a Bila ada dua konsonan di antara dua vokal, maka kedua
konsonan itu berada dalam satu suku, mungkin pula terletak dalam suku yang berbeda tergantung letak
transisinya.
b Bila sebuah konsonan merupakan satu kesatuan
ucapan, berbentuk satu gugus, transisi terletak di anatara vokal dan konsonan. Gejala itu terjadi bila
konsonan itu terletak dalam sebuah suku, yaitu suku- suku yang mengikutinya.
c Bila kedua konsonan itu tidak merupakan suatu
kesatuan, maka  konsonan itu berpindah letak membentuk suku kata baru dengan menggabung pada
sufiks {-an }. Misalnya:
Data fonemis suku
Struktur suku kata tegur
+  -an →  te+gu+ran
jelajah +  -an
→  je+la+ja+han tumbuk
+  -an →  tum+bu+kan
gumpal +  -an
→  gum+pa+lan Contoh penggunaan kata hasil transisi fonem dalam kalimat:
i. Pulau Sulawesi merupakan daerah jelajahan  para
pencari cengkih. ii.
Kerak samudra yang terangkat karena tumbukan lempeng Australia
iii. Setiap perkuliahan bahasa Indonesia selesai
disampaikan selalu ditutup dengan simpulan  materi perkuliah itu
iv. Banyak tulisan bermutu sudah diterbitkan dalam jurnal
Linguistik v.
Makalah seminar itu dibaca di hadapan  para ahli bahasa.
vi. Gumpalan  awan hitam akibat meletus gunung Merapi
terdapat di wilayah Yogyakarta.
3. Proses Morfofonemik dalam Konfiks {pe-an}
Proses morfofonemik dalam imbuhan dipaparkan secara berurut, yaitu proses morfonemik dalam konfiks {pe-an} dan
{per-an}. Uraian berikut ini dimulai dari:
45
1 Konfiks {per-}
Proses pengimbuhan berbasis morfofonemik dengan prefiks {per-} ada beberapa model, yaitu:
1 persenyawaan fonem r;
2 perubahan fonem r
3 pemertahanan fonem r
Paparan data berupa: 1
Persenyawaan fonem r akan terjadi seandainya bentuk dasar diawali dengan fonem r,  dan k misalnya:
{per-} +
{rampok} →  {perampok}
{per-} +
{rancang} →  {perancang}
{per-} +
{tambak} →  {petambak}
{per-} +
{kategori} →  {pekategori}
{per-} +
{kerja} →  {pekerja}
Contoh penggunaan kata hasil persenyawaan fonem dalam kalimat:
i. Perampok itu sudah ditangkap polisi.
ii. Busana pengantin itu dirancang oleh perancang terkenal.
iii. Petambak itu memanen ikan nila setiap minggu 100 kg.
iv. Setiap hitungan dalam statistik deskriptif memiliki
varibel pekategori. v.
Setiap pekerja mendapat gaji Rp 1.000.000,- per minggu.
2
Perubahan fonem r menjadi l
Bahasa Indonesia perubahan fonem r menjadi l hanya terjadi pada morfem imbuhan {per-} + bentuk dasar
{ajar}. Contoh:
Contoh penggunaan kata hasil perubahan fonem r menjadi l dalam kalimat:
{per-} +  {ajar}
→  {pelajar}
46
Model perubahan ini tidak produktif dalam bahasa Indonesia, dan hanya ada satu kasus  saja yaitu pada bentuk pelajar.
3 Pemertahanan fonem r terjadi pada satuan bahasa yang
atau morfem bebas yang diawali oleh bunyi p, t, c, k, l, m, j contoh:
{per-} +  {lambang}
→  {perlambang} {per-}
+  {panjang} →  {perpanjang}
{per-} +  {tahap}
→  {pertahap} {per-}
+  {metode} →  {permetode}
{per-} +  {jari}
→  {jari} {per-}
+  {contoh} →  {percontoh}
Contoh penggunaan kata hasil pemertahanan fonem dalam kalimat:
i. Dalam tradisi budaya Cina ikan Arwana
perlambang panjang umur. ii.
Perpanjang surat tanda naik kendaraan anda iii.
Pembangunan mall itu dilakukan pertahap. iv.
Penelitian jamur itu dilakukan permetode. v.
Kuku itu dipotong perjari.
2 Konfiks {per-an}
Konfiks  {per-an} merupakan imbuhan berupa prefiks yang sangat produktif mengalami proses morfofonemik.
Proses morfofonemik yang dialami oleh imbuhan {per-an} terjadi dalam beberapa model, yaikni: 1 persenyawaan fonem;
2 pemertahanan fonem; dan 3 penambahan fonem. Paparan masing-masing model itu sebagai berikut:
1 Persenyawaan fonem merujuk kepada fenomena,
sekiranya prefiks {per-an} diimbuhkan pada satuan bahasa berupa morfem dasar yang diawali oleh konsonan tak bersuara,
seperti:
47
bilabial Alveolar
Velar Hambat tak besuara
p t
k Geser
s Contoh:
{per-an} +  {tampung}
→  {penampungan} {per-an}
+  {selamat} →  {penyelamatan}
{per-an} +  {tangkar}
→  {penangkaran} {per-an}
+  {pagar} →  {pemagaran}
{per-an} +  {pandang}
→  {pamandangan} {per-an}
+  {kecuali} →  {pengecualian}
Contoh penggunaan kata hasil  fonem dalam kalimat: i.
Air sumur, misalnya didiamkan di penampungan dalam posisi terbuka selama 24 jam untuk mengikat
oksigen.
ii. Arwana menjadi penyelamat  bagi Suryadi ketika
perusahaan tempatnya mencari nafkah gulung tikar. iii.
Saya bertekad menekuni penangkaran arwana. iv.
Polisi melakukan pemagaran  menggunakan pita khusus  di tempat kejadian perkara.
v. Mereka tidak memiliki hak pengecualian  dalam
menangani kasus itu. Catatan :
a. Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau  n
terjadi pada proses morfofonemik antara {per-an} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem t.
b. Persenyawaan  yang memunculkan fonem sengau ñ
terjadi pada proses morfofonemik antara {per-an} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem s.
c. Persenyawaan  yang memunculkan fonem sengau m
terjadi pada proses morfofonemik antara {per-an} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem p.
d. Persenyawaan  yang memunculkan fonem ŋ terjadi
pada proses  morfofonemik antara {per-an} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem k.
48
2 Pemertahanan
Pemertahanan fonem merujuk kepada  prefiks {per-an} diimbuhkan pada satuan bahasa berupa morfem dasar yang
diawali oleh konsonan nasal, getar, lateral dan semivokal sebagai berikut:
bilabial  Alveolar  Palatal Hambat
besuara b
d g
Nasal m
n ñ
Getar r
Lateral l
semivokal y
Contoh:
{per-an} +  {laku}
→  {perlakuan} {per-an}
+  {rakit} →  {perakitan}
{per-an} +
{yayasan}
→  {peryayasanan} {per-an}
+  {mesin} →  {permesinan}
{per-an} +  {dagang}
→  {perdagangan} {per-an}
+  {bukit} →  {perbukitan}
{per-an} +  {nyata}
→  {pernyataan} {per-an}
+  {nafas} →  {pernafasan}
Contoh penggunaan kata hasil pemertahanan fonem dalam kalimat:
i. Selang dua setengah jam, ia menguras akuarium
karena air  kotor. Lalu mengisi air baru asal galon isi ulang tanpa perlakuan terlebih dahulu.
ii. Perakitan  mobil esemka buatan Indonesia terus
ditingkatkan. iii.
Setiap organisasi pendidikan swasta perlu memiliki izin peryayasanan pengelola pendidikan itudi setiap
jejang.
iv. Ali menekuni seluk  beluk permesinan  sejak masih
mengikuti pendidikan di tingkat sekolah menengah pertama.
v. Pernyataan orang itu sangat jelas.
49
3 Penambahan
Penambahan fonem merujuk kepada  prefiks {per-an} diimbuhkan pada satuan bahasa berupa morfem dasar tidak
ditemukan dalam bahasa Indonesia, khususnya pada penulisan buku ini. Gejala yang sangat dominan adalah persenyawaan
dan pemertahanan fonem sebagaimana tertera di bagian 1 dan 2 pada paparan sebelum ini.
4. Proses Morfofonemik dalam Imbuhan  dalam  prefiks
atau    awalan seperti  : {me-};    {pe-};  {per-}; {ber-}; {ter-}. Uraian berikut ini diawali dengan;
1 Prefiks {me-}
Proses morfofonemik yang dialami oleh imbuhan {me-} terjadi dalam beberapa model, yaikni: 1 persenyawaan fonem; 2
pemertahanan fonem; dan 3 penambahan fonem. Imbuhan prefiks {me-} berfungsi membentuk kata kerja aktif transitif
dan kata kerja intransitif. Paparan  masing-masing model itu diawali dengan uraian: {me-}; {me-kan} dan {me-i}.
1 Persenyawaan mengacu kepada prefiks {me-} yang
diimbuhkan kepada satuan dasar yang dimulai dengan konsonan:
Bilabial Alveolar
Velar Hambat tak besuara
p t
k Geser
s Proses pembentukan kata itu sebagai berikut:
{me-} +  {pantang}
→  {memantang} {me-}
+  {pangkas} →  {memangkas}
{me-} +
{tabung}
→  {menabung} {me-}
+  {tampal} →  {menampal}
{me-} +  {karang}
→  {mengarang} {me-}
+  {kateter} →  {mengateter}
{me-} +  {kawal}
→  {mengawal} {me}
+  {susu} →  {menyusu}
50
Contoh penggunaan kata dalam kalimat: i.
Anita tidak pernah memantang makanan. ii.
Setiap tiga bulan sekali, Ali memangkas rambutnya. iii.
Kakak mengajari adiknya untuk menabung  uang di Bank Mandiri.
iv. Ibu menampal bajunya yang sudah robek.
v. Pak Hamid pandai mengarang lagu bahasa Krui.
vi. Dokter itu sedang mengateter pasien yang sakit ginjal
vii. Bayi itu sedang menyusu kepada ibunya.
Catatan : a.
Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau  n terjadi pada proses morfofonemik antara {me-} dengan
bentuk dasar yang diawali dengan fonem t. b.
Persenyawaan  yang memunculkan fonem sengau ñ terjadi pada proses morfofonemik antara {me-} dengan
bentuk dasar yang dawali dengan fonem s. c.
Persenyawaan  yang memunculkan fonem sengau m terjadi pada proses morfofonemik antara {m} dengan
bentuk dasar yang dawali dengan fonem p. d.
Persenyawaan  yang memunculkan fonem ŋ terjadi pada proses morfofonemik antara {me-} dengan bentuk
dasar yang dawali dengan fonem k.
2 Pemertahanan mengacu kepada prefiks {me-} yang
diimbuhkan kepada satuan dasar yang dimulai dengan konsonan
Bilabial  labiodental  Alveolar  palatal  Velar Getar
r Lateral
l Nasal
m n
ñ ŋ
Semivokal  w y
51
Proses pembentukan kata itu sebagai berikut: {me-}
+  {rapel} →  {merapel}
{me-} +  {landai}
→  {melandai} {me-}
+
{minum}
→  {meminum} {me-}
+  {nanti} →  {menanti}
{me-} +  {laknat}
→  {melaknat} {me-}
+  {mejeng } →  {memejeng}
{me-} +  {nyala}
→  {menyala} {me}
+  {ngeong} →  {mengeong}
Contoh penggunaan kata itu dalam kalimat:
i. Perusahaan itu merapel  gaji karyawan tiga bula
sekali. ii.
Bentuk pegunungan itu melandai  dari pantai utara pulau Jawa hingga ke selatan.
iii. Pak Ardih sedang meminum obat
iv. Tuhan akan melaknat orang yang korupsi.
v. Saudagar mobil itu sedang memejeng mobil.
3 Penambahan mengacu kepada prefiks {me-} yang
diimbuhkan kepada satuan dasar yang dimulai dengan konsonan  sebagai berikut:
Bilabial labiodental
Alveolar Vela
r glotal
Hambat bersuara
b d
g Hambat tak
bersuara p
t k
Geser tak
bersuara f
x h
Semivokal w
x adalah simbol fonem kh
52
Proses pembentukan kata itu sebagai berikut: {me-}
+  {basmi} →  {membasmi}
{me-} +  {defensif}
→  {mendefensif} {me-}
+
{genggam}
→  {menggenggam} {me-}
+  {faksimile} →  {memfaksimile}
{me-} +  {pak}
→  {mengepak} {me-}
+  {cas } →  {mengecas}
{me-} +  {tik }
→  {mengetik} {me-}
+  {lap } →  {mengelap}
{me-} +  {bom }
→  {mengebom} {me-}
+  {cap} →  {mengecap}
{me-} +  {khitan}
→  {mengkhitan} {me-}
+  {hidu} →  {menghidu}
{me-} +  {wisuda}
→  {mewisuda} {me-}
+  {wabah} →  {mewabah}
Contoh penggunaan kata itu dalam kalimat:
i. Knalpot panas dapat digunakan sebagai sumber
pengecas ponsel. ii.
Untuk membasmi jentik jamuk demam berdarah dibutuhkan kegiatan menguras bak berisi air.
iii. Meriam penangkis itu berguna untuk
mendefensif serangan yang datang udara. iv.
Pak Ardih sedang memfaksimile surat undangan workshop BIPA.
v. Rektor Universitas swasta di kota Bogor sedang
mewisuda para mahasiswa yang sudah lulus ujian skripsi.
vi. Penyakit ebola sedang mewabah di Afrika.
vii. Setiap pagi hari kita perlu menghidu udara
bersih.
Catatan : a.
Penambahan  yang memunculkan fonem sengau  n terjadi pada proses morfofonemik antara {me-} dengan
bentuk dasar yang diawali dengan fonem d.
53
b. Penambahan  yang memunculkan fonem sengau m
terjadi pada proses morfofonemik antara {me-} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem b; f.
c. Persenyawaan  yang memunculkan fonem sengau   ŋe
terjadi pada proses morfofonemik dengan bentuk dasar yang diawali dengan fonem p, b, c dan l yang
berbentuk satu suku kata.
d. Persenyawaan  yang memunculkan fonem ŋ terjadi
pada proses morfofonemik antara {me-} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem g; u, o, e, i, a.
2 Konfiks {me-kan}
Konfiks {me-kan} memiliki makna ‘melakukan sesuatu untuk orang lain’.
Proses morfofonemik yang dialami oleh imbuhan {me-kan} terjadi dalam beberapa model, yaikni: 1 persenyawaan fonem;
2 pemertahanan fonem; dan 3 penambahan fonem
1 Persenyawaan mengacu kepada konfiks {me-kan} yang
diimbuhkan kepada satuan dasar yang dimulai dengan konsonan:
Bilabial Alveolar
Velar Glottal
Hambat tak besuara
p t
k Geser
s h
Proses pembentukan kata itu sebagai berikut:
{me-kan} +  {perlu}
→  {memerlukan} {me-kan}
+  {senang} →  {menyenangkan}
{me-kan} +  {terap}
→  {menerapkan} {me-kan}
+  {utama} →  {mengutamakan}
{me-kan} +  {kata}
→  {mengatakan} {me-kan}
+  {hasil} →  {menghasilkan}
Contoh penggunaan kata dalam kalimat: i.
Banyak orang menerapkan  warna gelap, maka view luar sebaiknya harus dapat dioptimalkan.
54
ii. Menyenangkan  di pagi hari saat baru terjaga
dapat melihat perubahan alam setiap hari.
Sumber kalimat i dan ii: Majalah Home: September, 2013: 25
iii. Sebuah tempat tidur lemari pakaian dan
stoolnnya ada di kamar, namun kamar tidur ini memerlukan
dekorasi berbeda untuk membuatnya lebih ‘hidup’.
Sumber kalimat no iii: Majalah Home: September, 2013: 25
iv. Warna menjadi faktor penting pada sebuah
ruangan yang sangat mengutamakan suasana.
Sumber kalimat no iv: Majalah Home: September, 2013: 30
Catatan :
a. Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau n
terjadi pada proses morfofonemik antara {me-kan} dengan bentuk dasar yang diawali dengan fonem t.
b. Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau ñ
terjadi pada proses morfofonemik antara {me-kan} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem s.
c. Persenyawaan  yang memunculkan fonem sengau m
terjadi pada proses morfofonemik antara {m} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem p.
d. Persenyawaan  yang memunculkan fonem ŋ terjadi
pada proses morfofonemik antara {me-} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem k.
4 Pemertahanan mengacu kepada konfiks {me-kan} yang
diimbuhkan kepada satuan dasar yang dimulai dengan konsonan
Bilabial  palatal Alveolar  palatal  Velar
Afrikat c
Getar r
Lateral l
Nasal m
n ñ
ŋ Semivokal  w
y
55
Proses pembentukan kata itu sebagai berikut:
{me-kan} +  {cipta}
→  {menciptakan} {me-kan}
+  {runding} →  {merundingkan}
{me-kan} +
{laku}
→  {melakukan} {me-kan}
+
{luncur}
→  {meluncurkan} {me-kan}
+  {mahfum} →  {memahfumkan}
{me-kan} +  {nazar}
→  {menazarkan} {me-kan}
+  {nyala} →  {menyalakan}
{me-kan} +  {nyala}
→  {menyalakan} {me-kan}
+  {wacana} →  {mewacanakan}
{me-kan} +  {yakin}
→  {meyakinkan} Contoh penggunaan kata itu dalam kalimat:
i. Belda Farika menciptakan  Loom.  Loom  yang
dalam Bahasa Indonesia berarti tenun ini, memiliki kelebihan pada patternya.
ii. Keluraga kami sedang merundingkan  masalah
perbaikan rumah. iii.
Furniture lain memberi keleluasaan lebih untuk melakukan pendekatan estetis.
iv. Berita  facebook  itu sudah kubaca, dan saya
sudah memahfumkan isi berita itu.
5 Penambahan mengacu kepada konfiks {me-kan} yang
diimbuhkan kepada satuan dasar yang dimulai dengan konsonan  sebagai berikut:
Bilabial labiodental
Alveolar Vela
r glotal
Hambat bersuara
b d
g Hambat tak
bersuara p
t k
Geser tak
bersuara f
s x
h Semivokal
w Keterangan : x adalah simbol fonem kh
56
Proses pembentukan kata itu sebagai berikut: {me-kan}
+  {fokus} →  {memfokuskan}
{me-kan} +  {selenggara}
→  {menyelenggarakan} {me-kan}
+
{ungkap}
→  {mengungkapkan} {me-kan}
+  {guna} →  {menggunakan}
{me-kan} +  {khawatir}
→  {mengkhawatirkan} {me-kan}
+  {hampar} →  {menghamparkan}
{me-kan} +  {cap}
→  {mengecapkan} Contoh penggunaan kata itu dalam kalimat:
i. Setiap peneliti perlu memfokuskan  diri kepada
objek kajiannya. ii.
Sekolah Dasar Negeri III Slipi pagi selalu menyelenggarakan  upacara bendera setiap  hari
Senin pagi. iii.
Orang itu mengungkapkan  rasa bersyukur setiap pagi.
Catatan : 1
Penambahan yang memunculkan fonem sengau n terjadi pada proses morfofonemik antara {me-kan}
dengan bentuk dasar yang diawali dengan fonem d.
2 Penambahan yang memunculkan fonem sengau m
terjadi pada proses morfofonemik antara {me-kan} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem b;
f.
3 Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau
ŋe terjadi pada proses morfofonemik dengan bentuk dasar yang diawali dengan fonem p, b, c
dan l yang berbentuk satu suku kata.
3 Konfiks  {me-i}
Konfiks {me-i} memiliki  beberapa makna antara lain sebagai berikut:
1 Konfiks {me-i} bermakna ‘memberi’
2 Konfiks {me-i} bermakna ‘mencermati objek’
57
3 Konfiks {me-i}bermakna ‘melakukan pada’
4 Konfiks {me-i}bermakna ‘merasa pada’
5 Konfiks {me-i}bermakna ‘membuat jadi’
6 Konfiks {me-i} bermkna  ‘kegiatan berulang’
Proses morfofonemik yang dialami oleh imbuhan {me-i} terjadi dalam beberapa tipe, yaikni: i persenyawaan fonem;
ii pemertahanan fonem; dan iii penambahan fonem
1 Persenyawaan mengacu kepada prefiks {me-i} yang
diimbuhkan kepada satuan dasar yang dimulai dengan konsonan:
Bilabial Alveolar
Velar  palatal  Glottal Hambat tak
besuara p
t k
Geser s
h Nasal
m n
ŋ ñ
Proses pembentukan kata itu sebagai berikut:
{me-i} +  {waris}
→  {mewarisi} {me-i}
+  {cekok} →  {mencekoki}
{me-i} +  {senter}
→  {menyenteri} {me-i}
+  {tatap} →  {menatapi}
{me-i} +  {perang}
→  {memerangi} {me-i}
+  {kritis} →  {mengkritisi}
Contoh penggunaan kata dalam kalimat: i.
Orang itu mewarisi  anaknya sebuah rumah sederhana.
ii. Tukang jamu itu mencekoki  anak-anak yang
kurang nafsu makan setiap pagi. iii.
Penjaga malam di kampung itu menyenteri setiap sudut yang gelap.
58
iv. Saya selalu menatapi  anak-anak yang sedang
tertidur lelap pada malam hari.
Catatan : a.
Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau n terjadi pada proses morfofonemik antara {me-i}
dengan bentuk dasar yang diawali dengan fonem t.
b. Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau ñ
terjadi pada proses morfofonemik antara {me-i} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem s.
c. Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau
m terjadi pada proses morfofonemik antara {m} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem p.
d. Persenyawaan yang memunculkan fonem ŋ terjadi
pada proses morfofonemik antara {me-} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem k.
6 Pemertahanan mengacu kepada prefiks {me-i} yang
diimbuhkan kepada satuan dasar yang dimulai dengan konsonan
Bilabial  palatal Alveolar  palatal  Velar
Bilabial g
Afrikat c
Getar r
Lateral l
Nasal m
n ñ
ŋ Semivokal  w
y Proses pembentukan kata itu sebagai berikut:
{me-kan} +  {cipta}
→  {menciptakan} {me-kan}
+  {runding} →  {merundingkan}
{me-kan} +
{laku}
→  {melakukan}
59
{me-kan} +
{luncur}
→  {meluncurkan} {me-kan}
+  {mahfum} →  {memahfumkan}
{me-kan} +  {nazar}
→  {menazarkan} {me-kan}
+  {nyala} →  {menyalakan}
{me-kan} +  {nyala}
→  {menyalakan} {me-kan}
+  {wacana} →  {mewacanakan}
{me-kan} +  {yakin}
→  {meyakinkan} Contoh penggunaan kata itu dalam kalimat:
v. Belda Farika menciptakan  Loom.  Loom  yang
dalam Bahasa Indonesia berarti tenun ini, memiliki kelebihan pada patternya.
vi. Keluraga kami sedang merundingkan  masalah
perbaikan rumah. vii.
Furniture lain memberi keleluasaan lebih untuk melakukan pendekatan estetis.
viii. Berita  facebook  itu sudah kubaca, dan saya
sudah memahfumkan isi berita itu.
7 Penambahan mengacu kepada prefiks {me-kan} yang
diimbuhkan kepada satuan dasar yang dimulai dengan konsonan  sebagai berikut:
Bilabial labiodental
Alveolar Vela
r glotal
Hambat bersuara
b d
g Hambat tak
bersuara p
t k
Geser tak
bersuara f
s x
h Semivokal
w Keterangan : x adalah simbol fonem kh
Proses pembentukan kata itu sebagai berikut: {me-kan}
+  {fokus} →  {memfokuskan}
{me-kan} +  {selenggara}
→  {menyelenggarakan} {me-kan}
+
{ungkap}
→  {mengungkapkan}
60
{me-kan} +  {guna}
→  {menggunakan} {me-kan}
+  {khawatir} →  {mengkhawatirkan}
{me-kan} +  {hampar}
→  {menghamparkan} {me-kan}
+  {cap} →  {mengecapkan}
Contoh penggunaan kata itu dalam kalimat:
iv. Setiap peneliti perlu memfokuskan  diri kepada
objek kajiannya. v.
Sekolah Dasar Negeri III Slipi pagi selalu menyelenggarakan  upacara bendera setiap  hari
Senin pagi. vi.
Orang itu mengungkapkan  rasa bersyukur setiap pagi.
Catatan : 1
Penambahan yang memunculkan fonem sengau n terjadi pada proses morfofonemik antara {me-kan}
dengan bentuk dasar yang diawali dengan fonem d. 2
Penambahan yang memunculkan fonem sengau m terjadi pada proses morfofonemik antara {me-kan}
dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem b; f.
3 Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau
ŋe terjadi pada proses morfofonemik dengan bentuk dasar yang diawali dengan fonem p, b, c
dan l yang berbentuk satu suku kata.
D. Jenis-Jenis Kaidah Morfofonemik