3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengambilan data primer pada penelitian ini antara lain data hotspot, data groundcheck dan hasil wawancara. Untuk data hotspot menggunakan data yaitu
dari tahun 2011-2012. Pada penelitian ini digunakan perangkat lunak Arc-View 3.2 sebagaimana digunakan oleh Parwati et al. 2004 untuk pengolahan data hotspot
pada proses overlay data. Data sekunder yaitu curah hujan, data kondisi umum wilayah Kabupaten
Tebo dan data laporan kegiatan patroli pemadam kebakaran hutan yang digunakan sebagai data acuan dalam akurasi hotspot. Data identifikasi faktor penyebab
terjadinya kebakaran hutan diperoleh dengan cara mengidentifikasi langsung ke lapangan menggunakan metode wawancara expert judgment.
3.4 Metode Analisis Data
3.5.1 Analisis GIS
Analisis pada peta tematik dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Analisis peta tematik
Analisis ini dibuat berdasarkan dari data yang dikumpulkan dari hasil survei lapangan. Sebagai dasar pemetaan, maka peta dasar yang
dipergunakan adalah peta Kabupaten Tebo yang diperoleh dari Departemen Kehutanan dalam format shp.
Data dari hasil lapangan yang diperoleh dibuat dalam bentuk tabel atau data deskriptif tujuannya adalah agar prosedur aplikasi GIS dapat
dijalankan maka pada data tersebut haruslah dilengkapi dengan koordinat dari lokasi dimana data tersebut diambil.
2. Analisis spasial Data hasil groundcheck lapangan dianalisis untuk mengetahui
persentase akurasi dari titik hotspot. Identifikasi akurasi jarak terdekat dengan menggunakan bantuan sofwere ArcGIS yaitu melalui proses
buffering pada titik groundcheck dengan menggunakan bantuan tool euclidean distance. Nilai persentase akurasi rata-rata dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus: 1000 x 100 = akurasi
d
Keterangan: d = Jarak groundcheck terdekat dengan titik hotspot
3.5.2 Identifikasi Sebaran Jumlah Titik Hotspot
Mengidentifikasi jumlah titik hotspot pada setiap klasifikasi tutupan lahan dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
- Peta landsat ETM
+
Kabupaten Tebo yang sebelumnya telah dilakukan analisis citra satelit kemudian di cropping dengan batas daerah penelitian
kemudian di overlay sesuai dengan peta dasar Kabupaten Tebo yang telah tersedia. Selanjutnya dilakukan pengklasifikasian masing-masing tutupan
lahan berdasarkan standar Departemen Kehutanan. - Analisis spasial menggunakan metode countpoint dengan bantuan ArcGIS
yaitu data tutupan lahan dalam shp dan data hotspot tahun 2011- Maret 2012 dalam shp di overlay, kemudian dilakukan intersect untuk mengetahui
banyaknya jumlah titik hotspot pada setiap tutupan lahan.
3.5.3 Analisis Pembobotan dengan Metode ranking
Survey lapang dan wawancara dilakukan dengan menggunakan metode expert judgement. Responden terdiri dari Kepala BKSDA Kabupaten Tebo,
Kepala Tim Pemadam Kebakaran Hutan, Kepala Desa, Petani, dan Masyarakat. Identifikasi penyebab kebakaran hutan dilakukan dengan menggunakan analisis
pembobotan dengan metode ranking. Pemilihan metode ini dilakukan oleh single researcher dengan pertimbangan responden dapat mengisi kuisioner pada waktu
senggang. Kuisioner dinilai efektif dan peneliti bisa mendapatkan tingkat respon yang tinggi bila dilakukan pada subjek dengan tingkat pendidikan yang tinggi dan
minat tinggi terhadap topik penelitian yang akan diteliti. Penentuan rangking dari 1-10 pada setiap peubah terhadap kerawanan
kebakaran hutan dan lahan diperoleh melalui wawancara dengan 5 ahli bidang kebakaran hutan di Kabupaten Tebo. Kuisioner dibuat berdasarkan faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku masyarakat dengan kebakaran hutan diduga dari parameter sosial yaitu pendidikan, pengetahuan serta persepsi masyarakat tentang
hutan, pertambahan jumlah penduduk serta ketersediaan lapangan pekerjaan, tidak
terakomodasinya peran masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya hutan, pendapatan masyarakat dari hasil pertanian atau perkebunan serta sistem
penyiapan lahan dan kebiasaan masyarakat dalam penggunaan api. Menentukan latar belakang dominan penyebab terjadinya kebakaran hutan
di Kabupaten Tebo yaitu dengan menggunakan metode penentuan bobot. Penentuan bobot dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Jaya 2006
menyatakan ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk penentuan bobot salah satunya dengan menggunakan metode ranking.
Penentuan bobot secara kualitatif dilakukan berdasarkan penilaian ahli expert judgement yang memiliki pengalaman dan kompetensi dalam bidang
kebakaran hutan. Bobot tersebut diperoleh dari hasil wawancara dimana setiap peubah dinilai berdasarkan tingkat faktor dominan yang menjadi penyebab utama
kebakaran hutan. Pengaruh di representasikan dalam bentuk skor dengan tingkat nilai kardinal dimana peubah yang memiliki pengaruh paling kecil diberi skor
paling rendah dan sebaliknya. Secara matematis, penentuan bobot secara kualitatif diformulasikan dengan menggunakan rumus Jaya 2006.
� = ∑�
∑� ∑�
Keterangan : Wji = bobot dari indikator ke-i dan kriteria ke-j,
r
jki
= ranking dari indikator ke-i, kriteria ke-j untuk ahli ke-k m dan n berturut-turut = jumlah indikator dan ahli
Gambar 6 Diagram alir tahapan penelitian
37 32
Lokasi hotspot Data lokasi
groundcheck lapangan
Peta dasar Kabupaten Tebo
Peta sebaran hotspot dan groundcheck
O
verla
y
Peta jumlah
sebaran hotspot pada setiap klasifikasi tutupan lahan dan latar belakang utama penyebab kebakaran hutan
Interpretasi penentuan lokasi hotspot
Identifikasi latar belakang terjadinya kebakaran hutan
Analisis pembobotan dengan metode ranking
Analisis korelasi silang
survey dan wawancara Data curah hujan
Januari 2011-Maret2012 Data hotspot ASMC
Januari 2011-Maret 2012
Data tutupan lahan
BAB IV KONDISI UMUM