berhutang untuk mengembalikan apa yang telah diterimanya, apabila peristiwa yang dimaksud itu terjadi. 25 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perencanaan Kontrak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h.107. 26 Subekti, Hukum Perjanjian, h.77. 10. Daluwarsa atau Lewat Waktu 27 Pasal 1946 KUHPer. menjelaskan, yang dinamakan daluwarsa atau lewat waktu ialah “ suatu upaya untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-Undang”. Daluwarsa untuk memperoleh hak milik atas suatu barang dinamakan daluwarsa “acquasitif”, sedangkan daluwarsa untuk dibebaskan dari suatu periaktan atau suatu tuntutan dinamakan daluwarsa “extincif”.

8. Penyelesaian Perselisihan