Deteksi kebakaran merupakan tahapan yang penting dalam pemadaman kebakaran. Tanpa mengetahui lokasinya, kebakaran tersebut tidak bisa
dipadamkan. Kemampuan organisasi untuk dapat menentukan lokasi kebakaran dengan segera dan cepat, merupakan dasar dari pemadaman yang efektif.
2.5 Kejadian Kebakaran Hutan 2.5.1
Hotspot
Untuk mendeteksi adanya suatu kejadian kebakaran hutan dapat menggunakan teknik penginderaan jauh. Satelit National Oceanic and
Atmospheric AdministrationAdvance Very High Resolution Radiometer NOAA AVHRR merupakan satelit yang paling sering digunakan untuk mendeteksi
kebakaran hutan. Pada satelit ini dilengkapi dengn sensor Advance Very High Resolution AVHRR yang melakukan perekaman setiap hari pada resolusi sedang
berkisar 1 km. Hotspot merupakan titik-titik panas di permukaan bumi dimana titik tersebut merupakan indikasi adanya kebakaran hutan Ratnasari 2000 dalam
Thoha 2008. Di Indonesia terdapat tiga sumber penyedia hotspot diantara JICA Japan
International Coorperation Agency, LAPAN Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, dan ASMC ASEAN Specialized Meteorology Center.
Perbedaan antara ketiga sumber tersebut terletak pada ambang batas threshold suhu terendah sehingga hasil perekaman dapat dinyatakan sebagai suatu hotspot.
LAPAN menggunakan threshold sebesar 322 K, JICA menurut FFMP tahun
2004 threshold yang digunakan 315 K pada siang hari dan 310
K pada malam hari yang lebih rendah dibandingkan ASMC yang menggunakan threshold sebesar
320 K pada siang hari dan 314
K pada malam hari.
2.5.2 Karakteristik Data Hotspot
Kebakaran hutan dapat dipantau dengan menggunakan data AVHRR- NOAA Advanced Very High Resolution Radiometer-National Oceanic and
Atmospheric Administration yaitu melalui pengamatan hotspot. Kebakaran hutan dapat dipantau melalui pengamatan hotspot yang merupakan titik panas
permukaan bumi, dimana titik-titik tersebut merupakan indikasi adanya kebakaran
hutan Thoha 2008. Suatu hotspot dikatakan sebagai kejadian kebakaran di permukaan bumi apabila terdeteksi pada koordinat yang sama selama 3 hari atau
lebih secara berturut-turut Lapan 2004 dalam Hadi 2006. Data Hotspot dari suatu citra dijadikan sebagai indikasi kebakaran hutan
baik sebagai indikasi kebakaran tajuk, kebakaran permukaan maupun kebakaran bawah. Dalam penentuan luas kebakaran hutan band yang digunakan adalah band
3 dan band 4 atau band visible dan band inframerah. Menurut data LAPAN 2005 pada band 3 panjang gelombang yang digunakan adalah 3,55 – 3,93 mm, hal ini
disebabkan karena pada band 3 wujud gelombang visible sangat sensitif terhadap emisi panas sedangkan untuk band 4 panjang gelombang yang digunakan adalah
10,3 – 11,3 mm. Hotspot mengindikasikan lokasi kebakaran hutan yang kemudian dapat
dideteksi kedalam komputer atau peta yang akan dicetak yang setelah dicocokan dengan koordinatnya. Untuk menggambarkan titik kebakaran hutan disebut
dengan firespot. Dalam memprediksi jumlah hotspot merupakan hal yang tidak mudah hal ini disebabkan karena kebakaran merupakan masalah yang sangat
kompleks yang melibatkan faktor-faktor alam seperti cuaca atau iklim dan bahan bakar yang mempengaruhi sedangkan faktor manusia disebakan oleh kegiatan
pemanfaatan lahan, ekonomi dan budaya bahkan kelembagaan. Data hotspot sering digunakan untuk pendeteksian kebakaran dikarenakan
sensornya dapat membedakan suhu permukaan di darat maupun di laut, pengambilan data pada satelit tersebut 2 kali sehari yaitu pada waktu siang dan
malam. Maka, dengan demikian data hotspot dapat digunakan untuk pendeteksian kebakaran hutan di wilayah kebakaran hutan. Data hotspot dideteksi dengan
menggunakan satelit NOAA kemudian disampaikan menuju antena penerima dan menghasilkan interpretasi citra yang dapat berupa produksi peta, kemudian
dilakukan akurasi data dengan melakukan pengecekan di lapangan Gambar 2. Manfaat lain jika menggunakan data hotspot adalah selain harganya relatif
murah penggunaan satelit nya pun tidak dikenai biaya apapun, namun untuk mendapatkan citra atau foto dari satelit tersebut membutuhkan hardware dan
software yang dapat dikatakan mahal. Contohnya adalah satelit NOAA merupakan satelit yang menghasilkan data hotspot dapat dengan mudah diakses,
murah dan cepat dengan menggunakan internet pada berbagai informasi sebagai penyedia data hotspot.
2.5.3 Akurasi Data Hotspot