2 Keunikan kaidah morfologi bahasa Indonesia yang
bersifat fleksibel. Artinya pembentukan kata antara morfem terikat dengan morfem bebas yang berupa
bentuk-bentuk morfem bebas yang baru muncul saat ini, baik berasal dari bahasa daerah maupun bahasa
asing proses pembentukan kata dapat berlangsung dengan baik tanpa hambatan yang berarti.
2. Pendekatan Ranah
Pendekatan ranah digunakan dengan dasar pemikiran bahwa penggunaan bahasa dalam masyarakat terjadi
di berbagai bidang kehidupan. Suparno 2012: 21 mengemukakan bahwa penggunaan bahasa adalah kebiasaan
berbahasa seorang penutur dengan mitra tuturnya atau penggunaan bahasa dalam masyarakat di dalam suatu peristiwa
bahasa tertentu. Penggunaan bahasa dalam masyarakat erat kaitannya dengan dalam bidang apa bahasa itu digunakan.
Apakah ada konsep tentang penggunaan bahasa pada suatu bidang? Penggunaan bahasa dalam masyarakat terjadi tidak
secara acak, tetapi mengikuti pola: “Kapan, di mana, dengan siapa, dalam situasi apa dan dalam ranah apa”. Fishman 1965:
26 dalam Suparno 2012: 21 memberi batasan bahwa ranah adalah tempat penutur melakukan pemilihan bahasa yang tepat
untuk digunakan. Dalam buku ini, konsep ranah dipahami bahwa keberadaan bahasa selalu ada dengan keberadaan
manusia sebagai penggunanya. Pemilihan ranah telekomunikasi, bisnis, teknologi informasi, properti dan
kedokteran dianggap sebagai ranah-ranah yang banyak terdapat kosakata baru dari bahasa asing masuk ke dalam bahasa
Indonesia. Berikut ini dipaparkan contoh kosa kata dalam ranah bisnis: terinfeksi, terinovasi, mengaplikasi, bermikroba,
terfermentasi, direhidrasi,
hidrasi, kewirausahaan,
berinovasilah, diklaim, keswadayaan, berbasiskan, diimplementasikan,
mengimplementasikan, mengeliminasi,
pengimplementasi, tereliminasi, didelineasi, direklamasi, diterlantarkan, uji kelayakan, diverifikasi, diaplikasikan, dls.
3. Pendekatan Proses
Pendekatan proses dalam buku ini merujuk kepada tataran morfologi adalah tataran yang berurusan dengan proses
14
yang mengolah morfem terikat dan morfem bebas menjadi kata. Dengan menggunakan model proses dapat dipahami
bedanya proses pembentukan dan makna bentuk-bentuk diimplementasikan-mengimplementasikan. Kalau bentuk
diimplementasikan dibentuk melalui verba bahasa Inggris implement ‘melaksanakan’ dengan awalan {di-} yang befungsi
sebagai pembentuk kata kerja pasif, dan makna gramatikal diimplementasikan
adalah ‘sesuatu tindakan yang dilaksanakan’, dengan kata lain makna kata itu seperti yang
disebut pada bentuk dasar, sedangkan bentuk mengimplementasikan dibentuk melalui verba implement
dengan konfiks {me-kan} dan makna gramatikalnya adalah ‘orang yang melaksanakan sesuatu’.
Pendekatan proses melihat bahwa makna gramatikal suatu bentuk bahasa dapat menjadi tanda bahwa setiap kata
memiliki bentuk dasar. Umpamanya :
Bentuk bahasa Makna
1. {mentwit} ‘orang yang menulis twitter’
2. {meretwit} ‘orang yang menjawab twitter’
3. {mewatchup} ‘orang yang menggunakan program
watch up’ 4. {pengemail}
‘orang yang mengirim surat elektronik’
5. {disetting} ‘ditempatkan’
Demikian halnya:
Bentuk Makna
1. {meminimalisir} ‘menjadi kecil’ 2. {terintegrasi}
‘dapat digabung’ 3. {membooming}
‘menjadi laku, besar’ 4. {mengekspansi}
‘membuat sesuatu menjadi luas’ 5. {disinergikan}
‘dihubungkan; digabungkan’ Contoh lain:
Bentuk Makna
1. {diedukasi} ‘dididik’
2. {berproteksi} ‘memakai pelindung’
15
3. {beropsi} ‘melakukan pilihan’
4. {memfasilitasi} ‘menyediakan fasilitas’
5. {bernutrisi} ‘mengandung vitamin’
6. {berteknologi} ‘menggunakan teknologi’
Inti persoalan: “Bagaimana cara mengetahui proses pembentukan kata itu?” untuk mengetahui bahwa bentuk
berproteksi bermakna
‘memakai pelindung’; bentuk membooming bermakna ‘menjadi laku’ dan bentuk beropsi
bermakna ‘melakukan debat’ adalah komponen makna yang dimiliki oleh bentuk dasar.
Bentuk berteknologi bermakna ‘menggunakan teknologi’, karena akar kata teknologi memiliki komponen makna
[+teknik]; bentuk berproteksi mempunyai komponen makna ‘memakai pelindung, dengan akar kata proteksi memiliki
komponen makna [+penjagaan] dan memfasilitasi ‘menyediakan fasilitas’ memiliki komponen makna
[+kegiatan].
Model analisis ini dapat ditelusuri dengan melakukan taksonomi bahwa semua akar nomina yang memiliki komponen
makna [+teknik], seperti vaksin, integrasi, dan otomotif. bila diberi prefix {ber-} akan bermakna gramatikal ‘menggunakan
teknologi’, dan semua akar nomina yang memiliki komponen makna [+tindakan] atau [+pekerjaan], seperti twitter,
inkubator, dan kontribusi bermakna gramatikal ‘melakukan’.
Paparan sepintas mengenai gejala morfologi pada proses afiksasi, y.ang tertera di atas menunjukkan bahwa makna
gramatikal sangat erat hubungannya dengan komponen makna yang dikandung oleh bentuk dasar dari suatu pembentukan
kata. Cara berpikir model ini sama dengan cara berpikir Chaer 2008, tetapi berbeda dengan pendapat Kridalaksana 1989
yang bersandar pada konsep Ferdinand de Saussure bahwa setiap tanda linguistic signé linguistique, termasuk afiks juga
memiliki makna. Oleh karena itu, menurut Kridalaksana ada 19 buah prefix {me-} dengan maknanya masing-masing, ada 21
{ber-} dengan maknanya masing-masing. Atau dengan kata lain ada 19 bentuk prefix {me-} yang berhomonimi dan ada 21
buah prefix {ber-} yang berhomonimi.
Untuk selanjutnya dalam menganalisis proses pembentukan kata melalaui afiksasi, reduplikasi dan komposisi model atau
16
pendekatan proses ini akan diikuti dan penentuan makna gramatikalnya dikaitkan dengan komponen makna yang
menjadi bentuk dasarnya. Dengan demikian pertanyaan- pertanyaan mengenai pembentukan kata dengan dasar yang
berasal dari unsur asing dalam berbagai ranah dapat terjawab.
4. Pendekatan Taksonomis