Sistem araman Bentuk Kearifan Lokal Masyarakat

dalam menentukan teknologi yang akan diaplikasikan guna menjamin keberlangsungan pembangunan tersebut. Dengan demikian diharapkan pengetahuan masyarakat tersebut akan tetap hidup dan masyarakat dapat tetap menggunakan pestisida nabati dengan cara yang lebih praktis.

5.3 Bentuk Kearifan Lokal Masyarakat

5.3.1 Sistem araman

Araman adalah sistem pembagian areal ladang rumput. Luas areal ladang rumput yang di kelola setiap keluarga berbeda-beda. Sistem pembagian lahan araman ini dilakukan ketika hutan yang kini menjadi TAHURA KGPAA Mangkunagoro I ini masih berstatus sebagia hutan milik Perhutani. TAHURA KGPAA Mangkunagoro I ditetapkan pada tahun 1999, sebelum ditetapkan sebagai TAHURA kawassan hutan tersebut berstatus sebagai hutan yang dikelola Perhutani. Selama hutan tersebut dikelola oleh Perhutani masyarakat memiliki hak untuk memanfaatkan sumberdaya yang ada di dalam hutan. Masyarakat memanfaatkan hutan tersebut untuk mengambil kayu bakar, mengambil kulit kina, dan yang utama adalah mengambil rumput dengan sistem araman. Araman yang diterapkan antara masyarakat dan Perhutani memiliki kesepakatan luas yang boleh dikelola oleh masyarakat. Pembagian areal tersebut berdasarkan pada kemauan masyarakat yang ditunjukan dengan seberapa luas keluarga tersebut mampu membersihkan areal hutan yang dipenuhi dengan semak belukar. Semakin giat mereka bekerja maka areal yang mampu mereka bersihkan juga semakin luas. Luas tersebut adalah luas areal yang mereka miliki untuk menanam rumput yang akan digunakan untuk memberi pakan pada satwa. Dalam membersihkan lahan tersebut masyarakat dilarang merusak pohon yang ada dalam hutan dan hanya boleh membersihkan semak yang ada di bawahnya. Dalam pengelolaan lahan “araman” tersebut masyarakat akan membatasi setiap area yang mereka miliki dan tidak akan terjadi perebutan area untuk araman. Masyarakat memiliki kepercayaan bahwa apa yang mereka peroleh saat ini adalah hasil dari apa yang mereka lakukan di masa lalu. Jadi mereka akan tetap menerima ketika mereka hanya memiliki area yang lebih sempit dari pada yang lain, dan jika tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak maka mereka akan membeli rumput pada orang lain. Pengelolaan areal araman yang dilakukan oleh masyarakat Dukuh Sukuh dan Dukuh Gondangrejo adalah dengan membersihkan areal yang akan ditanami dengan membakarnya agar merangsang pertumbuhan rumput yang ada. Namun sistem bakar yang diterapkan adalah dengan terlebih dahulu membuat sekat bakar, sehingga tidak akan mengakibatkan kebakaran lahan yang merusak hutan. Setelah dibakar dan di bersihkan maka area tersebut ditanami dengan bibit rumput sesuai yang mereka kehendaki. Jenis rumput yang mereka tanam biasanya berdasarkan pada jenis ternak yang mereka miliki sehingga menyesuaikan palatabilitas tingkat kesukaan satwa pada jenis pakan tertentu. Masyarakat membutuhkan tumbuhan untuk pakan ternak setiap hari dalam kondisi segar. Sehingga masyarakat yang memiliki ternak pasti akan mengambil pakan ternak setiap hari ke hutan area araman mereka masing-masing. Untuk memenuhi pakan ternak tersebut masyarakat biasanya membagi areal araman mereka menjadi beberapa bagian. Setiap bagian memiliki masa tanam yang berbeda, sehingga jika hari pertama mengambil di satu bagian areal maka areal tersebut akan siap ditanami kembali. Untuk keesokan harinya akan mengambil pakan dari bagian areal araman yang lain. Pembagian areal tersebut dapat hanya berupa larikan maupun berupa areal yang terpisah. Alur pembuatan araman diawali dengan pembersihan areal yang rumputnya sudah dipanen di hari sebelumnya, setelah areal dibersihkan dibuatlah sekat bakar di sekeliling areal tersebut, seringkali masyarakat membakar areal tersebut untuk memicu tumbuhnya tunas baru. Setelah itu maka areal tersebut ditanami dengan bibit rumput sesuai dengan yang dibutuhkan. Sambil menunggu tumbuhnya rumput yang baru di tanam biasanya masyarakat memanen rumput di areal lain. Setelah rumput dirasa bisa dipanen maka rumput tersebut dipanen dan diambil sesuai dengan kebutuhan. Rumput diambil dan ditumpuk di suatu lokasi setelah jumlah rumput yang dipanen dirasa cukup maka rumput-rumput tersebut dipikul menuju rumah. Ketika tiba dirumah sebagian rumput langsung diberikan pada hewan peliharaan dan sebagian lagi disimpan untuk jatah pakan selanjutnya di hari yang sama Gambar 32. Petak araman Lahan yang sudah dibersihkan Rumput mulai tumbuh Lahan yang ditanami rumput Proses penanaman rumput Rumput yang sudah dipanen Rumput siap dikonsumsi ternak Proses pengangkutan rumput Gambar 32 Alur pembuatan araman – penyimpanan rumput.

5.4.2 Sistem pengambilan kayu bakar