Metode Constant Market Share Analysis CMSA

Yt = a + a 1 X 1t + a 2 X 2t + a 3 X 3t + … + a n X nt ……………………………………21 Maka nilai elastisitas dari model linear berganda diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut : � �� = � �� � �� � � � � �� � � � = � � � � �� � � �…………………………..……………………..22 � �� = � �� �1−� ��� � ………………………………………………………………….23 Dengan : E SR = elastisitas jangka pendek E LR = elastisitas jangka panjang a i = parameter dugaan variabel independen X it � �� = rata-rata variabel independen X it � �� = rata-rata variabel dependen Y t a lag = parameter dugaan dari variabel lag endogen Nilai elastisitas lebih besar dari 1 E 1 dikatakan responsif elastis karena perubahan satu persen variabel independen mengakibatkan perubahan variabel dependen lebih dari satu persen. Nilai elastisitas antara nol dan satu 0 E 1 dikatakan tidak responsif inelastis karena perubahan satu persen variabel independen akan mengakibatkan perubahan variabel independen kurang dari satu persen .

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kinerja Ekspor Kopi Indonesia ke Pasar ASEAN

Adanya kemajuan terknologi yang terus berkembang saat ini, suatu negara tidak lagi hanya bergantung pada ketersediaan faktor produksi yang mendukung dalam memproduksi barang atau komoditi karena suatu komoditi selain dipengaruhi oleh kemampuan produksinya juga bergantung pada kemampuan bersaing pada komoditi yang sama terhadap negara pesaingnya. Kemampuan daya saing merupakan faktor penting pertumbuhan ekspor komoditi suatu negara. Pertumbuhan ekspor yang positif menunjukkan kinerja ekspor komoditi negara tersebut baik dan sebaliknya, pertumbuhan ekspor yang negatif menunjukkan kinerja ekspor yang buruk. Kinerja ekspor kopi Indonesia dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode Constant Market Share Analysis CMSA. Adapun jangka waktu yang digunakan adalah tahun 1997-2012 yang secara lebih rinci dibagi pada tiga rentang periode, yaitu periode tahun 1998-2001 sebelum CEPT- AFTA, 2002-2007 periode awal CEPT-AFTA, dan 2008-2012 periode lanjutan CEPT- AFTA. Berdasarkan teori, terdapat empat parameter yang digunakan dalam analisis kinerja ekspor dengan menggunakan metode CMSA, yaitu pertumbuhan standar, efek komposisi komoditi, efek distribusi pasar, dan efek daya saing. Baik atau buruknya kinerja ekspor komoditi suatu negara Indonesia dapat dilihat dari: 1 pertumbuhan ekspor komoditi negara tersebut Indonesia lebih tinggi atau lebih rendah dari pertumbuhan ekspor standar dunia; 2 parameter komposisi komoditi bernilai positif atau negatif; 3 parameter distribusi pasar bernilai positif atau negatif ; dan 4 parameter daya saing bernilai positif atau negatif.

5.1.1 Kinerja Ekspor Kopi Indonesia ke Pasar ASEAN Tahun 1998-2001

Hasil perhitungan CMSA ekspor kopi Indonesia ke pasar ASEAN selama periode 1998-2001 diperlihatkan pada Tabel 8. Nilai rata-rata pertumbuhan ekspor kopi Indonesia ke pasar ASEAN pada periode ini sebesar -0.0747, sedangkan nilai rata-rata pertumbuhan ekspor kopi standar dunia sebesar 0.0357. Berdasarkan hasil perhitungan ini, pertumbuhan ekspor kopi Indonesia ke pasar ASEAN memiliki nilai yang lebih kecil daripada pertumbuhan ekspor kopi dunia ke pasar ASEAN. Hal ini berarti pada periode ini kinerja ekspor kopi Indonesia ke pasar ASEAN lebih buruk daripada kinerja ekspor kopi negara lainnya ke pasar yang sama. Tabel 6. Nilai CMSA ekspor kopi Indonesia tahun 1998-2001 Sumber : Hasil olah data, 2014 Kinerja ekspor kopi Indonesia pada periode 1998-2001 yang terbaik terjadi pada tahun 1998, ditunjukkan dengan nilai pertumbuhan ekspor kopi Indonesia yang lebih besar dari nilai pertumbuhan ekspor kopi dunia, yaitu sebesar 0.4754 dan 0.1698. Kontribusi terbesar pertumbuhan ekspor kopi Indonesia adalah efek daya saing dengan nilai sebesar 0.3132. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 1998, efek daya saing merupakan kekuatan utama pertumbuhan ekspor kopi Indonesia. Namun demikian, sejak tahun 1999 kinerja ekspor kopi Indonesia ke pasar ASEAN mengalami penurunan yang ditunjukkan dengan nilai pertumbuhan ekspor yang negatif. Hal ini diduga karena harga kopi dunia mulai mengalami penurunan yang cukup drastis, yaitu hanya mencapai US Dollar 85.71 senpon pada tahun 1999, 64.24 senpon pada tahun 2000, dan 45.59 senpon pada tahun 2001 dimana harga kopi dunia pernah mencapai 138 senpon pada tahun 1995 ICO, 2014. Jatuhnya harga kopi dunia ini menyebabkan munculnya kebijakan retensi kopi, yaitu menahan supply kopi dunia, yang dilakukakan oleh negara- negara produsen dan eksportir kopi dunia agar dapat meningkatkan harga kopi dunia kembali. Indonesia sendiri menerapkan kebijakan retensi kopi ini sebesar 20 persen pada tahun 2001 Hardiansyah, 2001. Penurunan harga kopi dunia yang diikuiti oleh berlakunya kebijakan retensi kopi ini mempengaruhi kinerja ekspor Parameter Tahun Rata-rata 1998 1999 2000 2001 Pertumbuhan ekspor Indonesia 0.4754 -0.0667 -0.3301 -0.4522 -0.0747 Pertumbuhan ekspor standar dunia 0.1698 -0.0389 0.5462 -0.4984 0.0357 Komposisi komoditi 0.0004 -0.0437 0.2177 -0.0126 0.0324 Distribusi pasar -0.0081 -0.1504 -0.0572 0.1661 -0.0099 Daya saing 0.3132 0.1664 -1.0368 -0.1072 -0.1329 kopi dunia, termasuk Indonesia yang ditunjukkan oleh nilai yang negatif untuk parameter pertumbuhan ekspor pada tahun 1999 dan 2001. Selain itu, pada periode ini hasil perhitungan CMSA untuk masing-masing nilai parameter komposisi komoditi, distribusi pasar, dan daya saing menunjukkan nilai yang fluktuatif. Nilai parameter komposisi komoditi Indonesia menunjukkan nilai yang positif pada tahun 1998 dan 2000. Namun, pada tahun 2000 dapat dilihat pada tabel bahwa daya saing kopi Indonesia melemah dengan nilai sebesar -1.0368. Hal ini disebabkan karena munculnya Vietnam sebagai kompetitor kuat dalam memasok kopi ke pasar ASEAN. Pada tahun 2000 Vietnam berhasil meningkatkan produksi kopinya hingga mencapai 890 ribu ton, jauh lebih besar dari Indonesia yang hanya mencapai 419 ribu ton ICO, 2014. Dengan peningkatan produksi kopi yang besar tersebut, nilai ekspor kopi Vietnam ke ASEAN mencapai 56 juta US Dollar dengan nilai ekspor terbesar ke Singapura yaitu sebesar 41 juta US Dollar, sedangkan nilai ekspor kopi Indonesia hanya mencapai 28 juta US Dollar. Hal ini mencerminkan turunnya pangsa pasar ekspor kopi Indonesia. Nilai distribusi pasar yang menunjukkan nilai -0.1072 mengindikasikan adanya penurunan permintaan terhadap kopi Indonesia. Sumber : UNCOMTRADE, 2014 Gambar 8. Nilai ekspor kopi Indonesia dan Vietnam tahun 1997-2001 1997 1998 1999 2000 2001 Indonesia 24,809,778 36,986,747 37,279,978 28,642,597 13,781,333 Vietnam 48,883,044 26,834,547 21,711,102 56,911,000 20,749,286 - 10,000,000 20,000,000 30,000,000 40,000,000 50,000,000 60,000,000 N ila i E k sp o r U S D o lla r