51
4.6 Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas
Sistem pengolahan air bersih akan selalu terdiri dari tiga komponen penyusunnya, yaitu sistem produksi, sistem distribusi, dan juga manajemen kebutuhan. Ketiga komponen ini harus bekerja
dengan baik agar tercapainya kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang diinginkan. Pada akhirnya kualitas, kuantitas, dan kontinuitas ini merupakan indikator baik atau buruknya suatu sistem
pengolahan air bersih yang bertujuan melayani kebutuhan air konsumennya, yang dalam hal ini adalah seluruh civitas akademik IPB, baik itu dosen, mahasiswa, ataupun pegawainya.
Kualitas air sungai sebagai bahan baku harus sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air sedangkan kualitas
air bersih hasil olahan juga harus sesuai dengan Permenkes No. 416Men. KesPer.IX1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Berdasarkan hasil dari Laboratorium Pengujian
Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB, uji kualitas air baku maupun hasil olahan di IPB menunjukkan nilai yang masih memenuhi persyaratan, detail dari uji kualitas tersebut dapat dilihat
pada bagian lampiran, yaitu Lampiran 3 hingga 8. Kuantitas air yang dibutuhkan oleh civitas akademik IPB Darmaga adalah 3,566.62 m
3
hari. Ini didapatkan dari jumlah pemakaian air yang terdapat pada empat jalur distribusi, yaitu jalur perumdos
sebesar 903 m
3
hari, jalur asrama TPB 703.86 m
3
hari, jalur menara induk Fahutan 1,070.93 m
3
hari dan jalur menara induk Fapet sebesar 888.83 m
3
hari. Bila dibandingkan dengan kemampuan memproduksi air bersih yang dimiliki oleh WTP di IPB yang sebesar 4,471.75 m
3
hari dengan kebutuhannya, maka pelayanan kebutuhan air di IPB mencukupi. Kejadian sering tidak adanya air di
beberapa gedung perkuliahan pada pada sore harinya, lebih disebabkan oleh faktor non-teknis. Seperti tertutupnya valve dari tampungan air yang ada di gedung, sehingga air tidak mengalir menuju keran-
keran pemakaian. Kontinuitas yang dimaksudkan dalam hal ini adalah ketersediaan jumlah air yang dibutuhkan
oleh pengguna atau konsumen setiap saat yang harus selalu tersedia 24 jam. Namun untuk saat ini hal tersebut belum dapat dipenuhi, karena masih adanya kebocoran pada jaringan pipa distribusi.
Sehingga terkadang jam pelayanan air yang dimulai dari pukul 06.00 – 18.00, harus lebih awal
dihentikan guna mengurangi jumlah air yang terbuang sia-sia dengan asumsi pada sore hari kegiatan pendidikan yang memerlukan air bersih sudah berkurang. Sehingga hal yang dapat dilakukan untuk
mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menambah jumlah tampungan air yang ada di masing-masing gedung, agar mememiliki cadangan air pada malam air walaupun WTP sudah tidak
lagi mensuplai air ke menara induk. Selain itu bisa juga memanfaatkan air tanah dengan menggunakan pompa air pada masing-masing gedung, sehingga diharapkan setiap gedung dapat memenuhi
kebutuhan airnya di malam hari ataupun saat suplai air dari WTP mengalami gangguan.
52
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
1 Kebutuhan air bersih bagi civitas akademik di IPB secara prediksi dapat mencapai
2,670.84 m
3
hari , sedangkan pemakaian air bersih secara aktualnya bisa mencapai
3,566.62 m
3
h ari. Ini menandakan pemakaian air di IPB memang sangat besar bila
dibandingkan dengan standar kebutuhannya. Sedangkan total kapasitas produksi air bersih di
IPB adalah 4,471.75 m
3
hari yang sebenarnya sudah mencukupi kebutuhan air para civitas
akademiknya. 2
Jam puncak pemakaian air untuk di jalur menara Fahutan terjadi pada pukul 09.00 hingga pukul 10.00 dengan pemakaian tertinggi bisa mencapai 137 m
3
jam, sedangkan untuk di jalur menara Fapet jam puncak terjadi pukul 11.00 hingga pukul 12.00 dengan pemakaian puncak
tertinggi adalah 121 m
3
jam. 3
Besarnya head loss yang terjadi pada transmisi dari WTP Cihideung menuju menara Fahutan adalah 14 m. Head pompa transmisi adalah 55 m. Kebocoran air yang terjadi pada jalur
distribusi menara Fahutan adalah 88 - 90 literjam atau 64.8 m
3
hari . Besarnya tingkat
kebocoran ini adalah 6.05 .
4 Pemenuhan kebutuhan air bersih di IPB menggunakan air Sungai Cihideung dan Sungai
Ciapus sebagai air baku. Terdapat dua tempat pengolahan air yaitu WTP Ciapus dan WTP Cihideung. WTP Ciapus memiliki dua unit pengolahan yaitu WTP unit 1 untuk pelayanan air
di perumahan dosen, asrama Silvasari, Asrama Silvalestari, Asrama Putri Darmaga, Amarilis, dan GOR Lama IPB. Sedangkan WTP Ciapus 2 khusus melayani Asrama Putra dan Putri TPB
IPB. Saat ini WTP Cihideung memiliki lima unit pengolahan dan semuannya unit tersbut melayani pemakaian air di gedung-gedung fakultas, kandang-kandang ternak, Rusunawa,
GWW, dan Rumah Sakit Hewan IPB. Sistem pendistribusian air bersih ke unit-unit pemakaian menggunakan sistem gravitasi.
5. 2 Saran
1 Perlu pemasangan meteran air yang berfungsi dengan baik pada tiap-tiap gedung agar
pemakaian air dapat terpantau dengan jelas. 2
Kebocoran air yang ada harus segera diperbaiki dan juga perlu adanya kesadaran bersama di tingkat konsumen dalam pemanfaatan air agar pemakaian air tidak terbuang percuma.
3 Pengawasan terhadap pengoperasian air yang ada di gedung-gedung fakultas perlu ditingkatkan
oleh masing-masing badan pengurus rumah tangga yang ada di fakultas, agar tidak terjadi kasus kelangkaan air bersih hanya karena tidak terbukanya katup air yang ada di gedung
fakultas padahal WTP tetap berproduksi.