Kebocoran Pada Distribusi Air m

50 Dengan memakai pompa berdaya 20 kw, maka pompa tersebut dapat mengatasi head loss yang terjadi hingga maksimal 115 m. Kemudian untuk memperkecil head loss yang terjadi pada jaringan pipa, yang dapat dilakukan adalah dengan mengganti dengan pipa yang baru, di mana permukaan dalam pipa masih halus atau koefisien gesekkannya kecil, atau bisa juga dengan meminimumkan jumlah belokkan pada jaringan pipa.

4.5 Kebocoran Pada Distribusi Air

Di dalam pendistribusian air bersih dari menara air hingga ke keran-keran konsumen, tidak dapat dipungkiri lagi pasti terjadi kebocoran air. Kebocoran yang terjadi merupakan jenis kebocoran fisik. Kebocoran ini terjadi karena pipa yang bocor, yang disebabkan karena kondisi pipa yang sudah tua atau juga karena beberapa jenis tanah yang bersifat korosif terhadap pipa, sehingga mempercepat kerusakan pada pipa. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilaksanakan tanggal 31 Juli 2010, tingkat kebocoran air untuk jalur menara air Fahutan mencapai 88 hingga 90 litermenit dalam satu harinya. Tabel 12. Hasil pengukuran debit kebocoran air pada jalur distribusi menara Fahutan No Waktu Volume Debit kebocoran menit Terbaca m 3 m 3 jam litermenit 1 5 0.45 5.40 90 2 5 0.44 5.28 88 3 5 0.44 5.28 88 Pengukuran ini dilakukan pada malam hari pukul 22.00, dengan asumsi tidak adanya pemakaian air di keran-keran konsumen pada jam tersebut. Sebelumnya menara air terlebih dahulu diisi dengan air dari WTP Cihideung dengan menutup keran utama distribusi ke gedung-gedung fakultas. Setelah air di menara dirasa cukup untuk dilakukan pengukuran, maka keran distribusi dibuka, agar mengalir melalui pipa-pipa distribusi ke gedung-gedung fakultas. Kemudian dilakukan pembacaan terhadap meteran air utama yang ada di menara air Fahutan, karena pengukuran dilakukan pada malam hari dengan asumsi tidak adanya pemakaian air di gedung-gedung fakultas, maka angka yang terbaca pada meteran air tersebut merupakan kebocoran air yang terjadi pada pipa jalur distribusi. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dengan masing-masing pengukuran selama lima menit. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 12. Dari data tersebut maka jumlah volume air bersih yang hilang karena kebocoran bisa mencapai

64.8 m

3 hari dalam satu hari terjadi dua belas jam pendistribusian air dari menara air Fahutan. Pemakaian air bersih rata-rata dalam sehari dari menara induk Fahutan bisa mencapai 1,070.93 m 3 , dari angka tersebut maka tingkat kebocoran pada jalur distribusi menara Fahutan mencapai 6.05. Angka ini tergolong kecil karena kurang dari 10, namun meskipun kecil kebocoran ini tetap akan menimbulkan kerugian karena air bersih tersebut adalah air olahan yang untuk pengolahannya saja memerlukan biaya. Berarti kebocoran yang dibiarkan terus menerus sama saja pemborosan keuangan. Selain terjadi kebocoran fisik, sering terjadi pula air bersih yang terbuang percuma pada tampungan air yang terdapat di kandang ternak Fapet karena tidak adanya kesadaran pengurus kandang untuk mematikan keran air pada tampungan yang telah penuh. Sehingga hal ini juga dapat dihitung sebagai kehilangan atau kebocoran air administrasi, yaitu kebocoran air yang disebabkan pemakaian yang tidak sesuai peruntukkannya. 51

4.6 Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas