Keterkaitan Morfologi dengan Disiplin Ilmu Lain

Skema 2 menunjukkan bahwa linguistik secara umum berarti ilmu yang mempelajari bahasa. Ilmu ini memiliki beberapa subsistem antara lain: 1 Semantik secara garis besar beranggapan bahwa setiap satuan bahasa memiliki makna. Pembicaraan makna di dalam studi semantik merujuk kepada kajian berbagai persoalan makna kalimat, seluk-beluk makna yang dikandung oleh setiap komponen bahasa, mulai dari satuan bahasa terkecil yaitu, bunyi, morfem, kata, frase, klausa, kalimat bahkan wacana. 2 Fonologi adalah subdisiplin dalam linguistik yang menelaah tentang bunyi bahasa. Bunyi bahasa dikaji dari aspek fungsi, perilaku, rangkaian bunyi sebagai yang terdiri dari unsur-unsur bahasa. Ilmu yang erat kaitan dengan fonologi adalah fonetik merupakan ilmu yang mengkaji bunyi sebagai fenomena dalam dunia fisik dan unsur-unsur fisiologis, anatomis, neurologis, psikologis manusia yang menghasilkan bunyi-bunyi bahasa. 3 Tatabahasa merupakan subsistem dalam linguistik yang terdiri dari dua kategori subsistem yaitu subsistem morfologi dan sintaksis. Secara garis besar, morfologi menelaah seluk beluk pembentukan kata, dengan objek kajian terbesarnya adalah kata, sedangkan sintaksis mempelajari seluk beluk rangkaian kata, frase, klausa dan kalimat, dengan objek telaah terbesarnya adalah adalah kalimat

3. Keterkaitan Morfologi dengan Disiplin Ilmu Lain

Morfologi merupakan ilmu yang memiliki keterkaitan dengan berbagai disiplin ilmu lain, yang masih berada dalam ruang lingkup kajian linguistik, keterkaitan dengan berbagai disiplin itu diilustrasikan dalam Skema 3 yaitu: 8 Skema 3 Morfologi Memadukan enam displin ilmu dalam Linguistik Skema 3 itu dijelaskan secara umum sebagai berikut: 1. Penjelasan berbagai aspek pembentukan kata atau penjelasan yang berdasarkan pada sudut pandang yang bersifat morfologis pasti melibatkan aspek semantik, sebab setiap satuan bahasa memiliki makna. Berdasarkan pemahaman itu ketersusunan dan penjelasan mengenai leksem suatu bahasa ditentukan oleh kandungan semantisnya, dalam hal ini makna. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam kajian morfologi terkait pula dengan makna bahasa, dengan kata lain, ada keterkaitan antara arti atau makna dengan kata. 2. Keterkaitan morfologi dengan fonologi yang diberi istilah morfofonemik. Secara konseptual, morfofonemik merupakan sebuah kaidah. Bloomfield 1933 sebagaimana diintisarikan oleh Lass 2011: 70-72 mengemukakan bahwa terminologi morfofonemik merujuk kepada kaidah-kaidah mutasi: a satu bunyi yang dapat merubah satu bunyi ke bunyi lain, atau mengganti satu bunyi dengan yang lainnya; b proses perubahan bunyi sebagai akibat bertemunya dua unsur bahasa pembentuk sebuah kata; c adanya hubungan khusus antara dua fonem atau lebih, karena hubungan itu sebagian tergantung kepada, atau dapat diperkirakan dari. Chaer 2008: 43 menjelaskan morfofonemik adalah suatu kajian disejajarkan secara konseptual dengan terminologi morfonologi atau morfofonologi. Morfofonemik adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau fonem sebagai akibat dari Morfologi fonologi etimologi leksikologi sintaksis pragmatik Semantik 9 adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, reduplikasi maupun komposisi. 3. Etimologi adalah penyelidikan mengenai asal usul kata serta perubahan-perubahannya dalam bentuk dan makna, Kridalaksana 2011: 47. Misalnya, menurut hasil pengamatan penulis, dalam kamus Bahasa Indonesia yang terbit sebelum tahun 2012-an terdapat kata tablet bermakna ‘pil atau obat’; tetapi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknologi informasi memperkenalkan konsep baru bahwa kata tablet bermakna ‘sistem operasi komputer yang berbasis linux untuk bertelepon’. Di samping, kata telepon, ada kata telepon pintar, telepon genggam, telepon seluler, telepon rumah. Selain itu ada kata sel dan ada juga kata seluler. Di samping kata unduh, ada kata mengunduh; di sisi lain, ada kata unggah, mengunggah, dan ada pula kata unggas. Gejala bahasa seperti di atas tampak ada perubahan makna dari tablet ‘pil’ menjadi tablet bermakna ‘perangkat komputer’, perubahan bentuk dari sel menjadi seluler. Perubahan-perubahan itu dapat dikatakan hanya terjadi pada kata itu saja, artinya peristiwa itu bersifat khusus, bagaimana hal itu dapat terjadi? Bagaimana asal usulnya? Pertanyaan ini dijawab menggunakan disiplin etimologi. Ditinjau dari morfologi, gejala bahasa seperti itu dipandang sebagai peristiwa umum yang terjadi dalam sistem bahasa. Keterkaitan, antara morfologi dan etimologi terletak pada cara menghadapi kata sebagai suatu bentuk. Kata tablet merupakan bentuk umum menurut morfologi, sedangkan menurut cara pandang etimologi kata tablet bersifat khusus, yang dapat ditelusuri asal usulnya. Persoalan serupa terjadi pada ranah politik, hasil pengamatan penulis dan pengalaman sehari-hari ketika menjelang pemillu presiden, yakni pada rentang waktu pemilihan presiden RI yang baru saja berlangsung pada akhir Juli hingga awal bulan Agustus 2014, terdapat kata coblos, coblosnya, dicoblos, mencoblos, coblosan, pencoblosan. Di samping itu, ada kata uang, uang rakyat, ada pula kata politik uang. Gejala bahasa seperti di atas tampak ada perubahan makna dari tablet ‘pil’ menjadi tablet bermakna ‘perangkat komputer’, perubahan bentuk dari sel menjadi seluler. 10 4. Leksikologi adalah cabang linguistik yang mempelajari leksikon, Kridalaksana 2011: 114. Leksikon atau kosakata memiliki beberapa batasan antara lain: 1 komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa; 2 kekayaan kosakata suatu bahasa; 3 daftar kata yang disusun seperti kamus dengan penjelasan yang singkat. 1 ‘Android honeycomb adalah sejenis tablet berukuran layar besar’. Misalnya: Honeycomb merupakan sejenis tablet yang multi prosesor dan memiliki akselerasi perangkat keras untuk desain grafis. Amperiyanto, 2014: 4 2 ‘Peranti lunak dalam ranah properti untuk membuat animasi desain rumah yang berupa simulasi berkualitas bagus’. Misalnya: Virtual reality salah satu perangkat bantu pemodelan desain bangunan. Sastra, 2014: 13 Leksikologi dan morfologi merupakan disiplin ilmu lingustik yang sama-sama menyoroti kata sebagai objek kajian. Perbedaan di antara keduanya, kalau morfologi mempelajari makna kata, yang muncul karena peritiwa gramatik, grammatical meaning. Suatu peristiwa yang menunjukkan hubungan unsur-unsur bahasa, seperti hubungan morfem akar dengan morfem terikat untuk membentuk satuan yang lebih besar yakni kata. Sedangkan leksikologi mengkaji arti yang terkandung dalam kata yang disebut arti leksikal lexical meaning. Contoh dalam ranah kedokteran dalam Lumbantobing 2013: 18-19 misalnya: selain kata ekstensi terdapat kata diekstensikan. Kedua kata tersebut masing-masing memiliki arti leksikal. Kata ekstensi memiliki arti ‘tungkai diluruskan’, dan kata diekstensikan berarti ‘pasien yang sedang berbaring kedua tungkainya diluruskan’ . 5. Sintaksis merupakan tataran gramatika sama dengan morfologi. Perbedaannya, sintaksis mempersoalkan pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau satuan-satuan yang lebih besar dalam bahasa. Kridalaksana, 2011: 179. Satuan terkecil analisis sintaksis adalah kata, sedangkan morfologi satuan terbesar analisisnya adalah kaat. Contoh: Bila pupil mengecil hal ini disebut miosis, dan bila pupil membesar atau 11 melebar disebut midriasis. Otot polos yang mengecilkan pupil disarafi oleh serabuti parasimpatis, sedangkan otot yang melebarkan pupil pupilodiator disarafi oleh serabut simpatis torakolumbal. Lumbantobing, 2013: 41. Hubungan antar kata yang membentuk kalimat di atas menjadi fokus telaah sintaksis, sedangkan pembentukan kata seperti kata: disarafi, pupil, mengecil, serabuti serabut merupakan objek kajian morfologi. 6. Pragmatik merupakan kajian yang memberlakukan syarat-syarat yang mengakibatkan serasi-tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; atau aspek-aspek pamakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna ujaran. Titik singgung antara pragmatik dengan morfologi adalah sama-sama mempersoalkan makna satuan bahasa. Contoh: Pertanyaan diajukan oleh penutur 1 disingkat P1: Bagaimana mewujudkan ketahanan pangan nasional? Kalimat jawaban disampaikan oleh penutur 2 disingkat P2: Perlu ada langkah inovasi teknologi. Inovasi dilakukan dalam upaya meningkatkan produktifitas pertanian dengan cara mengembalikan daya dukung lahan dan mengeliminasi penggunaan sarana pertanian sintetis, seperti pupuk kimia dan pestisida kimia. Suswono, 2012: 14 Telaah pragmatik mempersoalkan maksud dan makna dibalik ujaran, atau teks. Pertanyaan yang diajukan oleh P1 kepada P2 memperlihatkan ada maksud atau ujaran itu mengandung informasi indeksal, yaitu tuturan itu disampaikan oleh seorang yang mengetahui bahwa ketahanan pangan nasional dari aspek teknologi belum memadai sehingga hasil panen pangan menurun. Morfologi tidak mempersoalkan maksud ujaran tetapi mempersoalkan pembentukan kata dan makna seperti: inovasi teknologi, dilakukan, meningkatkan, produktifitas pertanian, mengembalikan, daya dukung lahan, mengeliminasi, penggunaan, pertanian sintetis, pupuk kimia, pestisida kimia.

E. Fokus kajian Morfologi