Menurut Subekti perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang tua saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal.
4
Menurut M. Yahya Harahap perjanjian adalah suatu hubungan hukum kekayaan harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberikan kekuatan
hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.
5
Dari definisi atau rumusan yang dikemukakan para sarjana di atas dapat disimpulkan bahwa perjanjian mengandung pengertian, sebagai suatu
hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih yang memberikan prestasi pada suatu pihak dan sekaligus
mewajibkan pihak lain dalm memenuhi prestasinya.
2. Pengertian Hak Pakai
Hak Pakai sesuai ketentuan Pasal 41 Undang-Undang Pokok Agraria UUPA adalah hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil dari tanah
yang langsung dikuasai oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam surat keputusan surat
3
Wirdjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Bandung: Sumur Bandung, 1981, h.9.
4
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Penerbit Intermasa, 2001, cet ke-18, h.1.
5
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni, 1986 cet. ke-2, h.6.
pemberian hak tanah negara atau perjanjian dengan pemiliknya yang bukan sewa menyewa atau perjanjian pengolahan tanah tanah milik orang lain.
6
Adapun sifat dan ciri-ciri hak pakai itu adalah:
7
1. Termasuk hak yang harus didaftar menurut PP 101961, apabila jangka waktunya melebihi 5 tahun Pasal 9 PMA No. 91965;
2. Pengalihan hak pakai tidak merupakan unsur mutlak. Hak pakai dapat diberikan dengan ketentuan atau dengan perjanjian bahwa jika pemegang
hak pakai tersebut meninggal, hak pakai itu tidak jatuh kepada ahli waris pemegang hak pakai akan tetapi batal dengan sendirinya;
3. Tidak dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani hak tanggungan, tetapi khusus Hak Pakai di atas tanah Negara dapat difiduciakan menurut
UU 161985; 4. Dapat dialihkan;
5. Dapat dilepaskan; 6. Dapat diberikan dengan cuma-cuma, dengan pembayaran atau pemberian
jasa berupa apapun Pasal 41 2 UUPA.
3. Pengertian Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha
Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha PPTU terdiri dari dua istilah yaitu Perjanjian dan Hak Pemakaian Tempat Usaha. Perjanjian sebagaimana
6
Arie S. Hutagalung, Asas-Asas Hukum Agraria, Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1993, h.52.
7
Ibid.
yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, adalah suatu hubungan hukum kekayaan harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberikan
kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.
8
Adapun hak pemakaian tempat usaha sebagaiman yang diatur dalam Peraturan Daerah DKI
Jakarta No. 3 tahun 2009 tentang Pengelolaan Pasar Pasal 1 butir 21: “Hak Pemakaian Tempat Usaha adalah hak memakai tempat di pasar untuk jangka
waktu tertentu dengan kewajiban membayar hak pemakaian tempat usaha di pasar dan kewajiban yang ditetapkan oleh direksi.”
Adapun definisi Perjanjian pemakaian tempat usaha adalah Perjanjian antara Perusahaan Daerah Pasar Jaya dengan Pemakai Tempat Usaha yang
didalamnya diatur hak dan kewajiban kedua belah pihak yang berkaitan dengan tempat usaha yang dipakai berikut penerapan sanksi apabila tidak
dilaksanakan.
9
Penerapan perjanjian pemakaian tempat usaha berlandaskan hukum: KUH Perdata di dalam Buku Ketiga tentang Perikatan, Peraturan Daerah DKI
Jakarta No.06 Tahun 1992 jo. Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 3 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Area Pasar dan Keputusan Direksi No. 450 Tahun 2003.
10
8
Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, h.6.
9
Yohana Damar Lati, Asisten Manager Divisi Hukum PD. Pasar Jaya, Wawancara Pribadi, Jakarta, 29 Januari 2010.
5. Syarat Sahnya Perjanjian