Pengertian Perjanjian Akad Hukum Islam

mereka mencapai suatu kesepakatan, membuat usulan-usulan suatu penyelesaian, namun keputusan tersebut tidak mengikat. 31

B. Hukum Islam

1. Pengertian Perjanjian Akad

Istilah “perjanjian” dalam hukum Indonesia disebut “akad” dalam hukum Islam. Kata akad berasal dari kata al-‘aqd, yang berarti mengikat, menyambung atau menghubungkan al-rabt. 32 Secara terminologi, akad memiliki arti umum al-ma’na al-âm dan khusus al-ma’na al-khâs. Adapun arti umum dari akad adalah “segala sesuatu yang dikehendaki seseorang untuk dikerjakan, baik yang muncul dari kehendaknya sendiri, seperti kehendak untuk wakaf, membebaskan hutang, thalak, dan sumpah, maupun yang membutuhkan pada kehendak dua pihak dalam melakukannya, seperti jual beli, sewa menyewa, perwakilan, dan gadaijaminan. Sedangkan arti khusus al- ma’na al-khâs akad adalah Pertalian atau keterikatan antara îjâb dan qabul sesuai dengan kehendak syarî’ah Allah dan Rasul-Nya yang menimbulkan akibat hukum pada obyek akad. 33 31 Salim, Hukum Kontrak Teori Teknik Penyusunan Kontrak, h.155. 32 Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah Studi tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h.68. 33 Ah. Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, cet. ke-1. h.60. Îjâb dan qabûl dimaksudkan untuk menunjukan adanya keinginan dan kerelaan timbal balik para pihak yang bersangkutan terhadap isi akad. Oleh karena itu, îjâb dan qabûl menimbulkan hak dan kewajiban atas masing-masing pihak secara timbal balik. Îjâb adalah pernyataan pihak pertama mengenai isi perikatan yang diinginkan, sedangkan qabûl adalah pernyataan pihak kedua untuk menerimanya. 34 Pencantuman kata “sesuai dengan kehendak syarî’ah” dalam definisi di atas, maksudnya adalah bahwa setiap akad yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih tidak dipandang sah jika tidak sejalan dengan kehendak atau ketentuan- ketentuan yang telah ditetapkan oleh al-syâri’ Allah dan Rasul-Nya misalnya akad untuk melakukan transaksi riba atau transaksi lain yang dilarang. Apabila ijâb dan qabûl telah dilakukan sesuai dengan kehendak syara’, maka munculah akibat hukum dari perjanjian tersebut. 35

2. Pengertian Ijârah