Suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan luar negerinya gains from trade jika dilakukan perdagangan bebas dan mengandalkan pada
keunggulan absolut absolut advantage. Seiring perkembangan zaman, perdagangan di dunia tumbuh dan berkembang sangat cepat. Pertumbuhan yang
cepat ini didorong oleh banyaknya investasi yang mengalir dari negara maju ke negara berkembang guna mengeksploitasi sumber daya alam yang melimpah dan
tenaga kerja yang murah Wiranta, 2001. Dengan semakin berkembangnya perdagangan dunia yang mensyaratkan perdagangan bebas dengan meniadakan
hambatan perdagangan baik tarif, kuota maupun hambatan non tarif , maka dalam melakukan perdagangan suatu negara perlu mengedepankan keunggulan
kompetitifnya. Pada perekonomian terbuka, daya saing suatu komoditas diartikan sebagai
kemampuan usaha komoditas dimaksud untuk tetap layak secara finansial pada kondisi harga input maupun output tradable sesuai dengan harga paritas impornya
Hady, 2004. Daya saing dapat diukur dengan dua cara yaitu dengan keunggulah komparatif dan keunggulan kompetitif. Teori keunggulan komparatif
dikembangkan oleh David Ricardo, sedangkan teori keunggulan kompetitif dikembangkan oleh M. Porter melalui teori competitive advantage of nation.
Sementara itu, menurut Leamer dan Stern 1970 dalam Hadi dan Mardianto 2004 menjelaskan faktor penyebab lebih rendahnya pertumbuhan ekspor
disebabkan antara lain : 1 Suatu negara pengekspor hanya memfokuskan ekspornya pada suatu produk atau kelompok produk tertentu yang pertumbuhan
permintaan ekspornya lambat; 2 Ekspor tersebut lebih ditujukan ke negara- negara yang pertumbuhan ekonominya lambat; dan 3 Negara pengekspor yang
bersangkutan tidak mampu atau enggan bersaing dengan negara-negara pesaingnya.
3.1.3 Teori Penawaran Ekspor Penawaran suatu barang atau komoditi ditujukkan untuk memenuhi
permintaan domestik, permintaan luar negeri, dan stok untuk masa mendatang. Penawaran suatu barang atau komoditi merupakan jumlah yang ditawarkan oleh
produsen kepada konsumen dalam suatu pasar pada tingkat harga dan waktu tertentu.
Menurut Salvatore 1997 , volume ekspor suatu negara ditentukan oleh harga komoditas di pasar domestik, harga internasional, dan juga dipengaruhi oleh
perubahan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Selain itu, penawaran ekspor suatu barang atau komoditi juga dipengaruhi oleh
harga ekspor, dan kebijakan yang menyangkut ekspor duatu komoditi, dan pendapatan per kapita negara tujuan Istiqomah, 2008.
Berdasarkan teori di atas maka secara umum persamaan penawaran ekspor penawaran ekspor kopi Indonesia ke pasar ASEAN dapat dituliskan dalam fungsi
sebagai berikut : XKI
t
= f HRXKI
t
, PDB
t
, NTRI
t
, CDOM
t
, PKI
t
, XKI
t-1
, DAFTA……………..1
dimana : XKI
t
= Volume ekspor kopi Indonesia tahun ke-t HRXKI
t
= Harga riil ekspor kopi Indonesia tahun ke-t PDB
t
= Pendapatan per kapita negara tujuan ekspor tahun ke-t NTRI
t
= Nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar RpDollar tahun ke-t CDOM
t
= Konsumsi domestik kopi Indonesia tahun ke-t PKI
t
= Produksi kopi Indonesia per tahun ke –t XKI
t-1
= Volume ekspor kopi Indonesia tahun ke t-1 DAFTA
= Dummy kebijakan CEPT-AFTA
3.1.4 Analisis Linier Berganda
Model yang digunakan dalam analisis ekspor kopi Indonesia ke pasar ASEAN adalah model regresi linier berganda dengan persamaan tunggal, karena
bentuk persamaan ini mampu menunjukkan seberapa persen variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Selain itu, dengan model ini dapat
melihat apakah variabel-variabel independennya berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen serta perhitungannya relatif lebih sederhana. Adapun
bentuk umum dari fungsi regresi linier berganda seperti: Y
= a + a
i
X
i
+µ
i
………………………………………………………………..9 Dimana :
Y = variabel dependen
a = intersep
a
i
= parameter penduga Xi Xi
= variabel independen yang menjelasakan variabel dependen Y µ
i
= pengaruh sisa error term i
= 1,2,…,n yaitu banyaknya peubah dalam fungsi Selanjutnya, model tersebut diduga dengan Metode Kuadrat Terkecil Biasa
Ordinary Least SquareOLS yang memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut ini Gujarati,1999:
1. Nilai rata-rata kesalahan penggangu sama dengan nol, yaitu Ee
i
= 0 untuk i = 1,2,3,...,n;
2. Varian e
i
= Ee
i
= σ
2
, sama untuk semua kesalahan penggangu homoskedastisitas;
3. Tidak ada autokorelasi antara kesalahan penggangu berarti kovarian e
i
,e
j
= 0, i≠j; 4. Variabel bebas X
i
, X
2
,…, X
k
konstan dalam sampling yang terulang dan bebas terhadap kesalahan penggangu, EX
i
, e
i
= 0; 5. Tidak ada kolinearitas ganda di antara variabel bebas X;
6. e
i
≈ N 0, σ
2
, artinya kesalahan penggangu mengikuti distribusi normal dengan rata-
rata nol dan varian σ
2
. Jika memenuhi asumsi-asumsi di atas, maka koefisien regresi parameter
yang diperoleh merupakan penduga linier terbaik yang tidak bias atau disebut BLUE Best Linier Unbiased Estimator. Pengujian dilakukan terhadap variabel-
variabel independen yang diduga berpengaruh besar terhadap ekspor kopi Indonesia ke pasar ASEAN.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Perdagangan antar negara merupakan hal yang dipraktikkan sejak berabad- abad lalu. Berdasarkan teori-teori ekonomi beberapa ahli ekonomi dapat
disimpulkan bahwa melalui perdagangan antar negara akan memberikan keuntungan bagi kedua negara. Keuntungan tersebut yang mendorong negara-
negara di dunia untuk menerapkan ekonomi terbuka melalui perdagangan internasional.
Seiring dengan perkembangan ekonomi, tren perdagangan di dunia saat ini telah mengalami perubahan dengan berlakunya perdagangan bebas . Blok-blok
kerjasama regional antar wilayah telah banyak dibentuk, salah satunya adalah bentuk integrasi ekonomi yang dilakukan oleh ASEAN. Sejak tahun 2002,
negara-negara anggota ASEAN telah menerapkan kerjasama ekonomi regional yang disebut ASEAN Free Trade Area AFTA yang berlaku melalui skema
Common Preferential Effective Tariffs CEPT Kesepakatan CEPT-AFTA pada dasarnya akan membuka peluang ekspor
Indonesia ke pasar ASEAN, termasuk kopi sebagai salah satu komoditi ekspor unggulan Indonesia, walaupun dalam perkembangannya, ekspor kopi Indonesia
mengalami fluktuasi. Namun di sisi lain, berlakunya liberalisasi perdagangan di kawasan ASEAN melalui skema CEPT-AFTA akan menimbulkan tantangan
yang semakin besar pula karena kopi Indonesia harus bersaing di pasar ASEAN dengan sesama eksportir kopi dunia lainnya, khususnya Vietnam yang memiliki
pangsa pasar yang cukup besar dalam ekspor kopi ke ASEAN. Fluktuasi ekspor kopi Indonesia ke pasar ASEAN diduga terjadi akibat
beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti harga ekspor kopi Indonesia, konsumsi domestik Indonesia, harga kopi dunia, pendapatan per kapita negara
pengimpor, produksi kopi Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan volume ekspor kopi Indonesia ke pasar ASEAN tahun sebelumnya. Penerapan
liberalisasi perdagangan CEPT-AFTA diduga berpengaruh terhadap kinerja ekspor kopi Indonesia ke pasar ASEAN. Oleh karena itu, dalam perumusan model
persamaan akan digunakan dummy CEPT-AFTA. Pengaruh faktor-faktor tersebut di atas dianalisis dengan menggunakan
analisis linier berganda yang diestimasi dengan metode Ordinary Least Square OLS. Sementara itu, perkembangan kinerja ekspor kopi Indonesia ke pasar
ASEAN sebelum dan sesudah diterapkannnya skema CEPT-AFTA akan dianalisis dengan menggunakan metode Constant Market Share Analysis CMSA.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi pemerintah maupun pelaku ekspor kopi Indonesia dalam mengambil kebijakan terkait ekspor kopi
Indonesia ke pasar ASEAN. Gambaran secara skematis untuk kerangka operasional dapat dilihat pada
Gambar 7.
Implementasi kerja sama regional liberalisasi
perdagangan ASEAN
Membuka peluang ekspor kopi Indonesia ke pasar
ASEAN
Fluktuasi ekspor kopi Indonesia ke pasar ASEAN
Analisis kinerja ekspor kopi Indonesia di pasar
ASEAN
Metode CMSA
Pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi Indonesia
ke pasar ASEAN
Regresi Liniear Berganda
Rekomendasi Kebijakan CEPT-AFTA
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi Indonesia ke pasar
ASEAN
Gambar 7. Diagram alur pemikiran operasional
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja ekspor kopi Indonesia ke pasar ASEAN, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi
Indonesia ke pasar ASEAN serta menganalisis dampak penerapan skema CEPT- AFTA terhadap ekspor kopi Indonesia ke pasar ASEAN. Adapun pengambilan
data penelitian dilakukan pada bulan Februari - Juni 2014.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan rentang waktu time series dari tahun 1990 hingga tahun 2012. Data sekunder diperoleh dari beberapa
publikasi dari International Coffee Organization ICO, UNCOMTRADE, World Bank, FAOSTAT dan Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia AEKI. Selain itu
referensi dan beberapa data lainnya diambil dari laporan Kementrian Perdagangan, buku-buku, dan jurnal-jurnal yang diakses baik melalui internet
maupun perpustakaan.
4.3 Metode Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis secara kuantitatif dengan membuat persamaan yang berkaitan dengan tujuan dari penelitian. Metode Constant Market
Share Analysis CMSA akan digunakan untuk menganalisis kinerja ekspor kopi Indonesia ke pasar ASEAN. Analisis kinerja ekspor ini menggunakan data tahun
1997-2012. Rentang tahun ini kemudian dibagi lagi menjadi tiga periode tahun yitu tahun 1997-2001 sebelum CEPT-AFTA, 2002-2007 periode awal CEPT-
AFTA, dan 2008-2012 periode lanjutan CEPT-AFTA. Model regresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Square OLS digunakan untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi Indonesia ke pasar ASEAN dengan variabel dummy CEPT-AFTA untuk melihat pengaruh penerapan
CEPT-AFTA terhadap ekspor kopi Indonesia, menggunakan data dengan periode tahun 1990-2012. Data sekunder diolah dengan menggunakan program komputer
Microsoft Excel 2007 dan Minitab 16.