22
mengukur pertambahan tinggi muka air yang terjadi pada bak sedimentasi dan bak filtrasi. Setelah mengetahui terlebih dahulu luas penampang tampak atas luas lingkaran dari bak sedimentasi dan
filtrasi.  Pertambahan  tinggi  muka  air  per  satuan  waktu  yang  dikalikan  dengan  luas  penampang maka  akan  dapat  debit  produksi  atau  kapasitas  produksi  dari  WTP  tersebut.  Bila  dinyatakan
dengan rumus adalah: Q =
11 Di mana Q adalah debit produksi m
3
jam, r adalah jari-jari bak sedimentasi atau bak filtrasi m, h  adalah    tinggi  muka  air  m,  dan  t  adalah  waktu  detik.  Pengukuran  dilakukan  setelah  pompa
intake  dinyalakan  dan  pertambahan  tinggi  muka  air  ditentukan  bersamaan  dengan  waktu  yang dibutuhkan untuk mencapai ketinggian tersebut. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.
3.3.6. Pengukuran dan Perhitungan Debit Produksi WTP Tipe Tekanan
Pengukuran  ini  dilakukan  di  WTP  Cihideung,  dalam  pengukuran  ini  dilakukan  beberapa perlakuan khusus agar data yang didapat lebih valid. Pertama adalah ketika pengukuran dilakukan
di  WTP  1  Cihideung  maka  WTP  Cihideung  yang  lain  dimatikan  agar  tidak  mengganggu  kerja operator  dalam  menampung  air  produksi,  begitu  pula  ketika  pengukuran  dilakukan  pada  WTP-
WTP  yang  lain.  Kedua  adalah  dilakukannya  back  washing  sebelum  pengukuran  selama  satu  jam agar debit yang dihasilkan mencapai angka maksimum. Ketiga adalah operator memastikan bahwa
air  baku,  pompa  intake,  dan  pompa  filtrasi  yang  dipakai  berada  dalam  keadaan  baik  dan  normal seperti  biasanya  agar  proses  tidak  mengalami  hambatan  saat  terjadinya  pengukuran.  Debit  per
instalasi  dihitung  dengan  mengukur  jumlah  air  yang  keluar  dari  tiap  pipa  output  yang  berada  di dalam GWT utama yang berada di WTP Cihideung. Air produksi ditampung dalam ember besar
selama beberapa detik lalu diukur  volumenya. Pada setiap  WTP pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dan diambil rata-ratanya. Debit per jam didapat dengan persamaan :
Q = 12
Di mana Q adalah debit produksi m
3
jam, V adalah volume air yang tertampung di dalam ember liter, dan t adalah waktu detik.
3.3.7. Pengukuran  dan  Perhitungan  Debit  Produksi  WTP  Tipe  Ultra
Filtration UF system
Pengukuran  dilakukan  di  WTP  Cihideung,  dengan  bantuan  alat  ukur  yang  terdapat  pada WTP tersebut. Alat  ukur tersebut adalah  flow  meter, terdapat pada bagian  setelah  sand  filter dan
sebelum  buffer  tank.  Alat  ini  bekerja  dengan  cara  menunjukkan  jumlah  debit    air  yang  mengalir melewatinya  dan  langsung  mengkonversi  ke  dalam  satuan  gpm  galon  per  menit  dan  lpm  liter
per menit. Bila dinyatakan dengan rumus adalah : 13
23
Di  mana  Q  adalah  debit  produksi  m
3
jam,  dan  lpm  adalah  nilai  yang  ditunjukkan  flow  meter litermenit.
3.3.8. Pengukuran dan Perhitungan Debit Pompa Distribusi
Pengukuran  debit  pompa  distribusi  dilakukan  dengan  cara  menyamakan  jumlah  air  yang masuk  dan  keluar  dari  menara  tempat  tujuan  pompa  distribusi  tersebut.  Sebuah  meteran  dari
bambu  dipasang  di  dalam  menara  secara  vertikal.  Katup  air  masuk  dan  keluar  dibiarkan  terbuka dan  sistem  distribusi  dibiarkan  berjalan  seperti  biasanya.  Ketinggian  air  tiap  jam  dicatat  selama
beberapa hari dan jumlah air per jam yang keluar dari menara tersebut juga dicatat pada jam yang sama  dengan  waktu  pengukuran  ketinggian.  Dari  kedua  data  tersebut  akan  diketahui  pada  jam
berapa saja air berada pada ketinggian yang sama dan berapa air yang keluar dalam selang waktu tersebut. Debit distribusi dihitung dengan persamaan berikut :
V
keluar
= V
masuk
Q = V
masuk
t 14
Di mana Q adalah debit pompa distribusi m
3
jam, V adalah volume m
3
, t adalah  interval waktu hingga permukaan air dalam menara mencapai ketinggian yang sama jam.
3.3.9. Pengukuran Panjang Jalur Transmisi dan Beda Elevasi
Pada  pengukuran  ini  menggunakan  metode  langsung  di  mana  operasi  pengukuran perbedaan  jarak  vertikal  secara  langsung  menggunakan  instrumen  leveling  berupa  autolevel  dan
target  rod.  Adapun  metode  langsung  yang  dilakukan  adalah  differential  leveling,  yaitu  suatu metode  yang  digunakan  untuk  menentukan  beda  tinggi  dua  titik  yang  relatif  besar  perbedaannya
sehingga  diperlukan  pengukuran  yang  bertahap,  lihat  Gambar  3.  Data  yang  terkumpul  berupa panjang jalur pipa transmisi dan beda elevasi antara pompa transmisi yang ada di WTP Cihideung
dengan menara air Fahutan. Pengumpulan data ini berguna untuk menghitung besarnya  head loss dan head pompa yang terjadi.
Gambar 3 . Sketsa metode differential leveling
Pengukuran  beda  elevasi  ini  melibatkan  BA  benang  atas,  BT  benang  tengah,  BB benang bawah pada autolevel dan BS Back Sight, FS Front Sight, serta TP Turn Point. Titik
yang ingin diketahui dapat dicari dengan hubungan sebagai berikut:
FS BS
BT -
BT Elevasi
Beda 15
BS
1
BS
2
BS
3
FS
1
FS
2
FS
3
A B
TP1 TP2
24
Sedangkan untuk pengukuran jarak atau panjang pipa transmisi, menggunakan hubungan sebagai berikut:
100 x
BB -
BA Jarak
16 Di mana untuk jarak m dan BA serta BB cm.
3.3.10. Perhitungan Head Loss