Batasan Morfologi Buku morfologi Bahasa Indonesia

kemakmuran akan tercipta, kesempatan, terbentang hubungan, terpupuk, mendapatkan, meningkat, kebutuhan, terlayani, pengetahuan, berlipat, dan bertransformasi. Ditinjau dari satuan-satuan pembentuk kata-kata itu terdapat juga kesamaan makna, misalnya: terpupuk, terlayani, terbentang, pengetahuan, kebutuhan, mendapatkan, dan mentransformasikan. Kata merubah akan sama maknanya dengan kata mentrasformasikan pada kalimat: “Seseorang dapat merubah kehidupan mereka serta kehidupan orang lain di sekitar mereka”. Kata yang hampir mirip ini tidak mempunyai kesamaan arti, tetapi memiliki kesamaan konsep, misalnya: kata kemampuan memiliki hubungan arti dengan kemakmuran. Kata mentransformasikan memiliki hubungan makna dengan bertransformasi. Mencermati secara seksama penggunaan kata dalam kutipan di atas, dapat diketahui bahwa setiap kata itu memiliki makna. Kata yang memiliki makna itu diidentifiksi sebagai bentuk bahasa linguistic form.

C. Batasan Morfologi

Secara etimologis, istilah morfologi dalam bahasa Indonesia berasal dari kata morphology dalam bahasa Inggris. Istilah itu terbentuk dari dua buah morfem, yaitu morph ‘bentuk’ dan logy ‘ilmu’. Istilah morfologi dijelaskan oleh Chaer 2008: 3 merujuk kepada ‘Ilmu yang mengenai bentuk’ Di dalam linguistik, morfologi adalah mengkaji bentuk-bentuk kata dan proses pembentukan kata. Artinya setiap bentuk bahasa linguistic form yang berupa seluk beluk kata, menjadi objek sasaran untuk dikaji, misalnya, selain kata desain, terdapat kata mendesain, mendesainkan, terdesain, banyak desain, desain-desain, desain rumah, pendesainan bersusun, tampilan desain, hasil desain imaging, rancangan desain; di samping kata ekstensi terdapat kata diekstensikan, mengekstensi, pengekstensian; selain kata kontraksi terdapat kata berkontraksi, kontraksi otot, mengkontraksi, dikontraksikan, terkontraksi, otot berkontraksi; di sisi kata telepon, terdapat kata bertelepon, menelepon, meneleponkan, diteleponkan, telepon genggam, telepon pintar, telepon seluler, telepon-telepon, telepon-teleponan, bertelepon-teleponan. Mengamati kata-kata tersebut dapat diutarakan bahwa kata dalam bahasa Indonesia memiliki beragam bentuk. Kata desain 5 terdiri dari satu morfem, sama halnya dengan kata kontraksi dan telepon. Selanjutnya, kata mendesain terdiri dua morfem, yakni morfem {meN-} sebagai imbuhan, dan morfem desain sebagai bentuk dasar. Kata telepon-telepon terdiri dari dua morfem yaitu morfem telepon sebagai bentuk dasar, diikuti oleh morfem telepon sebagai morfem ulang. Kata telepon- teleponan, terdiri dari tiga morfem yaitu morfem telepon sebagai morfem dasar, diikuti oleh morfem telepon sebagai morfem ulang, diikuti oleh imbuhan {-an} sebagai morfem akhiran. Satuan bahasa berupa telepon seluler terdiri dari dua morfem, demikian pula kontraksi otot, desain rumah, telepon pintar, kartu pintar yang masing-masing bentuk bahasa itu merupakan kata. Kata mendesainkan terdiri dari dua morfem, yakni {meN-kan} sebagai imbuhan berupa prefiks dan morfem desain. Fenomena di atas dapat dipahami bahwa setiap satuan bahasa berupa morfem dapat mengalami perubahan. Perubahan itu menyebabkan satuan bahasa berupa morfem itu mengalami pergantian dalam dua hal, yaitu: 1 kelas kata; dan 2 makna kata. Misalnya, golongan kelas kata telepon berbeda dengan golongan kelas kata bertelepon-teleponan. Kata telepon dikategorikan sebagai golongan kata nominal, tetapi bertelepon-teleponan termasuk kelas kata verba. Ditinjau dari tataran makna kata-kata diekstensikan, mengekstensi, pengekstensian; kontraksi, berkontraksi, kontraksi otot, mengkontraksi, dikontraksikan, terkontraksi, otot berkontraksi; bertelepon, menelepon, meneleponkan, diteleponkan, telepon genggam, telepon pintar, telepon seluler, telepon-telepon, telepon-teleponan memiliki makna yang berbeda-beda. Pergantian kelas kata dan makna setiap kata seperti di atas termasuk di dalam ruang lingkup kajian morfologi. Jadi, morfologi mengkaji berbagai aspek bentuk kata, fungsi pergantian bentuk kata baik secara gramatik maupun semantik.

D. Morfologi dalam Ilmu Linguistik