Tumbuhan hias Tumbuhan penghasil pakan ternak Tumbuhan keperluan ritual adat dan keagamaan

kehilangan aktivitas hayatinya. Kehilangan aktivitas hayati dapat terjadi pada tahap pengkoleksian, penyimpanan dan persiapan bahan atau material tumbuhan Rachmat Wahyono 2007. Menurut Rachmat dan Wahyono 2007 beberapa jenis yang dapat digunakan untuk bahan pestisida nabati antara lain pacar cina Aglaia adorata, bengkuang Pachyrrhyzus erosus, selasih Ocimum basilicum, mimba Azadirachta indica, cengkeh Syzygium aromaticum dan beberapa jenis lainnya.

2.2.5 Tumbuhan hias

Tumbuhan hias adalah tumbuhan yang memiliki nilai estetika. Keindahan visual dan tekstur tanaman dapat mempengaruhi keindahan tanaman Hasim 2009. Berdasarkan pada daya tariknya tumbuhan hias dapat dibagi menjadi tumbuhan hias daun dan bunga. Selain itu warna dari tanaman dapat memiliki makna masing-masing. Misalnya saja warna gelap memberikan kesan teduh sedangkan warna cerah memberikan kesan riang dan ceria. Komposisi warna yang senada memberikan kesan ketenangan, sedangkan susunan warna kontras memberikan kesan ceria Hasim 2009. Dalam kehidupan sehari-hari perbanyakan ataupun budidaya tanaman hias dapat dilakukan di dalam maupun diluar rumah. Di beberapa daerah tumbuhan hias dapat menjadi komoditas utama penghasilan masyarakatnya.

2.2.6 Tumbuhan penghasil pakan ternak

Tumbuhan hijau merupakan pakan utama bagi satwa herbivora. Sebagian besar tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pakan satwa adalah jenis tumbuhan bawah dan perdu. Jenis tumbuhan bawah atau semak yang banyak digunakan sebagai pakan antara lain jenis rumput gajah dan alang-alang Ardiansyah 2008. Jenis – jenis tersebut biasanya dapat tumbuh secara alami dengan mudah.

2.2.7 Tumbuhan keperluan ritual adat dan keagamaan

Kartiwa dan Martowikidro 1992 menyebutkan bahwa diantara pengetahuan tentang tumbuhan yang dimiliki oleh masyarakat, ada yang bersifat spiritual, magis, dan ritual. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya spesies tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat. Perbedaan jenis spesies yang digunakan oleh masyarakat dalam keperluan adat disebabkan oleh perbedaan pengetahuan masing-masing masyarakat di berbagai etnis di Indonesia. Asnawi 1992, upacara adat adalah upacara yang dilakukan secara turun- temurun, yang tidak diketahui siapa yang melaksanakan pertama kalinya. Meskipun bentuknya bermacam-macam tetap berkaitan dengan kepercayaan dan religi. Menurut Kartiwa dan Martowikidro 1992 di masyarakat ada kepercayaan bahwa tumbuhan yang dianggap mengandung khasiat magis dapat pula mengobati penyakit yang disebabkan gangguan magis pula. Hal ini menyebabkan tumbuhan atau bagian tumbuhan yang dianggap dapat mengusir roh jahat menduduki peringkat penting dalam ritual. Tata cara adat yang masih ada di daerah pedesaan khususnya di daerah Jawa antara lain ruwahan, muludan, nyadran, suran, grebeg sukuh, bakdan, selikuran dan peringatan pada orang meninggal. Upacara tradisional daur hidup yang masih dilaksanakan adalah tingkepan, brokohan, supitan atau tetesan, temanten, kematian dan upacara lainnya hanya terdapat di masyarakat sporadik saja Purnomo 1992.

2.2.8 Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan