Karakteristik Anak Tunagrahita Tinjauan Tentang Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita

20 yaitu skor IQ sama dengan atau lebih rendah dari 70. Senada dengan Kemis dan Ati Rosnawati, Yosfan Azwandi 2007: 17 menyatakan bahwa seseorang yang memiliki IQ di bawah 70 untuk skala Wechsler disebut sebagai tunagrahita. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, yang dimaksud anak tunagrahita adalah anak yang memiliki intelegensi di bawah rata-rata yaitu di bawah 70 untuk skala Weschler dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang terjadi dalam masa perkembangan yaitu pada rentang kelahiran sampai usia 16 tahun.

3. Karakteristik Anak Tunagrahita

Karakteristik anak tunagrahita menurut Depdiknas Nunung Apriyanto, 2012: 33 yaitu penampilan fisik tidak seimbang, tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai dengan usianya, perkembangan bicara bahasanya terhambat, kurang perhatian pada lingkungan, koordinasi gerakannya kurang dan sering mengeluarkan ludah tanpa sadar. Menurut Sutjihati Somantri 2007: 105-106 karakteristik anak tunagrahita yaitu memiliki keterbatasan intelegensi, keterbatasan sosial, dan keterbatasan fungus mental. a. Keterbatasan Intelegensi Keterbatasan intelegensi yang dimiliki anak tunagrahita yaitu tidak mampu mempelajari berbagai informasi dan keterampilan, tidak mampu berpikir abstrak, tidak kreatif, tidak dapat menilai secara kritis, tidak dapat mengatasi kesulitan, dan tidak dapat merencanakan masa 21 depan. Kemampuan berhitung, menulis dan membaca terbatas. Dalam belajar, anak tunagrahita cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo. James D. Page Mumpuniarti, 2000: 38 menyatakan bahwa perkembangan kecerdasan anak tunagrahita sangat terbatas yaitu hanya mampu mencapai tingkat usia mental setingkat usia mental anak SD kelas IV atau kelas II, bahkan setingkat usia mental anak pra sekolah. b. Keterbatasan Sosial Anak tunagrahita mengalami keterbatasan dalam bidang sosial jika dibandingkan dengan anak normal sebayanya. Keterbatasan sosial yang dialami anak tunagrahita yaitu kesulitan dalam mengurus diri sendiri, cenderung berteman dengan anak yang usianya lebih muda, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial, dan harus selalu dibimbing dan diawasi. c. Keterbatasan Fungsi Mental Menurut Sutjihati Somantri 2007: 106 anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Anak tunagrahita membutuhkan kata-kata konkret yang sering didengarnya, perbedaan dan persamaan harus ditunjukkan secara berulang-ulang, dan latihan- latihan sederhana seperti mengajarkan konsep besar dan kecil, keras dan lemah, pertama, kedua, dan terakhir perlu menggunakan pendekatan yang konkret. Selain itu, anak tunagrahita memiliki kesulitan dalam memusatkan perhatian, jangkauan perhatian sangat sempit, cepat 22 beralih, pelupa, mengalami kesulitan untuk mengungkapkan kembali suatu ingatan, kurang mampu membuat asosiasi, dan kesulitan membuat kreasi baru. Berdasarkan uraian di atas, karakteristik anak tunagrahita dalam penelitian ini yaitu memiliki keterbatasan intelegensi, yaitu tidak mampu berpikir abstrak, dan memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang sangat terbatas. Dalam pembelajaran anak tunagrahita di sekolah inklusif, penting bagi guru kelas untuk melaksanakan pembelajaran dengan memperhatikan keterbatasan intelegensi yang dimiliki oleh anak tunagrahita sehingga anak tunagrahita dapat mengikuti pembelajaran sesuai dengan kemampuannya.

4. Masalah-Masalah yang Dihadapi Anak Tunagrahita