5.4 Identifikasi Latar Belakang Penyebab Kebakaran Hutan
Kebakaran yang disebabkan oleh faktor alam jarang terjadi atau bahkan tidak pernah terjadi di negara tropis. Pada umumnya, penyiapan lahan dilakukan
dengan menggunakan api sebagai alat sederhana. Ketika api yang digunakan tanpa adanya prosedur yang baik, terjadi penyebaran yang tidak terkendali dan
membakar daerah yang berdekatan dengan area yang terbakar. Kemampuan bahan bakar dari hutan dan kondisi cuaca yang kering dapat menyebarkan api secara
cepat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa kecamatan
di lokasi penelitian, kajian ini mengidentifikasi dua alasan yang menjadi latar belakang terjadinya kebakaran hutan yaitu faktor utama dan faktor pendukung.
5.4.1 Faktor Utama
Berdasarkan hasil identifikasi dengan menggunakan analisis pembobotan dengan metode rangking. Maka, terdapat empat hal yang menjadi faktor utama
yang melatarbelakangi terjadinya kebakaran hutan di Kabupaten Tebo. Bobot relatif pada peubah faktor utama disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Bobot relatif pada peubah faktor utama
Peubah Skor
Jumlah Bobot 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10
Murah 9
9 9
8 8
10 10
8 10
9 90
30,9 Mudah
8 8
8 7
7 9
7 9
8 8
79 27,1
Cepat 4
5 7
9 9
5 8
5 6
5 63
21,6 Budaya
6 7
6 6
6 7
5 6
4 6
59 20,2
Kebakaran hutan yang terjadi di Kabupaten Tebo 100 dilakukan dengan sengaja sebagai alat dalam penyiapan lahan, terutama dalam pembukaan areal
perkebunan sawit dan karet. Menjelang musim tanam, pola penyiapan lahan dilakukan dengan cara membakar.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Syahadat dan Sianturi 2009 di taman Nasional Gunung Ceremai TNGC Jawa Barat, diketahui bahwa 99
penyebab kebakaran hutan yang terjadi disebabkan oleh ulah manusia yang sengaja membakar hutan dan lahan karena didorong oleh faktor ekonomi, sosial
dan budaya masyarakat setempat. Sebagian besar teknik yang digunakan dalam penyiapan lahan dengan
metoda pembakaran. Serasah, kayu, ranting dsb ditumpuk pada suatu tempat kemudian dikeringkan, setelah benar-benar kering kemudian dibakar. Walaupun
teknik pembakaran tersebut dianggap tidak terlalu berbahaya, seperti teknik pembakaran cincin, pembakaran muka, dan pembakaran balik Syaufina
Sukmana 2010. Bagaimanapun juga, ketika terjadi angin yang kencang, api dapat menyebar dengan cepat dan menjadi tidak terkendali.
1 Murah Biaya yang dikeluarkan menggunakan metode penyiapan lahan dengan
cara dibakar jauh lebih murah jika menggunakan alat berat. Mangandar 2000 menyebutkan bahwa secara manual, setiap kepala keluarga mampu membuka
hutan rata-rata 1 hatahun untuk dijadikan ladang. Menurut Syaufina Sukmana 2010 diperlukan adanya insentif ekonomi,
untuk menyurutkan niat masyarakat yang menggunakan kebakaran sebagai alat penyiapan lahan. Masyarakat tersebut akan memiliki motivasi untuk menemukan
cara alternatif lain dalam proses penyiapan lahannya. Disisi lain, adanya tingkat penanaman kelapa sawit oleh masyarakat dipicu oleh nilai ekonominya yang
menjanjikan sehingga dapat meningkatkan pembukaan lahan. Selain itu, tingkat kehidupan dan pendapatan masyarakat Tebo yang masih
rendah, memaksa mereka untuk menggunakan teknik-teknik penyiapan lahan yang murah sudah menjadi tradisi nenek moyangnya. Namun dalam beberapa
tahun terakhir ini, masyarakat tersebut bekerjasama dengan pemilik modal untuk merambah dan membakar hutan.
2 Mudah Metode tebas dan bakar oleh sebagian masyarakat dianggap sebagai cara
yang mudah dalam proses penyiapan lahan. Masyarakat Kabupaten Tebo menyadari bahwa kebakaran dapat menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan
lainnya. Namun, pembakaran masih digunakan sebagai metode dalam penyiapan lahan. Hal tersebut disebabkan, pengetahuan sebagian masyarakat yang masih
terbatas dalam menyiapkan lahan dengan menggunakan alternatif-alternatif untuk penyiapan lahan tanpa bakar Syaufina Sukmana 2010.
Berdasarkan keterangan yang dikumpulkan, masyarakat tidak membutuhkan metode yang rumit dalam menyiapkan lahan. Penebasan semak
dilakukan lebih kurang 40 hari untuk luasan 1,5 hingga 2 ha, yaitu antara bulan April dan Mei. Serasah, semak dan kayu yang kering kemudian dibakar.
3 Mempercepat proses pembersihan lahan Sebagian besar responden menyatakan bahwa dengan metode pembakaran
merupakan proses yang cepat dalam pembersihan lahan. Para petani setempat menganggap bahwa penyiapan lahan dengan cara dibakar menjadi lebih subur.
Seperti yang dilakukan pada sistem budidaya padi sonor pada lahan-lahan gambut PFFSEA 2003.
Berdasarkan pengamatan lapang, diperkirakan lahan yang terambah lebih dari 10.000 Ha dari Desa Kebung Kecamatan Tebo Ulu Kabupaten Tebo sampai
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, yaitu perbatasan antara Jambi dan Riau. 4 Penggunaan api merupakan budaya masyarakat
Sistem penyiapan lahan dengan cara dibakar dilakukan oleh sebagian besar masyarakat asli Tebo. Cara ini merupakan salah satu budaya turun temurun
yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Tebo 2011 lapangan usaha sebagian besar penduduk kabupaten tebo
adalah sektor pertanian, perkebunan terutama perkebunan sawit dan karet yaitu sebesar 77 dan sebagian kecil bermata pencaharian perikanan.
Hasil penelitian Faisyal 2009 yang dilakukan di Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur mengemukakan bahwa beberapa budaya masyarakat
yang berpotensi menyebabkan kebakaran hutan diantaranya adalah budaya membakar lahan sebelum pengolahan tanah, budaya berburu yang illegal dan
bertentangan dengan Undang-undang kehutanan, perapian dengan menggunakan kayu bakar, kegiatan pengembalaan sapi liar yang telah dilakukan secara turun
temurun.
5.4.2 Faktor Pendukung