Sistem berkebun Bentuk Kearifan Lokal Masyarakat

masyarakat. Sehingga dengan kemandirian tersebut dapat membentuk masyarakat yang kuat dan tidak akan menggantungkan kebutuhannya dengan alat pemenuh kebutuhan dari luar seperti makanan instan dari bahan kimia. Dengan demikian akan dapat menjamin kesehatan masyarakat. Sistem budidaya yang diterapkan oleh masyarakat tersebut adalah sebagai salah satu upaya konservasi yang dilakukan oleh masyarakat. Menurut masyarakat mereka memanfaatkan lahan pekarangan disekitar rumah mereka selain utnuk memenuhi kebutuhan keluarganya juga untuk menyuburkan tanah sekitar mereka, karena jika tanah tersebut tidak dimanfaatkan lama-kelamaan akan tandus. Selain utnuk menjaga kesuburan tanah, budidaya di pekarangan juga dapat menjaga kelestarian hutan lingkungan mereka karena mereka tidak perlu lagi mengambil sumberdaya dari hutan dan hutan akan tetap lestari tapi kebutuhan mereka juga dapat terpenuhi.

5.4.4 Sistem berkebun

Sumber penghasilan utama dari sebagian besar masyarakat adalah sebagai petani sayur. Sayur yang dihasilkan selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari juga untuk dijual. Sayur-sayur tersebut dijual di pasar lokal Pasar Kemuning, pasar Karangpandan hingga ke daerah Pacitan Jawa Timur. Komoditas utama adalah wortel, kol, jipan, kacang kedelai hingga ubi jalar. Dalam berkebun masyarakat menggunakan bibit unggul dari hasil panen mereka sendiri, sehingga tidak membutuhkan biaya produksi untuk penyediaan bibit Gambar 38. Dulu masyarakat menggunakan konsep perkebunan organik, untuk mengatasi hama yang menyerang biasanya mereka menggunakan pestisida nabati. Karena sekarang sumber pestisida nabati sulit diperoleh serta ada banyaknya pupuk dan obat kimia yang menurut mereka lebih praktis maka sekarang penggunaan pestisida nabati sudah banyak ditinggalkan. Susetiawan 2010 menyatakan bahwa pembangunan dapat menghilangkan pengetahuan lokal masyarakat. Seharusnya dengan adanya pembangunan dapat tetap mendukung pengetahuan lokal masyarakat. Perkembangan teknologi yang ada akan lebih bermakna jika tetap berdasarkan pada pengetahuan lokal masyarakat dan tetap dapat dimanfaatkan sesuai dengan adat masyarakat. Wisjnuprapto 2010 menyatakan, pembangunan suatu perdesaan harus memperhatikan 1 potensi sumberdaya lokal, baik sumberdaya manuasia maupun sumberdaya alam, 2 tingkat teknologi yang tersedia serta tingkat ekonomi masyarakat setempat, 3 keterlibatan masyarakat setempat sehingga menumbuhkan rasa memiliki dan mengembangkan semangat kegotongroyongan, dan 4 adat dan kebiasaan masyarakat setempat. Sehingga dengan kemajuan teknologi pada saat ini seharusnya dapat mendukung pengetahuan lokal masyarakat lokal dan tetap mempertahankan adat masyarakatnya. Selain itu teknologi juga harus dapat menyesuaikan kondisi masyarakat sehingga masyarakat dapat tetap menikmati teknologi tersebut. Sistem berkebun masyarakat Dukuh Sukuh dan Dukuh Gondangrejo juga akan dapat lebih maju dengan sentuhan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun teknologi yang diterapkan seharusnya tetap dapat menunjukan pengatahuan lokal masyarakat serta adat masyarakat dalam berkebun. Hal ini diharapkan dapat memajukan perkebunan sayuran yang menjadi komoditas masyarakat namun tetap melestarikan budaya masyarakat. Gambar 38 a Bibit cabai, b Benih sawi.

5.4 Pengembangan Kampung Konservasi POGA