17 a.
Resource input: kurikulum, metode, sumber, peralatan, media lingkungan belajar, manajemen kelas, evaluasi, dan lainnya.
b. Main input adalah siswa: fisik, emosi, sosial, intelektual, motivasi,
kepribadian, latar keluarga, dan lainnya. c.
Enviromental input: keluarga, sosial, ekonomi, budaya, politik, kepedulian, dukungan.
d. Output: siswa yang cerdas komprehensif dan kompetitif.
Dari beberapa pendapat di atas, unsur-unsur dasar yang harus ada dalam pembelajaran merujuk pada pendapat Oemar Hamalik yaitu siswa,
suatu tujuan dan suatu prosedur kerja untuk mencapai tujuan. Dalam penelitian ini siswa yaitu anak berkebutuhan khusus tunagrahita yang
mengikuti pembelajaran di sekolah inklusif. Agar anak tunagrahita dapat mengikuti pembelajaran di sekolah inklusif dengan baik maka diperlukan
unsur lain berupa suatu tujuan dan suatu prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang disusun secara jelas sesuai dengan kebutuhan dan prinsip
pembelajaran anak berkebutuhan khusus tunagrahita.
B. Tinjauan Tentang Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut Arum Yosfan Azwandi, 2007: 12 anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam perkembangannya secara signifikan
mengalami kelainan dalam hal fisik, mental-intelektual, sosial, atau emosional dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Menurut
Mudjito, dkk 2013: 27 anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan
18 karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa
selalu menunjukkan ketidakmampuan mental, emosi maupun fisik. Dedy Kustawan dan Yani Meimulyani 2013: 28 menyatakan
bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara pendidikan memerlukan layanan spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada
umumnya. Menurut Mohammad Takdir Ilahi 2013: 138 anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan dan
keberbedaan dengan anak normal pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus memiliki kebutuhan khusus, sehingga membutuhkan pelayanan
pendidikan yang lebih intens. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, yang dimaksud dengan
anak berkebutuhan khusus yaitu anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya baik dalam hal fisik, mental-
intelektual, sosial, maupun emosional sehingga memerlukan pendidikan dan layanan khusus.
2. Pengertian Anak Tunagrahita
Istilah tunagrahita berasal dari kata sansekerta, tuna berarti rugi, kurang; dan grahita artinya berpikir. Menurut Sutjihati Somantri 2007:
103 tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Dalam
kepustakaan bahasa asing digunakan istilah mental retardation, mentally retarded, mental deficiency, mental defective, dan lain-lain. Istilah-istilah
tersebut memiliki arti yang sama yang menjelaskan kondisi anak yang
19 kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan
inteligensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Definisi anak tunagrahita menurut Mumpuniarti 2000: 28 anak
tunagrahita merupakan anak yang memiliki keterbelakangan atau kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan kekurangan dalam
penyesuaian diri dengan lingkungan sesuai dengan usia kalender yang telah dicapai anak. Menurut Dedy Kustawan dan Yani Meimulyani 2013:
32 tunagrahita merupakan keadaan keterbelakangan mental, keadaan ini dikenal juga retardasi mental mental retardation. Grossman dalam
Abdul Hadis, 2006: 6 menyatakan bahwa kelompok anak retardasi mental didefinisikan sebagai kelompok anak yang memiliki fungsi intelektual
umum di bawah rata-rata secara signifikan yang berkaitan dengan gangguan dalam penyesuaian perilaku yang terwujud atau terjadi selama
masa perkembangan. Mudjito, dkk 2013: 29 menyatakan bahwa tunagrahita adalah
individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada di bawah rata- rata disertai ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam
masa perkembangan.
Menurut Nunung
Apriyanto 2012:
27 ketunagrahitaan terjadi pada masa-masa perkembangan yaitu pada rentang
kelahiran birth sampai usia 16 tahun. Hambatan perilaku adaptif digambarkan dalam kematangan, pembelajaran, atau penyesuaian sosial.
Menurut Kemis dan Ati Rosnawati 2013: 1 anak tunagrahita adalah individu yang secara signifikan memiliki intelegensi di bawah normal
20 yaitu skor IQ sama dengan atau lebih rendah dari 70. Senada dengan
Kemis dan Ati Rosnawati, Yosfan Azwandi 2007: 17 menyatakan bahwa seseorang yang memiliki IQ di bawah 70 untuk skala Wechsler disebut
sebagai tunagrahita. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, yang dimaksud anak
tunagrahita adalah anak yang memiliki intelegensi di bawah rata-rata yaitu di bawah 70 untuk skala Weschler dan disertai dengan ketidakmampuan
dalam adaptasi perilaku yang terjadi dalam masa perkembangan yaitu pada rentang kelahiran sampai usia 16 tahun.
3. Karakteristik Anak Tunagrahita