Liberalisasi Perdagangan dan Daya Saing

3. Efek Distribusi Pasar Efek distribusi pasar juga dapat bernilai negatif atau positif. Nilai ini mengindikasikan apakah negara-negara tujuan merupakan pasar potensial bagi negara pengekspor atau bukan. Nilai positif menunjukkan bahwa negara yang menjadi subyek penelitian mendistribusikan pasarnya ke pusat pertumbuhan permintaan demand. 4. Efek Daya Saing Efek daya saing mengindikasikan tingkat daya saing komoditi dibandingkan negara pesaingnya di pasar tujuan. Nilai parameter juga dapat bernilai positif atau negatif. Jika parameter daya saing positif, berarti negara tersebut merupakan pesaing kuat dan jika negatif berarti negara tersebut lemah dalam persaingan. Efek daya saing pada CMSA ini lebih bersumber dari daya saing harga Suprihatini, 2005 Adapun formulasi yang biasa digunakan, menurut Tyers et al. 1985 dalam Hadi 2004, model CMSA dapat dituliskan sebagai berikut: � � −� �−1 � �−1 = � pertumbuhan standar…….2 + ∑ � � − �� ��−1 � � �−1 efek komposisi komoditi...3 + ∑ ∑ � �� −� � � ���−1 � � � �−1 efek distribusi pasar…..…4 + ∑ ∑ � ��� −� ���−1 −� �� � ���−1 � � � �−1 efek daya saing……...…...5 � = � � −� �−1 � �−1 ……........…………………………………..………………...6 � � = � �� −� ��−1 � ��−1 ……...…………………………...….…………...…………7 � �� = � ��� −� ���−1 � ���−1 ..……………………...…………………….…………..8 dimana : E = nilai total ekspor kopi Indonesia ke pasar ASEAN US Dollar E i = nilai ekspor kopi Indonesia jenis kopi i ke pasar ASEAN US Dollar E ij = nilai ekspor kopi Indonesia jenis kopi i ke negara j US Dollar W = nilai total ekspor kopi standar dunia ke pasar ASEAN US Dollar W i = nilai ekspor kopi standar dunia jenis kopi i ke pasar ASEAN US Dollar W ij = nilai ekspor kopi standar dunia jenis kopi i ke negara j US Dollar � = nilai pertumbuhan ekspor kopi standar dunia ke pasar ASEAN US Dollar � � = nilai pertumbuhan ekspor kopi standar dunia jenis kopi i ke pasar ASEAN US Dollar � �� = nilai pertumbuhan ekspor kopi standar dunia jenis kopi i ke negara j US Dollar t = tahun t t-1 = tahun t-1 i = jenis kopi i berdasarkan kode HS j = negara tujuan ekspor ASEAN Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand Keunggulan metode CMSA adalah mampu menjelaskan sumber-sumber pertumbuhan ekspor sehingga mampu melihat potensi daya saing suatu komoditi. Di sisi lain, kelemahan CMSA adalah sifatnya yang statis. Artinya nilai yang dihitung merupakan gambaran masa lalu atau setidaknya hingga saat sekarang dan tidak dapat memproyeksi nilai di masa mendatang Soekarno, 2009. Namun demikian, informasi dari nilai yang diberikan tetap memberikan gambaran tentang kinerja ekspor komoditi tersebut. Adapun dalam analisis kinerja ekspor kopi dengan metode CMSA digunakan komoditi kopi kode HS enam digit yang termasuk dalam komoditi kopi dengan kode HS 0901. Hal ini dilakukan karena dalam perhitungannya, metode CMSA mengukur kinerja ekspor komoditi dari kelompok komoditi tersebut. Jenis kopi yang digunakan : 1 kode HS 090111 kopi Robusta maupun Arabika, tidak dihilangkan kafeinnya, 2 kode HS 090112 kopi Robusta maupun Arabika, dihilangkan kafeinnya, 3 kode HS 090121 kopi Robusta maupun Arabika, tidak dihilangkan kafeinnya dan tidak ditumbuk. Dasar pemilihan jenis kopi tersebut adalah menurut nilai ekspor yang terbesar dan kelengkapan data untuk semua negara tujuan ekspor.

4.3.2 Perumusan Model Persamaan

Dalam penelitian ini, model persamaan ekspor kopi Indonesia dibagi berdasarkan negara tujuan di kawasan ASEAN, yaitu meliputi negara Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand. Variabel dummy AFTA dimasukkan ke dalam persamaan untuk melihat pengaruh penerapan CEPT-AFTA terhadap ekspor kopi Indonesia ke kawasan ASEAN. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya dengan berbagai alternatif spesifikasi model persamaan yang telah dicoba, maka model persamaan ekspor kopi Indonesia ke kawasan ASEAN dapat dirumuskan sebagai berikut ini : 1. Persamaan Ekspor Kopi Indonesia ke Malaysia XKIM t = a + a 1 HRXKIM t + a 2 PDBM t + a 3 NTRI t + a 4 DAFTA + a 5 XKIM t-1 + u 1 …………………………………………………………………………….….10 dimana : XKIM t = Volume ekspor kopi Indonesia ke Malaysia ton HRXKIM t = Harga riil ekspor kopi Indonesia ke Malaysia US Dollar PDBM t = Pendapatan per kapita negara Malaysia US Dollar NTRI t = Nilai tukar riil Indonesia RpDollar DAFTA = Dummy AFTA XKIM t-1 = Volume ekspor kopi Indonesia ke Malaysia tahun sebelumnya ton u 1 = error term Nilai parameter dugaan yang diharapkan adalah: a 1 , a 2 , a 3 , a 4 0; 0 a 5 1

2. Persamaan Ekspor Kopi Indonesia ke Singapura

XKIS t = b + b 1 HRXKIS t + b 2 NTRI t + b 3 CDOM t + b 4 DAFTA + b 5 XKIS t-1 + u 2 ………………………………………………………………………………..11 dimana: XKIS t = Volume ekspor kopi Indonesia ke Singapura ton HRXKIS t = Harga riil ekspor kopi Indonesia ke Singapura US Dollarton NTRI t = Nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar RpDollar CDOM t = Konsumsi domestik kopi Indonesia tahun ke-t ton DAFTA = Dummy AFTA XKISt-1 = Volume ekspor kopi Indonesia ke Singapura tahun sebelumnya ton u 2 = error term Nilai parameter dugaan yang diharapkan adalah: b 1 , b 2 , b 4 0; b 3 0; 0 b 5 1

3. Persamaan Ekspor Kopi Indonesia ke Filipina

XKIF t = c + c 1 PDBF t + c 2 NTRI t + c 3 DAFTA + c 4 XKIF t-1 + u 3 ………………………………………………………………………………..12 dimana: XKIF t = Volume ekspor kopi Indonesia ke Filipina ton PDBF t = Pendapatan per kapita Filipina US Dollar NTRI t = Nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar RpDollar DAFTA = Dummy AFTA XKIF t-1 = Volume ekspor kopi Indonesia ke Filipina tahun sebelumnya ton u 3 = error term Nilai parameter dugaan yang diharapkan adalah: c 1 , c 2 , c 3 0; 0 c 4 1

4. Persamaan Ekspor Kopi Indonesia ke Thailand

XKIT t = d + d 1 PDBT t + d 2 PKI t + d 3 CDOM t + d 4 NTRI t + d 5 DAFTA + u 4 .….13 dimana: XKIT t = Volume ekspor kopi Indonesia ke Thailand ton PDBT t = Pendapatan per kapita Thailand US Dollar PKI t = Produksi kopi Indonesia ton CDOM t = Konsumsi domestik kopi Indonesia tahun ke-t ton NTRI t = Nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar RpDollar DAFTA = Dummy AFTA u 4 = error term Nilai parameter dugaan yang diharapkan adalah: