Kajian tentang Ilmu Pengetahuan Sosial IPS SD

27 e Kemempuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, massyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknoologi. Tujuan pembelajaran IPS di SD menurut kurikulum tahun 2006 atau Krikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, pendidan IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemempuan sebagai berikut: a Mengenali konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan b Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, Inquiry, memecahkan masalh, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. d Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat majemuk di tingkat lokal, nasional dan global. 5. Materi Jual Beli di Lingkungan Rumah dan Sekolah IPS SD Kelas 3 Berdasarkan panduan yang ditetapkan Badan Nasional Standarisasi Pendidikan BNSP mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS untuk siswa kelas 3 SD adalah sebagai berikut Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas III SD Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama di sekitar rumah dan sekolah 1.1 Menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah 1.2 Memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah 1.3 Membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah 1.4 Melakukan kerjasama di lingkungan rumah, sekolah, dan kelurahandesa 28 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang 2.1 Mengenal jenis-jenis pekerjaan 2.2 Memahami pentingnya semangat kerja 2.3 Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah 2.4 Mengenal sejarah uang 2.5 Mengenal penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan Penelitian ini mengambil pokok bahasan kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah pada standar kompetensi memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang dengan kompetensi dasar memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah. Ringkasan materi mengenai kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah pada mata pelajaran IPS kelas III SD yakini sebagai berikut. a. Pengertian jual beli Kegiatan jual beli dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam jual beli harus ada penjual, pembeli, barang yang diperdagangkan dan kesepakatan harga. Jual beli adalah kegiatan menjual atau membeli barang dan jasa atau kegiatan tukar menukar barang dengan uang. Penjual adalah orang yang memberikan barang yang ia miliki untuk diganti dengan uang. Pembeli adalah orang yang membeli menerima barang yang ditawarkan penjual untuk diganti menggunakan uang Kegiatan jual beli terjadi karena ada syarat-syarat tertentu. Syarat terjadinya jual beli adalah terdapat penjual dan pembeli. Selain itu ada barang dagangan dan adanya kesepakatan harga antara penjual dan pembeli. 29 b. Sejarah jual beli Kegiatan jual beli sudah dilakukan manusia sejak dahulu. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Kenyataannya apa yang diproduksi sendiri tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhannya. Kemudian untuk memperoleh barang-barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri, mereka mencari orang yang mau menukarkan barang yang dimiliki dengan barang lain yang dibutuhkan olehnya. Akibatnya muncullah sistem jual beli dengan istilah barter, yaitu barang yang ditukar dangan barang. Karena kelemahan yang dimiliki dari sistem barter akhirnya kegiatan jaul beli menggunakan alat tukar yang disebut uang. c. Kegiatan jual beli Setiap keluarga mempunyai kebutuhan. Kebutuhan tersebut antara lain adalah makanan, pakaian, dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk mendapatkan semua kebutuhan kita harus berbelanja.Tempat-tempat perbelanjaan antara lain warung, toko, dan pasar. Macam-macam tempat kegiatan jual beli di lingkungan rumah antara lain di warung, toko-toko, dan pasar, baik pasar tradisional maupun pasar swalayan. Kegiatan jual beli yang ada di sekolah, antara lain koperasi dan kantin sekolah. d. Macam-macam pasar Tempat jual beli yang paling dikenal adalah pasar. Pasar dapat dibedakan menjadi 3 macam: 30 1 Berdasarkan bentuk kegiatanya Berasarkan bentuk kegiatanya ada dua jenis pasar yaitu pasar nyata dan tidak nyata. Di pasar nyata pembeli dapat melihat langsung barang yang dijual contohnya pasar tradisional dan pasar swalayan. Pasar tidak nyata adalah passar yang penjual tidak menyediakan barang jualnya tetapi hanya memberikan contoh atau surat barang yang akan dijual, dalam pasar tidak nyata penjual dan pembeli juga tidak harus bertemu dan dapat diwakilkan. Contoh pasar tidak nyata adalah toko online. 2 Berdasarkan bentuk bangunannya Berdasarkan bentuk bangunannya terdapat dua jenis pasar yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Di pasar tradisional pembeli dapat menawar barang yang akan dibelinya karena penjual dan pembeli saling berhadapan langsung. Pasar tradisional tidak hanya dilakukan di darat tetapi juga di air seperti pasar terapung yang ada di Kalimantan. Pasar modern biasa kita kenal dengan sebutan pasar swalayan, supermarket, mall, atau depatmen store. Barang yang dijual di pasar modern sudah diberi label harga sehingga tidak bisa ditawar. Pembeli memilih sendiri barang yang dibelinya kemudian bila sudah selesai memilih, pembeli membawanya ke tempat pembayaran yang disebut kasir. 3 Berdasarkan jenis barang yang dijual Terdapat berbagai jenis pasar berdasarkan barang yang dijualnya diantaranya ada pasar loak, pasar induk, pasar hewan, pasar ikan, pasar tanaman dan lain-lain. Pasar loak adalah pasar yang menjual barang-barang bekas, pasar induk adalah pasar utama di kota besar yang menyalurkan barang untuk pasar yang lain, pasar 31 hewan adalah pasar yang menjual berbagai jenis hewan, pasar ikan adalah pasar yang kusus menjual hasil tangkapan laut. Adapun materi pelajaran yang akan diteliti di SD Negeri Percobaan 2 yaitu materi di semester 2 kelas III dengan pokok bahsan jenis-jenis pekerjaan dan penggunaan uang melalui kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah

E. Karakteristik Perkembangan Siswa SD

Jean Piaget Muhibbin Syah, 2011: 74 mengklarifikasikan melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa sebagai berikut: 1. Tahap sensorimotor umur 0 -2 tahun Pada tahap sensorimotor, intelegensi yang dimiliki masih primitif anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik yaitu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan. Karakteristik tahap ini merupakan gerakan – gerakan akibat satu reaksi langsung dari rangsangan dengan mengatur alamnya menggunakan indera sensori dan tindakan – tindakan motor, dan belum mempunyai kesadaran adanya konsepsi yang tetap. Anak dalam periode ini belajar cara mengikuti dunia kebendaan secara praktis dan belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami hal yang sedang ia perbuat kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan tersebut. 2. Tahap pra-operasional 2 – 7 tahun Tahap pra operasional adalah suatu periode dimana anak mulai mampu mengguankan kata-kata yang benar dan mampu mengekspresikan kalimat-kalimat pendek tetapi efektif dan masih bersifat egosentrisme. Pada tahap ini anak belum mampu melaksanakan operasi – operasi mental. Unsur yang menonjol dalam tahap 32 ini adalah mulai digunakannya bahasa simbolis, yang berupa gambaran dan bahasa ucapan. Dengan menggunakan bahasa, inteligensi anak semakin maju dan memacu perkembangan pemikiran anak. 3. Tahap operasional-konkret 7 – 11 tahun Tahap operasional konkret dinyatakan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada peristiwa – peristiwa yang langsung dialami. Pada tahap ini muncul pemahaman terhadap aspek kuantitatif materi, pemahaman terhadap golongan benda, dan pemahaman terhadap pelipatgandaan golongan benda. Anak pada tahap ini baru mampu berfikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. Di sekolah anak mengembangkan berbagai keterampilan dan pekerjaan tangan seperti menggambar, menulis, membentuk tanah liat. Anak mulai suka dengan bermain secara kelompok dengan membentuk geng kelompok. Pada saat usia sembilan atau sepuluh tahun, anak mengerti konsep bilangan saampai lebih dari 1000 Elizabeth B. Hurlock : 164 4. Tahap operasi formal 11 tahun keatas Tahap operasi formal, seorang remaja memiliki kemampuan mengkoordinasi baik secara serentak atau berurutan, mampu bernalar dan berfikir abstrak tanpa harus berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung, dan menarik kesimpulan dari informasi yang ada. Tahap ini merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas. Berdasarkan uraian di atas, siswa kelas III SD berada pada tahap operasinal konkret karena pada umumnya siswa kelas III SD berumur 7 – 11 tahun. Karena itulah dalam pembelajaran IPS di SD harus disesuaikan dengan karakteristik siswa 33 SD tersebut dan diperlukan metode yang mendukung dan bermakna dalam proses pembelajaram. Menurut Huelock 1980;146 pada usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual disebut masa kanak-kanak akhir. Pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupn dewasa; dan mempelajari berbagai keterampilan penting tertentu baik keterampilan kurikuler maupun ekstrakurikuler; para pendidik juga memandang usia ini sebagai periode kritis dalam dorongan berprestasi, suatu masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak suskes, atau sangat susses. Hurlock, 1980:146. Masa yang penting tersebut sangat disayangkan bila terlewatkan dalam pengembangan minat dan bakatnya. Dengan penggunaan bembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal, proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyeluruh dengan memfasilitasi berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki siswa. Sehingga siswa dapat memahami materi yang disampaikan dengan baik karena penyampaian materi menjadi lebih bervariasi dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

F. Pelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Arinda Susanti 2011 mengenai pengaruh pembelajaran berbassis Multiple Intelligence terhadap prestasi belajar fisika pada siswa kelas X SMK N 4 Malang. Dengan hasil penelitian menunjukan bahwa rata- rata prestasi belajar post-test siswa pada kelas eksperimen sebesar 74,08 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 66,64. Berdasarkan rata-rata prestasi diatas disimpulkan bahwa prestasi belajar fisika dengan mengguanakan pembelajaran 34 berbasis multiple inteligences memiliki nilai rata-rata lebih baik dibandingkan dengan tanpa menggunakan pembelajaran berbasis multiple inteligences. Penelitian berikutnya adalah penelitian oleh Nur Dilga 2010 mengenai penerapan multiple inteligences sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelass IV SD Negeri Gembongan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan Interpersonal dan Intrapersonal dapat meningkatkan hasil belajar IPA dengan persentase peningktan ranah kognitif sebesar 11,67, ranah afektif 5,35, dan ranah psikomotor 17. Siklus I ranah kognitif sebesar 75,83, ranah afektif 77,25, dan ranah psikomotor 83. Siklus II ranah kognitif 87,5, ranah afektif 82,6, dan ranah psikomotor 100. Berdasarkan 2 penelitian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dengan digunakannya atau diterapkannya pembelajaran berbasis multiple inteligences dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal merupakan bagian dari peembelajaran multiple inteligences.

G. Kerangka Pikir

Dalam pembelajaran sangat penting melibatka peserta didik untuk belajar melakui aktivitas yang dapat mengkonstruksi pengetahuan, perasaan, kemauan dan ketrampilan. Kegiatan pembelajaran yang tidak memperhatikan minat, bakat, talenta dan keterampilan peserta didik akan menimbulkan proses pembelajaran yang pasif dan menghasilkan peserta didik yang tidak memiliki keterampilan yang memadai. Konsep pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal belum terintegrasi dalam pendidikan padahal tersebut merupakan bagian yang penting dalam mengakomodasi dan memfasilitasi terbangunnya suatu kegiatan 35 pembelajaran yang mengedepankan tumbuh dan berkembangnya kecerdasan jamak yang dimiliki siswa. Penggunaan aktivitas pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal diharapkan akan memfasilitasi peserta didik dalam mencapai kemampuan yang memadahi dalam pengembangan kecerdasan yang dimiliki dan mengakomodasi gaya belajar siswa sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai. Skema kerangka pikir penggunaan pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal pada pembelajaran IPS siswa kelas III SD Negeri Percobaan 2 dapat dilihat pada gambar 1. Berdasarkan gambar 1, dapat diartikan bahwa variabel bebas yaitu pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal X dapat mempengaruhi variabel terikat yaitu hasil belajar IPS Y. 36 Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Mata pelajaran IPS tidak berbasis Interpersonal dan Intrapersonal Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Pembelajaran tidak berbasis Interpersonal dan Intrapersonal Pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal Denengan memfasilitasi kecerdasan Interpersonal dan Intrapersonal Pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Negeri Percobaan 2, Depok, Sleman.Sleman. Tidak ada aktifitas untuk memfasilitasi kecerdasan Interpersonal dan Intrapersonal, pembelajaran terpusat pada guru, nilai beberapa siswa belum tuntas KKM