Asas-Asas Perjanjian Akad Hukum Islam

2. Pemanfaatan barang yang disewa harus yang dibolehkan. Menyewakan seorang budak perempuan untuk disetubuhi, atau untuk meratap, atau menyewakan tanah untuk dibangun gereja atau tempat-tempat yang tidak baik maksiat adalah dilarang oleh hukum perdata Islam; 3. Harus diketahui oleh penyewa mengenai jumlah upah atau sewa dari suatu pekerjaan.

3. Asas-Asas Perjanjian Akad

Dalam Hukum Islam, Terdapat asas-asas dari suatu perjanjian yang berpengaruh pada status akad. Dimana ketika asas ini tidak terpenuhi akan berakibat pada batalnya atau tidak sahnya perikatanperjanjian yang dibuat. Adapun asas-asas itu adalah sebagai berikut: a. Asas Ibâhah Mabda’ al-Ibâhah Asas Ibâhah adalah asas umum hukum Islam dalam bidang muamalat secara umum. Asas ini dirumuskan dalam adagium “Pada asasnya segala sesuatu itu boleh dilakukan sampai ada dalil yang melarangnya.” Asas ini merupakan kebalikan dari asas yang berlaku dalam masalah ibadah. Dalam hukum Islam, untuk tindakan ibadah berlaku asas bahwa bentuk-bentuk ibadah yang sah adalah bentuk-bentuk yang disebutkan dalam dalil-dalil Syariah. Sebaliknya, dalam tindakan-tindakan muamalat berlaku asas sebaliknya, yaitu bahwa segala sesuatu itu sah dilakukan sepanjang tidak ada larangan tegas atas tindakan itu. 38 b. Asas Kebebasan Berakad Mabda’ Hurriyyah at-Ta’âqud Hukum Islam mengakui kebebasan berakad, yaitu suatu prinsip hukum yang menyatakan bahwa setiap orang dapat membuat akad jenis apa pun tanpa terikat kepada nama-nama yang telah ditentukan dalam undang- undang Syariah dan memasukan klausul apa saja ke dalam akad yang dibuatnya itu sesuai dengan kepentingannya, sejauh tidak berakibat makan harta sesama dengan jalan batil. 39 Landasan asas kebebasan berakad terdapat dalam Q.S. al-Mâidah 5 ayat 1: ☺ ⌧ ةﺪﺋﺎﻤﻟا 5 : 1 Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. yang demikian itu dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” Q.S. al-Mâidah5: 1. c. Asas Konsensualisme Mabda’ al-Ridâiyyah 38 Anwar, Hukum Perjanjian Syariah Studi tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat, h.83. 39 Ibid., h.84. Asas konsensualisme menyatakan bahwa untuk terciptanya suatu perjanjian cukup dengan tercapainya kata sepakat antara para pihak tanpa perlu dipenuhinya formalitas-formalitas tertentu. Dalam hukum Islam umumnya perjanjian-perjanjian itu bersifat konsensual. 40 Landasan asas konsensualisme terdapat dalam Q.S. an-Nisâ 4 ayat 29: ⌧ ☺ ءﺎﺴﻨﻟا 4 : 29 Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” Q.S. an-Nisâ’4: 29. d. Asas Keseimbangan Mabda’ al-Tawâzun fi al-Mu’âwadah Asas keseimbangan dalam transaksi antara apa yang diberikan dengan apa yang diterima tercermin pada dibatalkannya suatu akad yang mengalami ketidakseimbangan prestasi yang mencolok. Asas keseimbangan dalam memikul risiko tercermin dalam larangan terhadap transaksi riba, di mana dalam konsep riba hanya debitur yang memikul segala risiko atas kerugian usaha, sementara kreditor bebas sama sekali dan 40 Ibid., h.87. harus mendapat presentase tertentu sekalipun pada saat dananya mengalami kembalian negatif. 41 e. Asas Amanah Mabda’ al-Amânah Dengan asas amanah dimaksudkan bahwa masing-masing pihak haruslah beritikad baik dalam bertransaksi dengan pihak lainnya dan tidak dibenarkan salah satu pihak mengekploitasi ketidaktahuan mitranya. Dalam hukum Islam, terdapat suatu bentuk perjanjian amanah, salah satu pihak hanya bergantung kepada informasi jujur dari pihak lainnya untuk mengambil keputusan untuk menutup perjanjian bersangkutan. 42 f. Asas Keadilan Mabda’ al-‘Adâlah Keadilan adalah tujuan yang hendak diwujudkan oleh semua hukum. Dalam hukum Islam, keadilan langsung merupakan perintah Al- Qur’an yang menegaskan, “Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa” Q.S. al-Maidah5: 8. Keadilan merupakan sendi setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak. 43

4. Syarat Sahnya Perjanjian Akad