Tumbuhan pangan Pemanfaatan Tumbuhan

Gambar 11 Persen habitat. Masyarakat sudah menerapkan sistem budidaya terhadap tumbuhan yang sering dimanfaatkan. Budidaya merupakan salah satu bentuk konservasi terhadap spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Tumbuhan yang banyak dibudidaya antara lain tumbuhan obat, pangan dan pakan ternak. Sebagian besar tumbuhan yang dimanfaatkan berasal dari hasil budidaya 78 Gambar 12. Budidaya tumbuhan yang dimanfaatkan dilakukan di pekarangan sekitar tempat tinggal, ladang bahkan di hutan dalam kawasan TAHURA. Tumbuhan yang dibudidayakan di hutan adalah tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak, karena masyarakat membudidayakan di tempat araman mereka. Gambar 12 Persen budidaya.

5.2.1 Tumbuhan pangan

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pangan mempengaruhi keberlangsungan hidup manusia. Tumbuhan pangan biasanya mengandung karbohidrat, protein, lemak dan zat-zat penting yang dibutuhkan oleh manusia. Tumbuhan pangan dapat berupa tumbuhan untuk pangan, bahan minuman hingga tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bumbu. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pangan antara lain umbi, buah, daun dan kayu. Menurut Anggana 2011 kebutuhan akan bahan pangan merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat tergantikan. Seperti halnya masyarakat sekitar pegunungan yang menggantungkan hidupnya dari lahan pertanian dan tumpangsari, seperti buah, sayur dan umbi-umbian. Dengan iklim yang hutan 28 ladang 40 pekarangan 32 budidaya 78 hutan 22 mendukung banyak sayuran yang dibudidayakan oleh masyarakat, selain untuk memenuhi kebutuhan juga digunakan untuk komoditas perdagangan. Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan pada masyarakat sekitar TAHURA KGPAA Mangkunagoro I terdiri dari 78 spesies dari 34 famili Lampiran 4. Famili yang banyak dimanfaatkan adalah Fabaceae terdiri dari 9 spesies Gambar 13. Spesies yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan pangan dari famili Fabaceae adalah jenis kacang-kacangan seperti kapri, kacang hijau, kacang panjang, kacang tanah dan beberapa spesies lain. Menurut masyarakat spesies yang mereka manfaatkan dari famili Fabaceae juga dimanfaatkan sebagai penyubur tanah, spesies tersebut dapat menggemburkan tanah. Sehingga spesies tersebut sering ditanam oleh masyarakat sebagai tanaman perantara musim tanaman. Gambar 13 Lima famili yang banyak dimanfaatkan sebagai tumbuhan pangan. Bagian tumbuhan yang banyak digunakan adalah buah Gambar 14. Buah banyak dimanfaatkan karena mudah dimanfaatkan dalam jumlah banyak satu tanaman dapat menghasilkan lebih dari satu buah. Tanaman buah juga mudah dibudidayakan di lahan milik masyarakat. Baik di pekarangan maupun ladang. Buah sebagai bagian yang dimanfaatkan juga dapat menjaga kelestarian spesies tumbuhan tersebut. Karena dengan pemanfaatan buah maka tidak harus mematikan spesies tumbuhan tersebut, lain halnya dengan pemanfaatan akar karena dengan pemanfaatan akar maka tumbuhan tersebut sudah tidak dapat melanjutkan hidupnya. 4 4 5 7 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Juml ah Spesi es Famili Gambar 14 Bagian tumbuhan yang banyak dimanfaatkan untuk pangan. Gambar 15 Tumbuhan kol. Spesies tumbuhan pangan yang berpotensi untuk dikembangkan antara lain ganyong, garut, gadung dan sukun karena spesies tersebut banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan pangan pengganti nasi. Pada awalnya masyarakat memperoleh spesies-spesies tersebut dari hutan sekitar tempat tinggal mereka namun sekarang sudah banyak dibudidayakan di kebun dan di pekarangan. Menurut masyarakat alasan mereka melakukan budidaya tersebut adalah untuk memudahkan mereka dalam pemanfaatan spesies tersebut dan tidak harus mengambil dari hutan sehingga hutan akan tetap lestari. Spesies yang banyak dibudidayakan antara lain garut, gadung, ubi rambat, sukun, singkong. Spesies yang sudah menjadi komoditas utama dalam perdagangan di pasar adalah ubi rambat yang dikenal oleh masyarakat sebagai telo 1 1 1 1 4 6 11 14 41 5 10 15 20 25 30 35 40 45 air batang herba kulit kayu bunga rimpang umbi daun buah Juml ah spesi es Bagian yang digunakan wungu. Namun selain itu sukun dan singkong juga sudah mulai banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Sedangkan untuk spesies yang baru mulai dibudidayakan namun belum terlalu banyak dikenal di masyarakat di pasar adalah garut. Garut belum banyak dikenal oleh masyarakat luas, karena terbatasnya sumberdaya dan belum banyaknya masyarakat yang mengetahui manfaat dari spesies tersebut. Menurut Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan garut selain berfungsi sebagai bahan pangan juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat- obatan mendinginkan perut, disentri, eksim, memperbanyak ASI, penyembuh borok dan mengobati sengatan lebah dan bahan baku industri bahan kosmetik, lem dan minuman beralkohol Selain spesies yang dikembangkan sebagai tumbuhan pangan pengganti nasi, tumbuhan pangan yang banyak dibudidayakan adalah tumbuhan yang menjadi komoditas perdagangan dari daerah ini. Spesies yang menjadi komoditas perdagangan antara lain jenis sayuran wortel, kol, kapri, daun bawang, cabai, kentang, dan beberpa spesies lainnya, buah-buaham jeruk, alpukat, nangka, pisang, dan beberapa spesies lainnya, ubi jalar, singkong dan beberapa spesies rempah-rempah. Darwanto 2010 menyatakan bahwa kondisi saat ini menunjukan ketersediaan bahan pangan semakin tergantung pada impor sehingga menurunkan motivasi petani untuk meningkatkan produksi bahan pangan karena harga produk yang rendah. Namun kenyataan yang ada pada masyarakat justru berbeda, dengan banyaknya bahan pangan impor masyarakat justru kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian dibutuhkan adanya produsen lokal untuk bahan pangan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Kondisi masyarakat Dukuh Sukuh dan Dukuh Gondangrejo sebagai produsen bahan pangan terutama sayuran akan dapat membantu masyarakat sekitar dalam memenuhi kebutuhannya. Masyarakat menjual produk hasil pertaniannya untuk masyarakat lokal. Penjualan hasil pertanian tersebut selain di pasar lokal Pasar Kemuning juga dapat mencapai Pasar di daerah Pacitan, Jawa Timur. Alur penjualannya adalah adanya tengkulak yang datang ke petani dan membeli hasil pertanian masyarakat, kemudian tengkulak tersebut menjualnya ke pedagang di pasar. Dengan alur yang seperti itu masyarakat mengalami kerugian, karena biasanya tengkulak membeli dengan harga yang rendah dari petani, namun dapat menjualnya ke pedagang dengan harga yang tinggi. Tetapi masyarakat tidak dapat menjual hasil pertanian mereka secara langsung tanpa melalui tengkulak. Hal ini dikarenakan masyarakat tidak memiliki akses langsung kepedagang yang ada di pasar. Sehingga masyarakat sangat mengharapkan adanya upaya dari Pemerintah Daerah setempat untuk dapat mengatur pola perdagangan sayuran di daerah tersebut terutama dalam pengendalian harga sayuran. Misalnya dengan membuat sentra agroindustri sebagai tempat masyarakat menjual hasil peertaniannya dibawah pengawasan pemerintah daerah setempat. Gambar 16 Suasana perdagangan sayuran di pasar lokal.

5.2.2 Tumbuhan obat