Proses Morfofonemik dalam Konfiks {pe-an}

a Bila ada dua konsonan di antara dua vokal, maka kedua konsonan itu berada dalam satu suku, mungkin pula terletak dalam suku yang berbeda tergantung letak transisinya. b Bila sebuah konsonan merupakan satu kesatuan ucapan, berbentuk satu gugus, transisi terletak di anatara vokal dan konsonan. Gejala itu terjadi bila konsonan itu terletak dalam sebuah suku, yaitu suku- suku yang mengikutinya. c Bila kedua konsonan itu tidak merupakan suatu kesatuan, maka konsonan itu berpindah letak membentuk suku kata baru dengan menggabung pada sufiks {-an }. Misalnya: Data fonemis suku Struktur suku kata tegur + -an → te+gu+ran jelajah + -an → je+la+ja+han tumbuk + -an → tum+bu+kan gumpal + -an → gum+pa+lan Contoh penggunaan kata hasil transisi fonem dalam kalimat: i. Pulau Sulawesi merupakan daerah jelajahan para pencari cengkih. ii. Kerak samudra yang terangkat karena tumbukan lempeng Australia iii. Setiap perkuliahan bahasa Indonesia selesai disampaikan selalu ditutup dengan simpulan materi perkuliah itu iv. Banyak tulisan bermutu sudah diterbitkan dalam jurnal Linguistik v. Makalah seminar itu dibaca di hadapan para ahli bahasa. vi. Gumpalan awan hitam akibat meletus gunung Merapi terdapat di wilayah Yogyakarta.

3. Proses Morfofonemik dalam Konfiks {pe-an}

Proses morfofonemik dalam imbuhan dipaparkan secara berurut, yaitu proses morfonemik dalam konfiks {pe-an} dan {per-an}. Uraian berikut ini dimulai dari: 45 1 Konfiks {per-} Proses pengimbuhan berbasis morfofonemik dengan prefiks {per-} ada beberapa model, yaitu: 1 persenyawaan fonem r; 2 perubahan fonem r 3 pemertahanan fonem r Paparan data berupa: 1 Persenyawaan fonem r akan terjadi seandainya bentuk dasar diawali dengan fonem r, dan k misalnya: {per-} + {rampok} → {perampok} {per-} + {rancang} → {perancang} {per-} + {tambak} → {petambak} {per-} + {kategori} → {pekategori} {per-} + {kerja} → {pekerja} Contoh penggunaan kata hasil persenyawaan fonem dalam kalimat: i. Perampok itu sudah ditangkap polisi. ii. Busana pengantin itu dirancang oleh perancang terkenal. iii. Petambak itu memanen ikan nila setiap minggu 100 kg. iv. Setiap hitungan dalam statistik deskriptif memiliki varibel pekategori. v. Setiap pekerja mendapat gaji Rp 1.000.000,- per minggu. 2 Perubahan fonem r menjadi l Bahasa Indonesia perubahan fonem r menjadi l hanya terjadi pada morfem imbuhan {per-} + bentuk dasar {ajar}. Contoh: Contoh penggunaan kata hasil perubahan fonem r menjadi l dalam kalimat: {per-} + {ajar} → {pelajar} 46 Model perubahan ini tidak produktif dalam bahasa Indonesia, dan hanya ada satu kasus saja yaitu pada bentuk pelajar. 3 Pemertahanan fonem r terjadi pada satuan bahasa yang atau morfem bebas yang diawali oleh bunyi p, t, c, k, l, m, j contoh: {per-} + {lambang} → {perlambang} {per-} + {panjang} → {perpanjang} {per-} + {tahap} → {pertahap} {per-} + {metode} → {permetode} {per-} + {jari} → {jari} {per-} + {contoh} → {percontoh} Contoh penggunaan kata hasil pemertahanan fonem dalam kalimat: i. Dalam tradisi budaya Cina ikan Arwana perlambang panjang umur. ii. Perpanjang surat tanda naik kendaraan anda iii. Pembangunan mall itu dilakukan pertahap. iv. Penelitian jamur itu dilakukan permetode. v. Kuku itu dipotong perjari. 2 Konfiks {per-an} Konfiks {per-an} merupakan imbuhan berupa prefiks yang sangat produktif mengalami proses morfofonemik. Proses morfofonemik yang dialami oleh imbuhan {per-an} terjadi dalam beberapa model, yaikni: 1 persenyawaan fonem; 2 pemertahanan fonem; dan 3 penambahan fonem. Paparan masing-masing model itu sebagai berikut: 1 Persenyawaan fonem merujuk kepada fenomena, sekiranya prefiks {per-an} diimbuhkan pada satuan bahasa berupa morfem dasar yang diawali oleh konsonan tak bersuara, seperti: 47 bilabial Alveolar Velar Hambat tak besuara p t k Geser s Contoh: {per-an} + {tampung} → {penampungan} {per-an} + {selamat} → {penyelamatan} {per-an} + {tangkar} → {penangkaran} {per-an} + {pagar} → {pemagaran} {per-an} + {pandang} → {pamandangan} {per-an} + {kecuali} → {pengecualian} Contoh penggunaan kata hasil fonem dalam kalimat: i. Air sumur, misalnya didiamkan di penampungan dalam posisi terbuka selama 24 jam untuk mengikat oksigen. ii. Arwana menjadi penyelamat bagi Suryadi ketika perusahaan tempatnya mencari nafkah gulung tikar. iii. Saya bertekad menekuni penangkaran arwana. iv. Polisi melakukan pemagaran menggunakan pita khusus di tempat kejadian perkara. v. Mereka tidak memiliki hak pengecualian dalam menangani kasus itu. Catatan : a. Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau n terjadi pada proses morfofonemik antara {per-an} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem t. b. Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau ñ terjadi pada proses morfofonemik antara {per-an} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem s. c. Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau m terjadi pada proses morfofonemik antara {per-an} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem p. d. Persenyawaan yang memunculkan fonem ŋ terjadi pada proses morfofonemik antara {per-an} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem k. 48 2 Pemertahanan Pemertahanan fonem merujuk kepada prefiks {per-an} diimbuhkan pada satuan bahasa berupa morfem dasar yang diawali oleh konsonan nasal, getar, lateral dan semivokal sebagai berikut: bilabial Alveolar Palatal Hambat besuara b d g Nasal m n ñ Getar r Lateral l semivokal y Contoh: {per-an} + {laku} → {perlakuan} {per-an} + {rakit} → {perakitan} {per-an} + {yayasan} → {peryayasanan} {per-an} + {mesin} → {permesinan} {per-an} + {dagang} → {perdagangan} {per-an} + {bukit} → {perbukitan} {per-an} + {nyata} → {pernyataan} {per-an} + {nafas} → {pernafasan} Contoh penggunaan kata hasil pemertahanan fonem dalam kalimat: i. Selang dua setengah jam, ia menguras akuarium karena air kotor. Lalu mengisi air baru asal galon isi ulang tanpa perlakuan terlebih dahulu. ii. Perakitan mobil esemka buatan Indonesia terus ditingkatkan. iii. Setiap organisasi pendidikan swasta perlu memiliki izin peryayasanan pengelola pendidikan itudi setiap jejang. iv. Ali menekuni seluk beluk permesinan sejak masih mengikuti pendidikan di tingkat sekolah menengah pertama. v. Pernyataan orang itu sangat jelas. 49 3 Penambahan Penambahan fonem merujuk kepada prefiks {per-an} diimbuhkan pada satuan bahasa berupa morfem dasar tidak ditemukan dalam bahasa Indonesia, khususnya pada penulisan buku ini. Gejala yang sangat dominan adalah persenyawaan dan pemertahanan fonem sebagaimana tertera di bagian 1 dan 2 pada paparan sebelum ini. 4. Proses Morfofonemik dalam Imbuhan dalam prefiks atau awalan seperti : {me-}; {pe-}; {per-}; {ber-}; {ter-}. Uraian berikut ini diawali dengan; 1 Prefiks {me-} Proses morfofonemik yang dialami oleh imbuhan {me-} terjadi dalam beberapa model, yaikni: 1 persenyawaan fonem; 2 pemertahanan fonem; dan 3 penambahan fonem. Imbuhan prefiks {me-} berfungsi membentuk kata kerja aktif transitif dan kata kerja intransitif. Paparan masing-masing model itu diawali dengan uraian: {me-}; {me-kan} dan {me-i}. 1 Persenyawaan mengacu kepada prefiks {me-} yang diimbuhkan kepada satuan dasar yang dimulai dengan konsonan: Bilabial Alveolar Velar Hambat tak besuara p t k Geser s Proses pembentukan kata itu sebagai berikut: {me-} + {pantang} → {memantang} {me-} + {pangkas} → {memangkas} {me-} + {tabung} → {menabung} {me-} + {tampal} → {menampal} {me-} + {karang} → {mengarang} {me-} + {kateter} → {mengateter} {me-} + {kawal} → {mengawal} {me} + {susu} → {menyusu} 50 Contoh penggunaan kata dalam kalimat: i. Anita tidak pernah memantang makanan. ii. Setiap tiga bulan sekali, Ali memangkas rambutnya. iii. Kakak mengajari adiknya untuk menabung uang di Bank Mandiri. iv. Ibu menampal bajunya yang sudah robek. v. Pak Hamid pandai mengarang lagu bahasa Krui. vi. Dokter itu sedang mengateter pasien yang sakit ginjal vii. Bayi itu sedang menyusu kepada ibunya. Catatan : a. Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau n terjadi pada proses morfofonemik antara {me-} dengan bentuk dasar yang diawali dengan fonem t. b. Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau ñ terjadi pada proses morfofonemik antara {me-} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem s. c. Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau m terjadi pada proses morfofonemik antara {m} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem p. d. Persenyawaan yang memunculkan fonem ŋ terjadi pada proses morfofonemik antara {me-} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem k. 2 Pemertahanan mengacu kepada prefiks {me-} yang diimbuhkan kepada satuan dasar yang dimulai dengan konsonan Bilabial labiodental Alveolar palatal Velar Getar r Lateral l Nasal m n ñ ŋ Semivokal w y 51 Proses pembentukan kata itu sebagai berikut: {me-} + {rapel} → {merapel} {me-} + {landai} → {melandai} {me-} + {minum} → {meminum} {me-} + {nanti} → {menanti} {me-} + {laknat} → {melaknat} {me-} + {mejeng } → {memejeng} {me-} + {nyala} → {menyala} {me} + {ngeong} → {mengeong} Contoh penggunaan kata itu dalam kalimat: i. Perusahaan itu merapel gaji karyawan tiga bula sekali. ii. Bentuk pegunungan itu melandai dari pantai utara pulau Jawa hingga ke selatan. iii. Pak Ardih sedang meminum obat iv. Tuhan akan melaknat orang yang korupsi. v. Saudagar mobil itu sedang memejeng mobil. 3 Penambahan mengacu kepada prefiks {me-} yang diimbuhkan kepada satuan dasar yang dimulai dengan konsonan sebagai berikut: Bilabial labiodental Alveolar Vela r glotal Hambat bersuara b d g Hambat tak bersuara p t k Geser tak bersuara f x h Semivokal w x adalah simbol fonem kh 52 Proses pembentukan kata itu sebagai berikut: {me-} + {basmi} → {membasmi} {me-} + {defensif} → {mendefensif} {me-} + {genggam} → {menggenggam} {me-} + {faksimile} → {memfaksimile} {me-} + {pak} → {mengepak} {me-} + {cas } → {mengecas} {me-} + {tik } → {mengetik} {me-} + {lap } → {mengelap} {me-} + {bom } → {mengebom} {me-} + {cap} → {mengecap} {me-} + {khitan} → {mengkhitan} {me-} + {hidu} → {menghidu} {me-} + {wisuda} → {mewisuda} {me-} + {wabah} → {mewabah} Contoh penggunaan kata itu dalam kalimat: i. Knalpot panas dapat digunakan sebagai sumber pengecas ponsel. ii. Untuk membasmi jentik jamuk demam berdarah dibutuhkan kegiatan menguras bak berisi air. iii. Meriam penangkis itu berguna untuk mendefensif serangan yang datang udara. iv. Pak Ardih sedang memfaksimile surat undangan workshop BIPA. v. Rektor Universitas swasta di kota Bogor sedang mewisuda para mahasiswa yang sudah lulus ujian skripsi. vi. Penyakit ebola sedang mewabah di Afrika. vii. Setiap pagi hari kita perlu menghidu udara bersih. Catatan : a. Penambahan yang memunculkan fonem sengau n terjadi pada proses morfofonemik antara {me-} dengan bentuk dasar yang diawali dengan fonem d. 53 b. Penambahan yang memunculkan fonem sengau m terjadi pada proses morfofonemik antara {me-} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem b; f. c. Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau ŋe terjadi pada proses morfofonemik dengan bentuk dasar yang diawali dengan fonem p, b, c dan l yang berbentuk satu suku kata. d. Persenyawaan yang memunculkan fonem ŋ terjadi pada proses morfofonemik antara {me-} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem g; u, o, e, i, a. 2 Konfiks {me-kan} Konfiks {me-kan} memiliki makna ‘melakukan sesuatu untuk orang lain’. Proses morfofonemik yang dialami oleh imbuhan {me-kan} terjadi dalam beberapa model, yaikni: 1 persenyawaan fonem; 2 pemertahanan fonem; dan 3 penambahan fonem 1 Persenyawaan mengacu kepada konfiks {me-kan} yang diimbuhkan kepada satuan dasar yang dimulai dengan konsonan: Bilabial Alveolar Velar Glottal Hambat tak besuara p t k Geser s h Proses pembentukan kata itu sebagai berikut: {me-kan} + {perlu} → {memerlukan} {me-kan} + {senang} → {menyenangkan} {me-kan} + {terap} → {menerapkan} {me-kan} + {utama} → {mengutamakan} {me-kan} + {kata} → {mengatakan} {me-kan} + {hasil} → {menghasilkan} Contoh penggunaan kata dalam kalimat: i. Banyak orang menerapkan warna gelap, maka view luar sebaiknya harus dapat dioptimalkan. 54 ii. Menyenangkan di pagi hari saat baru terjaga dapat melihat perubahan alam setiap hari. Sumber kalimat i dan ii: Majalah Home: September, 2013: 25 iii. Sebuah tempat tidur lemari pakaian dan stoolnnya ada di kamar, namun kamar tidur ini memerlukan dekorasi berbeda untuk membuatnya lebih ‘hidup’. Sumber kalimat no iii: Majalah Home: September, 2013: 25 iv. Warna menjadi faktor penting pada sebuah ruangan yang sangat mengutamakan suasana. Sumber kalimat no iv: Majalah Home: September, 2013: 30 Catatan : a. Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau n terjadi pada proses morfofonemik antara {me-kan} dengan bentuk dasar yang diawali dengan fonem t. b. Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau ñ terjadi pada proses morfofonemik antara {me-kan} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem s. c. Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau m terjadi pada proses morfofonemik antara {m} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem p. d. Persenyawaan yang memunculkan fonem ŋ terjadi pada proses morfofonemik antara {me-} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem k. 4 Pemertahanan mengacu kepada konfiks {me-kan} yang diimbuhkan kepada satuan dasar yang dimulai dengan konsonan Bilabial palatal Alveolar palatal Velar Afrikat c Getar r Lateral l Nasal m n ñ ŋ Semivokal w y 55 Proses pembentukan kata itu sebagai berikut: {me-kan} + {cipta} → {menciptakan} {me-kan} + {runding} → {merundingkan} {me-kan} + {laku} → {melakukan} {me-kan} + {luncur} → {meluncurkan} {me-kan} + {mahfum} → {memahfumkan} {me-kan} + {nazar} → {menazarkan} {me-kan} + {nyala} → {menyalakan} {me-kan} + {nyala} → {menyalakan} {me-kan} + {wacana} → {mewacanakan} {me-kan} + {yakin} → {meyakinkan} Contoh penggunaan kata itu dalam kalimat: i. Belda Farika menciptakan Loom. Loom yang dalam Bahasa Indonesia berarti tenun ini, memiliki kelebihan pada patternya. ii. Keluraga kami sedang merundingkan masalah perbaikan rumah. iii. Furniture lain memberi keleluasaan lebih untuk melakukan pendekatan estetis. iv. Berita facebook itu sudah kubaca, dan saya sudah memahfumkan isi berita itu. 5 Penambahan mengacu kepada konfiks {me-kan} yang diimbuhkan kepada satuan dasar yang dimulai dengan konsonan sebagai berikut: Bilabial labiodental Alveolar Vela r glotal Hambat bersuara b d g Hambat tak bersuara p t k Geser tak bersuara f s x h Semivokal w Keterangan : x adalah simbol fonem kh 56 Proses pembentukan kata itu sebagai berikut: {me-kan} + {fokus} → {memfokuskan} {me-kan} + {selenggara} → {menyelenggarakan} {me-kan} + {ungkap} → {mengungkapkan} {me-kan} + {guna} → {menggunakan} {me-kan} + {khawatir} → {mengkhawatirkan} {me-kan} + {hampar} → {menghamparkan} {me-kan} + {cap} → {mengecapkan} Contoh penggunaan kata itu dalam kalimat: i. Setiap peneliti perlu memfokuskan diri kepada objek kajiannya. ii. Sekolah Dasar Negeri III Slipi pagi selalu menyelenggarakan upacara bendera setiap hari Senin pagi. iii. Orang itu mengungkapkan rasa bersyukur setiap pagi. Catatan : 1 Penambahan yang memunculkan fonem sengau n terjadi pada proses morfofonemik antara {me-kan} dengan bentuk dasar yang diawali dengan fonem d. 2 Penambahan yang memunculkan fonem sengau m terjadi pada proses morfofonemik antara {me-kan} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem b; f. 3 Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau ŋe terjadi pada proses morfofonemik dengan bentuk dasar yang diawali dengan fonem p, b, c dan l yang berbentuk satu suku kata. 3 Konfiks {me-i} Konfiks {me-i} memiliki beberapa makna antara lain sebagai berikut: 1 Konfiks {me-i} bermakna ‘memberi’ 2 Konfiks {me-i} bermakna ‘mencermati objek’ 57 3 Konfiks {me-i}bermakna ‘melakukan pada’ 4 Konfiks {me-i}bermakna ‘merasa pada’ 5 Konfiks {me-i}bermakna ‘membuat jadi’ 6 Konfiks {me-i} bermkna ‘kegiatan berulang’ Proses morfofonemik yang dialami oleh imbuhan {me-i} terjadi dalam beberapa tipe, yaikni: i persenyawaan fonem; ii pemertahanan fonem; dan iii penambahan fonem 1 Persenyawaan mengacu kepada prefiks {me-i} yang diimbuhkan kepada satuan dasar yang dimulai dengan konsonan: Bilabial Alveolar Velar palatal Glottal Hambat tak besuara p t k Geser s h Nasal m n ŋ ñ Proses pembentukan kata itu sebagai berikut: {me-i} + {waris} → {mewarisi} {me-i} + {cekok} → {mencekoki} {me-i} + {senter} → {menyenteri} {me-i} + {tatap} → {menatapi} {me-i} + {perang} → {memerangi} {me-i} + {kritis} → {mengkritisi} Contoh penggunaan kata dalam kalimat: i. Orang itu mewarisi anaknya sebuah rumah sederhana. ii. Tukang jamu itu mencekoki anak-anak yang kurang nafsu makan setiap pagi. iii. Penjaga malam di kampung itu menyenteri setiap sudut yang gelap. 58 iv. Saya selalu menatapi anak-anak yang sedang tertidur lelap pada malam hari. Catatan : a. Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau n terjadi pada proses morfofonemik antara {me-i} dengan bentuk dasar yang diawali dengan fonem t. b. Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau ñ terjadi pada proses morfofonemik antara {me-i} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem s. c. Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau m terjadi pada proses morfofonemik antara {m} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem p. d. Persenyawaan yang memunculkan fonem ŋ terjadi pada proses morfofonemik antara {me-} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem k. 6 Pemertahanan mengacu kepada prefiks {me-i} yang diimbuhkan kepada satuan dasar yang dimulai dengan konsonan Bilabial palatal Alveolar palatal Velar Bilabial g Afrikat c Getar r Lateral l Nasal m n ñ ŋ Semivokal w y Proses pembentukan kata itu sebagai berikut: {me-kan} + {cipta} → {menciptakan} {me-kan} + {runding} → {merundingkan} {me-kan} + {laku} → {melakukan} 59 {me-kan} + {luncur} → {meluncurkan} {me-kan} + {mahfum} → {memahfumkan} {me-kan} + {nazar} → {menazarkan} {me-kan} + {nyala} → {menyalakan} {me-kan} + {nyala} → {menyalakan} {me-kan} + {wacana} → {mewacanakan} {me-kan} + {yakin} → {meyakinkan} Contoh penggunaan kata itu dalam kalimat: v. Belda Farika menciptakan Loom. Loom yang dalam Bahasa Indonesia berarti tenun ini, memiliki kelebihan pada patternya. vi. Keluraga kami sedang merundingkan masalah perbaikan rumah. vii. Furniture lain memberi keleluasaan lebih untuk melakukan pendekatan estetis. viii. Berita facebook itu sudah kubaca, dan saya sudah memahfumkan isi berita itu. 7 Penambahan mengacu kepada prefiks {me-kan} yang diimbuhkan kepada satuan dasar yang dimulai dengan konsonan sebagai berikut: Bilabial labiodental Alveolar Vela r glotal Hambat bersuara b d g Hambat tak bersuara p t k Geser tak bersuara f s x h Semivokal w Keterangan : x adalah simbol fonem kh Proses pembentukan kata itu sebagai berikut: {me-kan} + {fokus} → {memfokuskan} {me-kan} + {selenggara} → {menyelenggarakan} {me-kan} + {ungkap} → {mengungkapkan} 60 {me-kan} + {guna} → {menggunakan} {me-kan} + {khawatir} → {mengkhawatirkan} {me-kan} + {hampar} → {menghamparkan} {me-kan} + {cap} → {mengecapkan} Contoh penggunaan kata itu dalam kalimat: iv. Setiap peneliti perlu memfokuskan diri kepada objek kajiannya. v. Sekolah Dasar Negeri III Slipi pagi selalu menyelenggarakan upacara bendera setiap hari Senin pagi. vi. Orang itu mengungkapkan rasa bersyukur setiap pagi. Catatan : 1 Penambahan yang memunculkan fonem sengau n terjadi pada proses morfofonemik antara {me-kan} dengan bentuk dasar yang diawali dengan fonem d. 2 Penambahan yang memunculkan fonem sengau m terjadi pada proses morfofonemik antara {me-kan} dengan bentuk dasar yang dawali dengan fonem b; f. 3 Persenyawaan yang memunculkan fonem sengau ŋe terjadi pada proses morfofonemik dengan bentuk dasar yang diawali dengan fonem p, b, c dan l yang berbentuk satu suku kata.

D. Jenis-Jenis Kaidah Morfofonemik