Buku morfologi yang sudah ada belum membahas berbagai aspek kebahasaan yang berkaitan dengan lima pilar dalam
kaitannya dengan kosakata yang muncul dari ranah telekomunikasi, kedokteran properti, bisnis, maupun teknologi
informasi. Buku morfologi yang telah ada masih terbatas pada analisis hanya didasarkan kepada pendeskripsian kaidah yang
tampak secara fisik berasal dari data ujaran maupun tulisan. Perbedaan buku morfologi bahasa Indonesia yang sudah ada
dengan buku morfologi ini terletak pada beberapa aspek, yaitu:
1 buku ini mendeskripsikan kaidah yang tampak secara
fisik, mengenai pembentukan kata baru yang muncul pada ranah telekomunikasi, kedokteran properti, bisnis,
dan teknologi informasi;
2 buku ini mendeskripsikan ciri-ciri semantik dari setiap
satuan bahasa akar atau leksem yang dianggap menjadi dasar pembentukan kata.
3 buku ini menganalisis leksem dalam kaitannya dengan
makna gramatikal dan semantik. Contohnya pengimbuhan prefiks {ter-} dengan leksem integrasi
menjadi {terintergrasi} ‘tergabung’, imbuhan {ter-} ditinjau dari segi fungsi membentuk kata kerja pasif,
selain itu, imbuhan {ter-} memberi makna gramatikal, yaitu ‘dalam keadaan’; sedangkan leksem integrasi
memiliki komponen makna + keadaan atau situasi. Contoh lain, pengimbuhan {meN-} dengan leksem
branding menjadi {membranding} ‘mencap; memberi merek’. Pengimbuhan {meN-} pada leksem branding,
membentuk kata kerja transitif, imbuhan {meN-} itu memiliki makna gramatikal ‘membubuhi’, leksem
branding memiliki komponen makna + menaruh sesuatu pada; menambahkan pada
B. Perkembangan Kosakata Bahasa Indonesia
Perkembangan atau pertambahan kosakata bahasa Indonesia bertumbuh sangat pesat. Kosakata sebagai satuan
analisis terbesar dalam kajian morfologi merupakan salah satu komponen bahasa yang dalam linguistik diberi istilah leksikon
lexicon. Pertanyaan yang dapat diajukan: “Bagaimana kosakata bahasa Indonesia dapat terus bertambah dan
berkembang?” Pertambahan dan perkembangan kosakata
2
bahasa Indonesia dapat terjadi karena berbagai aspek. Salah satu aspek yang dapat menggambarkan bahwa bahasa
Indonesia terus bertambah dan berkembang adalah aspek penggunaan bahasa Indonesia yang menjadi peranti utama
untuk memaparkan perkembangan ilmu pengetahuan di berbagai disiplin ilmu, umpamanya ilmu kedokteran,
telekomunikasi, bisnis, properti, teknologi informasi, dls. Selain itu, bahasa Indonesia juga merupakan peranti
komunikasi yang mumpuni untuk menceritakan kondisi ekonomi, sosial, kesehatan, pertumbuhan penduduk,
pendidikan, budaya, politik, lingkungan alam, bencana alam, konservasi alam, dan sebagainya.
Globalisasi diidentifikasi sebagai suatu era yang sangat berpengaruh kepada pertambahan dan perkembangan kosakata
bahasa Indonesia. Kosakata banyak bermunculan pada kurun waktu ini. “Bagaimana hal itu dapat terjadi? Ada beberapa hal
yang menyebabkan kosakata itu lahir, yakni: 1 kosakata muncul dari hasil penelitian terhadap suatu objek, dari objek itu
diciptakan nama, contoh kosakata android, blackberry, akun, rekening, markah buku, tembolok, situs web lapuk, cakram
digital, lema, entri, folder, cakram keras, online web, prosesor, jejaring, laman web, situs web, wireless, peramban web dan
lain sebagainya, kata-kata itu kemudian sering digunakan oleh penutur bahasa Indonesia baik secara perorangan, kelompok,
perusahaan, komunitas, maupun profesi; 2 kosakata itu sengaja diserap dari bahasa lain untuk keperluan penggambaran
makna suatu objek, konsep, proses, situasi, teks, konteks, karakter, ataupun sifat tertentu. Penciptaan dan penyerapan
kosakata dalam ranah-ranah tersebut, tentu ada alasan atau persoalan yang disesuaikan dengan maksud dan tujuan, contoh
kosakata yang muncul dari ranah teknologi informatika: diinstal; menginstal, terinstal; partisi, dipartisi, mempartisi,
diformat, memformat, terformat, meramban, pemampatan, sambungan peramban, caiberlaw atau hukum telematika,
mengheker, obrol siar internet wizard atau wisaya, webcasting atau siaran web, display atau tampilan, feedback atau balikam,
output atau keluaran, scanner atau pemindai, preview atau pratonton, seup atau tatan dls.
3
Perhatikan kutipan data asal teks bisnis sebagai berikut: “Ada sisi entrepreneur dalam diri kita. Sisi itu sangat
menarik, apabila kita tahu: bagaimana melakukan penemuan sisi itu. Seandainya sisi entrepreneur itu
telah ditemukan oleh seseorang, kemudian dia dapat secara konsisten melaksanakan dan
mentransformasikan di dalam kehidupan mereka serta kehidupan orang di sekitar mereka, itulah yang
dikatakan hebat. Visi seorang entrepreneur harus sangat kuat, sebab bila visi itu dilaksanakan dengan
baik, maka ada beberapa dimensi dapat terwujud, umpamanya: pekerjaan akan tercipta, inventori akan
tertata, kemampuan akan meningkat, karyawan akan berkembang, pemimpin akan terbimbing, kemakmuran
akan tercipta, kesempatan akan terbentang hubungan relasi akan terpupuk dengan baik, masyarakat akan
mendapatkan manfaat positif, gaya hidup akan meningkat, kebutuhan akan terlayani, pengetahuan
akan berlipat, pola pikir akan bertransformasi, dan ekonomi akan menjadi lebih meningkat, dan orang
tersebut dapat disebut kaya. dikutip dari halaman x …” dalam waktu 25 tahun itu, saya melalui proses
belajar yang saya terapkan pada hidup dan bisnis saya. Ketika pertama kali saya memulainya, saya belajar
tentang membranding diri saya sendiri sebagai model feysen…” dikutip dari halaman 4
Sumber: Komo, Nanz Ching, 2014. Bringing out the entrepreneur in you 47 Rahasa Pengusaha Sukses.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hal x .
Mencermati satuan-satuan bahasa yang terdapat di dalam kutipan di atas, terdapat kata-kata yang berulang, yaitu kata:
entrepreneur, penemuan, sisi, seseorang, mentransformasikan, memindahkan, kehidupan, dilaksanakan pekerjaan, tercipta,
inventori, tertata, kemampuan meningkat, dan berkembang. Selain ada satuan yang berulang pada teks itu juga terdapat
kosa kata yang hampir mirip, seperti pemimpin, terbimbing,
4
kemakmuran akan tercipta, kesempatan, terbentang hubungan, terpupuk, mendapatkan, meningkat, kebutuhan, terlayani,
pengetahuan, berlipat, dan bertransformasi.
Ditinjau dari satuan-satuan pembentuk kata-kata itu terdapat juga kesamaan makna, misalnya: terpupuk, terlayani,
terbentang, pengetahuan, kebutuhan, mendapatkan, dan mentransformasikan. Kata merubah akan sama maknanya
dengan kata mentrasformasikan pada kalimat: “Seseorang dapat merubah kehidupan mereka serta kehidupan orang lain
di sekitar mereka”. Kata yang hampir mirip ini tidak mempunyai kesamaan arti, tetapi memiliki kesamaan konsep,
misalnya: kata kemampuan memiliki hubungan arti dengan kemakmuran. Kata mentransformasikan memiliki hubungan
makna dengan bertransformasi. Mencermati secara seksama penggunaan kata dalam kutipan di atas, dapat diketahui bahwa
setiap kata itu memiliki makna. Kata yang memiliki makna itu diidentifiksi sebagai bentuk bahasa linguistic form.
C. Batasan Morfologi