Tipe Kebakaran Hutan TINJAUAN PUSTAKA

disebutkan adalah konversi ke penggunaan lahan lain terutama pertanian, hama dan penyakit, over eksploitasi hasil hutan kayu industri, kayu bakar, praktek pemanenan yang buruk, penggembalaan berlebih, polusi udara dan badai FAO 2001. Kebakaran merupakan hal yang sering terjadi di Pulau Kalimantan dan Sumatra, membakar areal dengan luas terbesar pada tahun 1986, 1991, 1994 dan 1997. Kondisi tersebut diperparah oleh fenomena El Nino tahun 19971998, kebakaran tak terkendali telah menghancurkan areal sangat luas dari hutan hujan dan semak belukar di Indonesia. Reaksi kimia proses pembakaran dalam kebakaran hutan dapat diterangkan sebagai berikut : Proses fotosintesis : CO 2 + H 2 O + Energi Sinar Matahari --- C 6 H 12 O 6 + O 2 Proses Pembakaran dalam kebakaran hutan: C 6 H 12 O 6 + 6O 2 + Energi dari Api --- 6CO 2 + 6H 2 O + Energi Panas

2.2 Tipe Kebakaran Hutan

Salah satu hal yang paling penting dalam kegiatan pemadaman kebakaran hutan adalah dengan mengenal tipe kebakaran hutan yang terjadi, karena tanpa mengetahui secara pasti teknik dan metoda, pemadaman yang akan diterapkan tidak akan berjalan sempurna. Kegiatan pemadaman pada kebakaran gambut tidak sama dengan pemadaman pada kebakaran hutan tajuk. Karena hal tersebut berdampak pada tingkat kerugian yang akan diderita terhadap pemadaman itu sendiri. Dengan diketahuinya tipe kebakaran hutan yang terjadi, sehingga lebih banyak areal yang dapat diselamatkan. Menurut Syaufina 2008 tipe kebakaran hutan dikelompokkan ke dalam tiga tipe, yaitu : 1. Kebakaran bawah tanah ground fire Kebakaran yang terjadi pada bawah permukaan cenderung mengkonsumsi bahan-bahan organik yang ada di bawah permukaan tanah serasah. Bahan organik tersebut berupa bahan yang terdekomposisi. Kebakaran biasanya terjadi bersama-sama dengan kebakaran serasah. Api pada kebakaran bawah permukaan tidak menyala dan terkadang tidak berasap sehingga sulit untuk ditemui. Api tersebut menjalar ke segala arah karena tidak terpengaruh oleh angin sehingga kebakaran ini dapat membentuk lingkaran. Dilihat dari dampaknya api ini paling merusak lingkungan. Kebakaran hutan yang terjadi di Kalimantan pada tahun 19821983 dan tahun 19971998 merupakan kebakaran hutan yang didominasi oleh kebakaran gambut bawah. Tipe kebakaran ini didominasi oleh proses smoldering dan biasanya bertahan dalam jangka waktu yang lama dengan kecepatan penjalaran 1,5 gm 2 jam atau 0,025 cmjam. 2. Kebakaran permukaan surface fire Api tersebut membakar serasah, tanaman bawah, semak-semak dan anakan. Tipe kebakaran di hutan dimulai dengan kebakaran permukaan, karena jumlah bahan bakar pada permukaan tanah hutan berlimpah dan didukung oleh jumlah oksigen yang lumayan besar dan juga dipengaruhi oleh angin, maka kebakaran ini menyala dan menjalar dengan cepat tetapi relatif dapat dipadamkan. Dalam penjalarannya, api dipengaruhi oleh angin permukaan sehingga dapat membakar tumbuhan yang lebih tinggi hingga tingkat pohon crowning out. Tipe ini merupakan tipe kebakaran yang paling umum terjadi di hampir semua tegakan hutan. 3. Kebakaran Tajuk Crown Fire Kebakaran tajuk merupakan kebakaran yang terjadi pada tajuk pohon atau semak yang dipengaruhi oleh kebakaran permukaan yang menjalar ke tajuk pohon, tetapi juga terjadi kebakaran tajuk dahulu kemudian disusul dengan kebakaran permukaan karena api dari tajuk jatuh ke permukaan tanah. Api pada tipe ini bergerak dari tajuk pohon atau semak yang lain, paling sedikit daun-daun dari pohon atau semak habis terbakar. Kebakaran tipe ini dapat menghasilkan api loncat spot fire, yaitu ranting atau bagian pohon yang terbakar terbawa angin dan menimbulkan kebakaran baru di tempat lain. Sumantri 2003 mengemukakan kebakaran dipengaruhi oleh 3 faktor utama, semuanya akan membantu dalam menentukan pola kebakaran. Jika kebakaran terjadi pada daerah yang relatif datar, bahan bakar relatif rapat, dan relatif tidak ada angin, maka bentuk kebakaran akan menjadi bulat, keluar dari titik awal api. Bentuk dan pola kebakaran akan berubah jika dipengaruhi oleh faktor berikut: 1 Angin pengaruh dominan pada kebakaran. Api akan membakar bahan bakar searah dengan arah angin. 2 Kemiringan lereng. Jika terdapat lereng maka api cenderung bergerak ke arah bukit hanya arah angin dan bahan bakar akan merubah arah 3 Bahan bakar kurang efektif dijadikan patokan. Jika kebakaran bergerak melalui berbagai tipe bahan bakar, pola kebakaran akan berubah-ubah. Tipe dan susunan bahan bakar atau sedikitnya bahan bakar mungkin mengindikasikan arah dari penyebaran api. 2.3 Faktor Penyebab Kebakaran Hutan di Indonesia 2.3.1 Faktor Alam