Tumbuhan penghasil tali, anyaman, dan kerajinan

berjalan dengan baik sehingga pada saa ini hanya beberapa orang saja yang masih menggunakan tumbuhan sebagai bahan tali, anyaman dan kerajinan.

5.2.7 Tumbuhan penghasil kayu bakar

Masyarakat Dukuh Sukuh masih banyak yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar. Meskipun subsidi kompor gas sudah masuk di tempat ini namun masyarakat masih banyak yang memanfaatkan kayu bakar. Oleh sebab itu kayu bakar mejadi salah satu kebutuhan penting bagi masyarakat. Kayu bakar sebagian besar diperoleh dari hutan. Kayu bakar yang mereka ambil dari hutan biasanya hanya berupa rencek ranting pohon yang sudah jatuh ke tanah Gambar 30. Selain itu hika ada pohon yang tumbang terkadang masyarakat juga mengambilnya untuk kayu bakar. Keterbatasan masyarakat dalam mengambil kayu bakar dipengaruhi oleh status kawasan yang menjadi TAHURA. Spesies yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat terdiri dari 16 spesies dari 14 famili. Contoh spesies yang digunakan oleh masyarakat sebagai kayu bakar antara lain codo Elaeagnus loureirii, cuwut Cyrtandra sp., lempeni Ficus ribes, suren Toona sureni, riralat Rubus chrysophyllus dan beberapa spesies lainnya Lampiran 5. Famili yang banyak dimanfaatkan untuk kayu bakar adalah Myrtaceae. Selain dari spesies yang diperoleh dari hutan beberapa spesies juga berasal dari hasil budidaya di ladang maupun pekarangan masyarakat. Kayu bakar yang diambil oleh masyarakat selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi juga dijual keluar desa misalnya dijual ke daerah Karangpandan dan sekitarnya. Gambar 30 abuah pinus, b kayu yang digunakan untuk kayu bakar. a b

5.2.8 Tumbuhan penghasil bahan bangunan

Bentuk rumah masyarakat Dukuh Sukuh dan Dukuh Gondangrejo sudah berupa bangunan permanen dari tembok bahkan beton. Meskipun demikian masyarakat juga masih memanfaatkan kayu sebagai bahan bangunan Gambar 31. Kayu-kayu tersebut digunakan untuk membuat reng rangka, tiang maupun hanya sekedar kusen pintu dan jendela. Hasil wawancara menunjukan ada 10 spesies yang sering digunakan masyarakat sebagai bahan bangunan. Misalnya jati Tectona grandis, pinus Pinus merkusii, suren Toona sureni dan beberapa jenis lainnya Lampiran 11. Masyarakat menyatakan bahwa kondisi saat ini berbeda dengan kondisi mereka dahulu. Dahulu masyarakat memanfaatkan kayu dari dalam hutan untuk memenuhi kebutuhan akan bahan bangunan. Namun saat ini masyakarakat sudah menggunakan kayu dari hasil budidaya mereka atau dari membeli. Karena menurut mereka jika mereka masih tergantung pada hutan maka akan berdampak pada lingkungan mereka, misalnya pada ketersediaan air dan bencana alam. Spesies yang banyak dibudidayakan pleh masyarakat adalah pinus, jati, suren dan kayu dari pohon-pohon buah. Gambar 31 Kayu sebagai bahan bangunan.

5.2.9 Tumbuhan penghasil warna

Tumbuhan juga dapat dimanfatkan sebagai penghasil warna. Dari hasil wawancara yang diperoleh hanya diperoleh 2 spesies tumbuhan dari 2 famili yang berbeda. Tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna adalah jati Tectona grandis dan kunyit Curuma domestica. Bagian pohon jati yang dimanfaatkan sebagai pewarna adalah daun. Daun jati dapat menghasilkan warna merah kecoklatan, daun jati biasanya digunakan dalam pewarna pada sayur atau masakan. Menurut Heyne 1987 kulit akar dan daun-daun muda pada pohon jati dapat digunakan untuk mewarnai bahan anyaman. Sedangkan kunyit yang digunakan adalah bagian rimpang. Rimpang kunyit menghasilkan warna kuning. Kunyit juga hanya digunakan sebagai pewarna makanan. Selain digunakan sebagai bahan pewarna pada makanan menurut Heyne 1987 rimpang kunyit juga dapat digunakan sebagai bahan pewarna pada anyaman, terkadang juga digunakan untuk bahan-bahan tenunan.

5.2.10 Tumbuhan penghasil pestisida nabati

Pada masyarakat yang mayoritas sebagai petani biasanya sangat mengenal pestisida. Pestisida juga dapat berasal dari tumbuhan yang biasanya disebut dengan pestisida nabati. Menurut masyarakat jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati antara lain daun mimba Azadirachta indica, jarak Ricinus communis, cengkeh Syzygium aromaticum, dan tembakau Nicotina tabacum. Meskipun masyarakat mengetahui jenis tanaman yang digunakan sebagai pestisida nabati, masyarakat tidak dapat menjelaskan bagian yang digunakan, jenis hama yang menjadi sasaran dan proses pembuatannya. Hal ini dikarenakan pada saat ini masyarakat sudah bergeser dalam penggunaan pestisida dari pestisida nabati ke kimiawi. Menurut masyarakat alasan utama mereka menggunakan pestisida kimiawi adalah arena sulitnya ditemukan tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Sehingga atas dasar kepraktisan mereka lebih memilih menggunakan pestisida kimiawi. Menurut Rachmat dan Wahyono 2007 dari pohon mimba Azadirachta indica yang dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati adalah bagian biji dan daun. Biji mimba mengandung 25 senyawa limonoid dan daunnya mengandung 57 senyawa limonoid dengan zat bioaktif utama azadiractin C 35 H 44 O 16 . Zat bioaktif ini bekerja sebagai zat penlak, pencegah nafsu makan, penghambat tumbuh, larvasida, bakterisida untuk mencegah aflatoksin, mitisida obat kudisa, virisida mengendalikan virus mosaic pada tembakau, rodentisida, ovisida, spermatisida, fungisida, nematisida dan moluskisida. Bahan aktif ini dapat ditemukan diseluruh bagian tumbuhan mumba, namun demikian kandungan bahan aktif paling tinggi pada biji. Keunggulan dari azadiractin adalah