21
serta jam berapa saja pemakaian air melebihi rata-rata pemakaian air tiap jamnya.
3.3.4. Pengukuran dan Perhitungan Kebutuhan Air Aktual Penghuni
Rusunawa
Penghitungan ini dilakukan untuk mengetahui secara aktual pemakaian air mahasiswa rusunawa rumah susun mahasiswa di IPB. Ini dilakukan sebagai pembanding antara prediksi
kebutuhan air mahasiswa penghuni asrama dan pemakaian aktual yang terjadi di lapangan. Pengukuran dilakukan dengan cara mengamati meteran air yang ada. Pengukuran pada hari
pertama dengan mencatat meteran air yang terbaca tiap jam selama tiga jam dari pukul 10 hingga pukul 12. Kemudian pada hari kedua juga dilakukan hal yang sama yaitu membaca meteran air
pada jam yang sama seperti hari pertama. Dengan demikian diperoleh data pemakaian air total selama satu hari dengan tiga kali ulangan dengan cara mengurangi meteran terbaca pada hari
kedua dengan hari pertama. Bila dinyatakan dengan rumus adalah : 1
ke hari
dengan 2
ke hari
rbaca meteran te
selisih
1
Q 1
ke hari
dengan 2
ke hari
rbaca meteran te
selisih
2
Q 8
1 ke
hari dengan
2 ke
hari rbaca
meteran te selisih
3
Q Di mana Q
1
m
3
hari adalah pemakaian air selama 24 jam dari pukul 10 hari ke 1 hingga pukul 10 hari ke 2, sedangkan untuk Q
2
dan Q
3
sama dengan Q
1
hanya berbeda jam pengamatan, Q
2
pada pukul 11 dan Q
3
pada pukul 12. Kemudian dari hasil tersebut dicari pemakaian air rata-rata di Rusunawa dalam satu hari dengan rumus:
3
3 2
1 rata
rata
Q Q
Q Q
9
Selanjutnya setelah didapatkan Q
rata-rata
m
3
hari di Rusunawa, hasilnya dibagi dengan total penghuni di Rusunawa, dapat dituliskan dengan rumus:
orang 374
Rusunawa penghuni
Jumlah Q
rata rata
Rusunawa
Q 10
Hasil dari Q
Rusunawa
m
3
oranghari ini kemudian dijadikan sebagai acuan pemakaian air aktual untuk asrama putra, asrama putri, asrama Silvasari, asrama Silvalestari, dan Asrama Putri
Darmaga APD. Hal ini dilakukan karena tidak adanya meteran air untuk mengamati pemakaaian air di masing-masing asrama. Sehingga untuk penggunaan air di masing-masing asrama diperoleh
dengan cara mengalikan Q
Rusunawa
dengan jumlah penghuni masing-masing gedung asrama.
3.3.5. Pengukuran dan Perhitungan Debit Produksi WTP Tipe Gravitasi
Pengukuran debit produksi WTP dengan tipe gravitasi dilakukan di WTP Ciapus, karena hanya di WTP inilah yang menggunkan tipe tersebut. Debit produksi diperoleh dengan metode
volumetrik, yaitu mengukur jumlah volume air yang diproduksi tiap detik. Tepatnya dengan
22
mengukur pertambahan tinggi muka air yang terjadi pada bak sedimentasi dan bak filtrasi. Setelah mengetahui terlebih dahulu luas penampang tampak atas luas lingkaran dari bak sedimentasi dan
filtrasi. Pertambahan tinggi muka air per satuan waktu yang dikalikan dengan luas penampang maka akan dapat debit produksi atau kapasitas produksi dari WTP tersebut. Bila dinyatakan
dengan rumus adalah: Q =
11 Di mana Q adalah debit produksi m
3
jam, r adalah jari-jari bak sedimentasi atau bak filtrasi m, h adalah tinggi muka air m, dan t adalah waktu detik. Pengukuran dilakukan setelah pompa
intake dinyalakan dan pertambahan tinggi muka air ditentukan bersamaan dengan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ketinggian tersebut. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.
3.3.6. Pengukuran dan Perhitungan Debit Produksi WTP Tipe Tekanan
Pengukuran ini dilakukan di WTP Cihideung, dalam pengukuran ini dilakukan beberapa perlakuan khusus agar data yang didapat lebih valid. Pertama adalah ketika pengukuran dilakukan
di WTP 1 Cihideung maka WTP Cihideung yang lain dimatikan agar tidak mengganggu kerja operator dalam menampung air produksi, begitu pula ketika pengukuran dilakukan pada WTP-
WTP yang lain. Kedua adalah dilakukannya back washing sebelum pengukuran selama satu jam agar debit yang dihasilkan mencapai angka maksimum. Ketiga adalah operator memastikan bahwa
air baku, pompa intake, dan pompa filtrasi yang dipakai berada dalam keadaan baik dan normal seperti biasanya agar proses tidak mengalami hambatan saat terjadinya pengukuran. Debit per
instalasi dihitung dengan mengukur jumlah air yang keluar dari tiap pipa output yang berada di dalam GWT utama yang berada di WTP Cihideung. Air produksi ditampung dalam ember besar
selama beberapa detik lalu diukur volumenya. Pada setiap WTP pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dan diambil rata-ratanya. Debit per jam didapat dengan persamaan :
Q = 12
Di mana Q adalah debit produksi m
3
jam, V adalah volume air yang tertampung di dalam ember liter, dan t adalah waktu detik.
3.3.7. Pengukuran dan Perhitungan Debit Produksi WTP Tipe Ultra