PENGGUNAAN PEMBELAJARAN BERBASIS INTERPERSONAL DAN INTRAPERSONAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS III SD NEGERI PERCOBAAN 2 DEPOK SLEMAN.

(1)

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN BERBASIS INTERPERSONAL DAN INTRAPERSONAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPS

KELAS III SD NEGERI PERCOBAAN 2 DEPOK SLEMAN

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh: Riski Srikonita NIM 13108244014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN BERBASIS INTERPERSONAL DAN INTRAPERSONAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPS

KELAS III SD NEGERI PERCOBAAN 2 DEPOK SLEMAN Oleh:

Riski Srikonita NIM 13108244014

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 3 SD Negeri Percobaan 2.

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kuantititif dengan metode penelitian quasi eksperimen.. Data diperoleh melalui tes dan observasi. Teknik analisis data menggunakan Gain Score. Perhitungan gain score digunakan untuk mengetahui besar peningkatan kemampuan siswa setelah pretest dan posttest.

Gain score pada kelompok eksperimen sebesar 0,74 dengan kriteria tinggi dan kelompok kontrol sebesar 0,41 dengan kriteria sedang. Kecerdasan interpersonal kelompok eksperimen sebesar 3,72 dengan kriteria sangat baik dan kelompok kontrol sebesar 2,50 dengan kriteria cukup. Sedangkan pada kecerdasan intrapersonal kelompok eksperimen sebesar 3,59 dengan kriteria sangat baik dan kelompok kontrol sebesar 3,00 dengan kriteria baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal dapat meningkatkan hasil belajar IPS di kelas 3 SD Negeri Percobaan 2 Depok Sleman. Kata kunci :Multiple intelligences, Interpersonal dan Intrapersonal


(3)

IMPLEMENTATION INTERPESONAL AND INTRAPERSONAL LEARNINGON SOCIAL STUDY AT 3ndGRADE STUDENTS

IN SD N PERCOBAAN 2 DEPOK SLEMAN

Oleh: Riski Srikonita NIM 13108244014

ABSTRACT

This research aims to knowing interpersonal and intrapersonal intelligence at 3nd grade students of SD Negeri Percobaan 2.

This research design uses quantitative approach with quasi experimental research method. Data obtained through test and observation. Data analysis techniques using Gain Score. The calculation of gain score is used to find out the great improvement of students' ability after pretest and posttest.

The results of this study showed that Gain score in the experimental group was 0.74 with the high criterion and the control group was 0.41 with the medium criterion. Interpersonal intelligence experimental group of 3.72 with very good criteria and control group of 2.50 with sufficient criteria. While the intrapersonal intelligence experimental group of 3.59 with very good criteria and control group of 3.00 with good criteria. Based on the results of the study, Interpersonal and Intrapersonal based learning can improve the learning outcomes of social study at 3nd grade students of SD Negeri Percobaan 2 Depok Sleman.


(4)

(5)

(6)

(7)

HALAMAN MOTTO

Anak ibarat biji yang memiliki bunganya sendiri, tinggal bagaimana cara menanam dan merawatnya. Cukup memberinya kesempatan

untuk tumbuh, untuk dibentuk dan diperbaiki (Riski Srikonita)


(8)

PERSEMBAHAN Karya ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua saya, Bapak Paiman dan Ibu Sulasmi. 2. Almamater, Universitas Negeri Yogyakarta.


(9)

(10)

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

ABSTRAK ... ii

SURAT PERNYATAAN... iv

LEMBAR PERSETUJUAN...v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ...xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah ...8

C. Pembatasan Masalah ...9

D. Rumusan Masalah ...9

E. Tujuan Pengembangan ...9

F. Manfaat Pengembangan ...9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Mengenai Pembelajaran Interpersonal dan Intrapersonal 1. Pengertian Interpersonal dan Intrapersonal ...11

2. Pembelajaran Berbasis Interpersonal dan Intrapersonal...13

3. Aktifitas Pembelajaran Interpersonal dan Intrapersonal ...14

4. Karakteristik Pembelajaran Interpersonal ...17

5. Karakteristik Pembelajaran Intrapersonl ...18

B. Kajian Mengenai Pembelajaran Ceramah ...19

C. Kajian Mengenai Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar ...20

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar...20

D. Kajian Mengenai Ilmu Pengetahuan Sosial SD 1. Pengertian IPS ...22

2. Pembelajaran IPS SD ...23

3. Karakteristik Mata Pelajaran IPS ...23

4. Tujuan Pembelajaran IPS ...25

5. Materi Jual Beli di Lingkungan Rumah dan Sekolah...27

E. Karakteristik Peserta Didik ...31

F. Penelitian yang Relevan ...33

G. Kerangka Pikir...34

H. Hipotesis Penelitian...37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...38


(12)

C. Desain Penelitian...39

D. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian...40

2. Waktu Penelitian...40

E. Populasi dan Sample 1. Populasi Penelitian...40

2. Sample Penelitian...41

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Tes ...41

2. Observasi ...42

G. Instrumen Penelitian 1. Pengembangan Instrumen Penelitian ...42

2. Uji Coba Instrumen ...45

H. Teknik Analisi Data ...50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Subyek Penelitian ...52

B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran...52

2. Data Hasil Interpersonal dan Intrapersonal...54

3. Data Hasil Belajar...59

C. Hasil Gain Score...68

D. Pembahasan Hasil Penelitian ...71

E. Keterbatasan Penelitian ...77

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan...78

B. Saran...79

DAFTAR PUSTAKA...80


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Presentase Ketuntasan Siswa ...7

Tabel 2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas III SD...27

Tabel 3 Jumlah Siswa Kelas III SD Negeri Percobaan 2...40

Tabel 4 Kisi-kisi Instrumen Soal...43

Tabel 5 Klasifikasi Hasil Penilaian Observasi ...44

Tabel 6 Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa ...45

Tabel 7 KategoriGain Score...51

Tabel 8 Jadwal Pelaksanaan Penelitian di SD N Percobaan 2 ...54

Tabel 9 Data Distribusi Frekuensi Interpersonal dan Intrapersonal Siswa Kelompok Eksperimen...55

Tabel 10 Data Distribusi Frekuensi Interpersonal dan Intrapersonal Siswa Kelompok Kontrol ...51

Tabel 11 Rata-rata Perbandingan Interpersonal dan Intrapersonal Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol...58

Tabel 12 Rangkumaan Ketuntasan Siswa ...59

Tabel 13 Statistik Deskriptif Hasil BelajarPretestKelompok Eksperimen ...60

Tabel 14 FrekuensiPretestHasil Belajar Konitif Kelas Eksperimen...61

Tabel 15 Statistik Deskriptif Hasil BelajarPosttestKelompok Eksperimen...62

Tabel 16 FrekuensiPosttestHasil Belajar Konitif Kelas Eksperimen ...62

Tabel 17 Statistik Deskriptif Hasil BelajarPretestKelompok Kontrol...64

Tabel 18 FrekuensiPretestHasil Belajar Konitif Kelas Kontrol ...64

Tabel 19 Statistik Deskriptif Hasil BelajarPosttestKelompok Kontrol ...66

Tabel 20 FrekuensiPosttestHasil Belajar Konitif Kelas Kontrol ...66

Tabel 21 RangkumanMean Pretest-PosttestHasil Belajar ...67

Tabel 22 HasilGain Score...68


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Skema Kerangka Pikir...36

Gambar 2 Diagaram Batang Observasi Interpersonal dan Intrapersonal Siswa Kelas Eksperimen ...56

Gambar 3 Diagaram Batang Observasi Interpersonal dan Intrapersonal Siswa Kelas Kontrol...57

Gambar 4 Diagram Batang Perbandingan Interpersonal dan Intrapersonal Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...59

Gambar 5 Grafik HistogramPretestKelas Eksperimen ...61

Gambar 6 Grafik HistogramPosttestKelas Eksperimen...63

Gambar 7 Grafik HistogramPretestKelas Kontrol...65

Gambar 8 Grafik HistogramPosttestKelas Kontrol ...67

Gambar 9 Diagram Batang Perbandingan Rata-rataGain Score...69

Gambar 10 Diagram Garis Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...70

Gambar 11 Pembelajaran Dengan Metode Ceramah di Kelas Kontrol ...72


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Lembar Observasi Interpersonal dan Intrapersonal...82

Lampiran 2 Daftar Nilai ...83

Lampiran 3 Hasil Validasi Butir Soal ...84

Lampiran 4 Reliabilitas ...85

Lampiran 5 Tingkat Kesukaran Butir Soal ...86

Lampiran 6 Daya Beda...87

Lampiran 7 Soal Valid ...88

Lampiran 8 Kunci Jawaban...91

Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperien ...95

Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol...100

Lampiran 11 Materi Pembelajaran IPS Jual Beli ...106

Lampiran 12 Data Hasil Observasi Interpersonal dan Interpersonal Siswa Kelompok Eksperimen Pertemuan 1 ...108

Lampiran 13 Data Hasil Observasi Interpersonal dan Interpersonal Siswa Kelompok Eksperimen Pertemuan 2 ...109

Lampiran 14 Rata-rata Hasil Observasi Interpersonal dan Interpersonal Siswa Kelompok Eksperimen ...110

Lampiran 15 Data Hasil Observasi Interpersonal dan Interpersonal Siswa Kelompok Kontrol Pertemuan 1 ...111

Lampiran 16 Data Hasil Observasi Interpersonal dan Interpersonal Siswa Kelompok Kontrol Pertemuan 1 ...112

Lampiran 17 Rata-rata Hasil Observasi Interpersonal dan Interpersonal Siswa Kelompok Kontrol ...113

Lampiran 18 Rata-rata Hasil Observasi Interpersonal dan Interpersonal Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...114

Lampiran 19 Hasil AnalisisGain Score...115

Lampiran 20 HasilPretest-PosttestKelompok Eksperimen ...117

Lampiran 21 HasilPretest-PosttestKelompok Kontrol ...118

Lampiran 22 Dokumentasi...119

Lampiran 23 Valdiasi Instrumen Ovservasi...121

Lampiran 24 Permohonan Izin Penelitian...122

Lampiran 25 Surat Izin Penelitian...123


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa, potensi tersebut hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk secara efektif melalui strategi pendidikan dan pembelajaran yang terarah dan terpadu, yang dikelola secara serasi dan seimbang dengan memperhatikan pengembangan potensi peserta didik secara utuh dan optimal (Uno, 2010;2). Oleh karena itu pendidikan sekolah memiliki peran penting dalam usaha mengembangkan individu sehingga menjadi masyarakat yang diharapkan. Ketercapaian fungsi dan tujuan pendidikan bagi manusia harus didukung dari segala aspek melalui pembelajaran yang digunakan dan memfasilitasi kebutuhan anak dalam pembelajaran untuk membantu mengoptimalkan dan mengembangkan diri.

Menurut Uno (2010;2) strategi pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih bersifat masal dengan memberikan perlakuan dan layanan pendidikan yang sama pada semua peserta didik, padahal mereka memiliki tingkat kecakapan, kecerdasan, minat, bakat, dan kreativitas yang berbeda sehingga kurang menunjang usaha mengoptimalisasikan pengembangan potensi peserta didik secara tepat. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa menjadi terbiasa sejak dini dengan kemajemukan sehingga dapat menghargai perbedaan suku, ras, agama, bahasa, letak geografis, dan kecerdasan yang dimiliki setiap individu. Pelayanan pendidikan perlu


(17)

dikembangkan untuk menghasilkan peserta didik yang unggul, melalui pemberian perhatian, perlakuan dan layaan pendidikan berdasarkan bakat minat dan harus diselaraskan dengan potensi peserta didik (Uno, 2010;3).

Pembelajaran saat ini menitikberatkan pada pengajaran klasikal dimana guru mengajarkan bahan yang sama dengan metode yang sama kepada semua siswa (Hamalik, 2011;179). Dalam individu terdapat berbagai ksamaan, namun lebih banyak perbedaannya. Perbedaan dan kesamaan tersebut sulit ditelusuri secara rinci karena suatu individu sangan kompleks. Karena itu perlu memprtimbangkan dan memperhatikan perbedaan individu dalam pembelajaran. Guru sewajarnya memperhatikan cara belajar yang dilakukan oleh individu dan memperhatikan keadaan individu disamping memperhatikan bahan dan kegiatan belajar untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan pada diri siswa, disisi lain guru merancang bahan dan kegiatan belajar yang serasi dengan keadaan tersebut, jangan sampai kegiatan dan bahan belajar justru menimbulkan rasa takut atau mematikan minat para siswa secara perseorangan (Hamalik, 2011;180).

Hingga saat ini guru dan sekolah tidak akurat dalam menilai kecerdasan beragam anak didik sehingga sekolah membuat definisi yang tidak sesuai tentang kemampuan karena tidak melihat kemampuan dalam diri manusia yang lebih luas dan hanya dilihat dari sisi kognitif (Chatib, 2012;11). Sebagian besar pengujian didasarkan pada penghargaan yang tinggi pada ranah kognitif, bila seorang pandai dalam ranah kognitif mungkin akan berhasil dengan baik masuk perguruan tinggi bergengsi, namun bagaimana seseorang akan berhasil juga akan trgantung pada sejauh mana seseorang memiliki dan menggunakan kecerdasan yang lain (Gardner,


(18)

2013;26). Gardner (Yaumi, 2012; 12) menyatakan 8 kecerdasan jamak yang dimiliki manusia, yaitu kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan berirama-musik, kecerdasan jasmaniah-kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalistik. Setiap manusia memiliki potensi, bakat dan kemampuan yang berbeda-beda sehingga memerlukan pembelajaran yang berberbeda-beda pula. Pendidkan sendiri bertanggung jawab dalam memandu (yaitu mengidentifikasi dan membina) serta memupuk (yaitu mengembangkan dan meningkatkan) kecerdasan tersebut (Yaumi, 2012; 6).

Salah satu kecerdasan berdasarkan teori Gardner adalah kecerdasan Interpersonal. Kecerdasan interpersonal berhubungan dengan konsep interaski dengan orang lain di sekitarnya (Yaumi, 2012: 21). Seorang yang memiliki kecerdasan interpersonal biasanya sensitif terhadap suasana hati dan perasaan orang lain, suka berdiskusi, membagi suka duka dan memahami pikiran maupun perasaan orang lain dengan memberikan empati. Dalam pembelajaran, kecerdasan interpersonal dikaitkan dengan komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi yang terjadi antara dua orang yang sling tergantung satu sama lain untuk berbagi pengalaman. Model komunikasi interpersonal menekankan dengan memberikan empati, mengontrol emosi dan mengekspresikan emosi pada tempatnya. Gardner mencatat kecerdasan antarpribadi (Interpersonal) adalah kemampuan untuk memahami orang lain, membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, tempramen, motivasi dan hasrat orang lain (Gardner, 2013:28). Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti


(19)

danengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan model tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif (Intrapersonal) (Goleman, 1996: 57) hal tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan Interpersonal adalah kunci untuk memahami konsep diri atau kecerdasan Intrapersonal. Thomas R. Hoer (2000: 30), Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasasn kunci; lebih dari kecerdasan-kecerdasan lain, kecerdasan-kecerdasan interpersonal yang kuat menempatkan kita untuk kesusesan; sebaliknya, kecerdasan intrapersonal yang lemah akan menghadapkan kita pada rasa frustasi dan kegagalan terus-menerus. Menurut Bernahat (Yaumi, 2012: 172), orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang dominan cenderung memiliki kesadaran diri tinggi dalam memproses tujuan secara jelas tentang segala sesuatu yang dilakukan sekarang dan masa yang akan datang. Kecerdasan interpersonal menjadi sangat penting dikembangkan karena kcerdasan interpersonal kunci dari berkembangnya kecerdasan intrapersonal yang memberikan andil besar dalam menentukan kesuksesan kita karena menyangkut tentang pengetahuan dan pengelolaan diri. Selain itu banyak kegiatan dalam hidup anak terkait dengan orang lain, anak yang gagal dalam mengembangkan kecerdasan interpersonalnya akan mengalami banyak hambatan dalam dunia sosialnya sehingga mereka akan mudah tersisihkan secara sosial (Safaria. 2005:13). Berdassarkan uraian diatas mengenai kecerdasan interpersonal, seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah akan sulit dalam memahami isyarat sosial, kebutuhan empati dan interaksi dengan orang lain.

Pentingnya kecerdasan Interpersonal dan Intrapersonal hendaknya harus didukung dengan memfasilitasi kecerdasan tersebut dalam pembelajaran. Namun


(20)

hal tersebut belum dilaksanakan di SD Percobaan 2 Depok, Sleman, selain itu berdasarkan wawancara dengan guru kelas 3 di SD Percobaan 2, kebanyakan siswa masih kurang dalam melaksanakan tanggung jawab dan sulit diatur sehingga menjadi kurang disiplin. Hal tersebut ditunjukan ketika siswa tidak bekerja sama ketika pembelajaran berlangsung, sosialisasi antar siswa kurang, siswa tidak melakukan aktifitas yang berfariasi selama pembelajaran sehingga keaktifan siswa tidak begitu terlihat, tangung jawab siswa terlihat tidak baik karena saaat ditingalkan sendiri siswa selalu ramai dan tidak patuh terhadap peraturan yang ada. Dalam pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal, kecerdasan Interpersonal dan Intrapersonal siswa akan terfasilitassi, sehingga siswa dapat belajar bertanggung jawab dan mengatur diri selama pembelajaran dengan aktifitas pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal.

Kecerdasan interpersonal berhubungan dengan konsep interaksi dengan orang lain erat kaitannya dengan mata pelajaran IPS. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari ilmu-ilmu sosial humaniora untuk tujuan pembinaan warga negara yang baik yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaan bagi siswa dan kehidupannya (Samalwi, 2006; 1). Mata pelajaran IPS yang berisi konsep ilmu sosial dan humaniora, memiliki kedekatan dengan kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Menurut Mutaqin (Susanto, 2014:31) tujuan utama mengajarkan IPS pada peserta didik adalah menjadikan warga negara yang baik, melatih kemampuan berfikir matang untuk menghadapi permasalahan sosial dan agar mewarisi dan melanjutkan budaya bangsanya. Dengan mempelajari


(21)

mata pelajaran IPS , siswa diharapkan memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya dan dapat memecahkan sekaligus menghadapi masalah sosial tersebut.

Pembelajaran IPS penting bagi siswa karena di dalamnya siswa diajarkan untuk mengembangkan potensi agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala penyimpangan yang terjadi di masyarakat, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Selain itu mata pelajaran IPS adalah ilmu yang mempelajari tentang cara untuk melakukan interaksi sosial, pengetahuan untuk berinteraksi perlu dibekalkan kepada siswa agar nantinya bisa berbaur di dalam masyarakat. Namun sering kali guru dalam menyampaikan materi pembelajaran IPS terkesan monoton dan pengetahuan hanya terpusat pada guru semata maka tidak mengherankan apabila banyak siswa SD merasa bosan terhadap penyampaian materi IPS.

Berdasarkan pengamatan di SD Negeri Percobaan 2 di kelas 3, pada masa Praktik Pengalaman Lapangan yang dilakukan pada 16 Juli sampai 16 September dan observasi pada 17 Januari 2017 pembelajaran yang dilakukan belum memperhatikan kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa dan belum menerapkan pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal, sehingga kecerdasan siswa menjadi terabaikan. Identifikasi dan penggalian kecerdasan peserta didik masih jarang digunakan dalam rancangan pembelajaran, strategi dan pendekatan. Kecenderungan, minat, bakat, talenta dan ketrampilan belum menjadi bagian yang berselaras dengan pengembangan, pemilihan dan pembuatan media yang dapat


(22)

mengakomodasi dan memfasilitasi terbangunnya suatu pola pembelajaran yang mengedepankan tumbuh dan berkembangnya kecerdasan jamak. Konsep Interpersonal dan Intrapersonal belum terintegrasi dalam pembelajaran pendidikan di sekolah. Selain itu siswa perlu belajar melalui aktifitas, tidak dengan pembelajaran yang pasif karena pembelajaran yang pasif membuat siswa menjadi tidak bersemangat dalam belajar. IPS merupakan mata pelajaran yang paling sering menggunakan metode ceramah, akibatnya hasil belajar IPS beberapa siswa rendah. Berikut persentase ketuntasan mata pelajaran IPS.

Kelas Persentase Ketuntassan

3A 74%

3B 71%

Kelas 3 dipilih sebagai objek penelitian karena menurut Hurlock (1980;146) pada usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual disebut masa kanak-kanak akhir. Pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupn dewasa; dan mempelajari berbagai keterampilan penting tertentu baik keterampilan kurikuler maupun ekstrakurikuler; para pendidik juga memandang usia ini sebagai periode kritis dalam dorongan berprestasi, suatu masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak suskes, atau sangat susses (Hurlock, 1980:146). Masa yang penting tersebut sangat disayangkan bila terlewatkan dalam pengembangan minat dan bakatnya.

Dalam pembelajaran, keberhasilan suatu pembelajaran selalu menyangkut pemeriksaan ketercapaian tujuan yang ditetapkan. Pemeriksaan dilakukan untuk


(23)

Tujuan dibentuk berdasarkan seluruh proses kegiatan beserta komponen-komponenya. Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan hasil ataupun proses. Pada evaluasi hasil, pemeriksaan dilakukan atas hasil kerja dengan melihat pencapaian tujuan pada hasil kegiatan. Evaluasi keefektifan terhadap prestasi belajar dilihat dari nilai posttest siswa kemudian kecerdasan Interpersonal dan Intrapersonal siswa muncul dilihat dari pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran mnggunakan pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal.

Pentingnya penerapan pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal dan pembelajaran IPS yang memberikan banyak manfaat bagi siswa menjadikan peneliti tertarik untuk menerapkan pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal dan mengetahui hasilnya pada pembelajaran IPS siswa. Dari uraian diatas, penulis bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar peningkatan penggunaan pembelajaran bebasis Interpersonal dan Intrapersonal terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 3 SD Negeri Percobaan 2 Deepok, Sleman. B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang akan dikaji adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran yang dilaksanakan belum mengembangkan Interpersonal dan Intrapersonal siswa.

2. Kecerdasan interpersonal dan intrapersonal siswa menjadi tidak terfasilitasi. 3. Pembelajaran IPS lebih sering menggunakan metode ceramah sehingga siswa


(24)

4. Kegiatan pembelajaran IPS cenderung pasif sehingga interaksi sosial antar siswa kurang selama pembelajaran.

5. Hasil belajar IPS beberapa siswa belum tuntas KKM. C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada pengunaan pembelajaran berbasis kecerdasan Interpersonal dan Intrapersonal pada hasil belajar IPS siswa kelas 3 di SD Negeri Percobaan 2 berdasarkan pada keberhasilan pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal dalam pencapaian pembelajaran dengan membandingkan prestasi belajar kelas yang menggunakan pembelajaran Interpersonal dan Intrapersonal dengan kelas yang tidak menggunakan pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal selama pembelajaran.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi dan batasan masalah maka rumusan masalah yang diajukan peneliti yaitu: bagaimana penggunaan pembelajaran bebasis Interpersonal dan Intrapersonal terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 3 di SD Negeri Percobaan 2

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui penggunaan pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 3 SD Negeri Percobaan 2 Depok Sleman. F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini, peneliti uraikan dalam dua bagian yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.


(25)

1. Manfaat yang bersifat teoritis yaitu penelitian ini dapat menambah khasanah pengetahuan mengenai pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal. 2. Manfaat yang bersifat praktis, yaitu manfaat yang berguna bagi siswa, guru,

sekolah, dan peneliti, yaitu sebagai berikut:

a. Bagi siswa, dalam prosesnya siswa akan mengalami pembelajaran yang berbeda dari kegiatan pembelajaran yang sebelumnya sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, siswa terfasilitasi kecerdasannya dalam proses penelitian sehingga kecerdasannya tidak terabaikan, kecerdasan Interpersonal dan Intrapersonal siswa meningkat.

b. Bagi guru, selama proses penelitian akan memperoleh pembelajaran yang berbeda dari biasanya sehingga akan menahmbah pengetahuan, ketrampilan guru dalam mengajar.

c. Bagi sekolah, penelitian ini akan menjadi bahan referensi dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah kususnya untuk kelas-kelas lain yang bersangkutan.

d. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberi jawaban atas keingintahuan peneliti sehingga hipotesis peneliti dapat dibuktikan kebenarannya.


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

B. Kajian tentang Pembelajaran Interpersonal dan Intrapersonal 1. Pengertian Interpersonal dan Intrapersonal

Intelligence (kecerdasan) merupakan istilah yang memiliki banyak definisi sehingga menimbulkan pemahaman yang berbeda-beda pula. Kecerdasan mencakup kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru atau perubahan lingkungan saat ini Bainbridge (Yaumi, 2012: 9). Kecerdasan adalah kemampuan sseseorang dalam menyelesaikan masalah (Gardner, 2013: 26). Kecerdasan juga dibahami sebagai tingkat kinerja suatu sistem untuk mencapai tujuan yang merupakan kemempuan untuk mengevaluasi dan menilai, kemampuan untuk memahami ide-ide yang kompleks, kemampuan untuk berfikir produktif, kemampuan untuk belajar dengan cepat, belajar dari pengalaman dan bahkan kemampuan untuk memahami hubungan (Yaumi, 2012: 9). Kecerdasan majemuk berkembang seiring berjalannya waktu dan tidak semua kecerdasan akan tampak pada seseorang, kecenderungan pada salah satu jenis kecerdasan tergantung pada potensi yang dimiliki setiap individu (Gardner, 2013:28)

Interpersonal dan Intrapersonal merupakan bagian dari kecerdasan jamak (Multiple Intelligences). Multiple Intelligences adalah berbagai keterampilan dan bakat yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembelajaran Fleetham (Yumi, 2012:12). Howard Gardner melahirkan teori Multiple Intelligences dalam bukunya Frames of Mind (1983) mengemukakan


(27)

delapan kecerdasan majemuk yakini (a) kecerdasan verbal linguistik, (b) kecerdasan logis-matematis, (c) kecerdasan visua-spasial, (d) berirama-musik, (e) jasmaniah-kinestetik, (f) interpersonal, (g) intrapersonal, dan (h) naturalistik. Gardner menjelaskan (Yaumi, 2012: 28) bahwa teori Interpersonal dan Intrapersonal bertujuan untuk mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik.

Berdasarkan pendapat di atas teori kecerdasan majemuk merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa dalam diri seseorang terdapat kecerdasan majemuk yang akan berkembang seiring berjalannya waktu dan tidak semua kecerdasan akan tampak pada seseorang. Kecenderungan pada salah satu jenis kecerdasan tergantung pada potensi yang dimiliki setiap individu. Karena itulah setiap anak memiliki berbagai keunikan dalam dirinya dengan kecenderungan salah satu atau beberapa kecerdasan yang berbeda, namun hal itulah yang menjadikan setiap individu memiliki potensi yang harus dikembangkan dengan bantuan guru, orang tua dan lingkungan yang mendukung, sehingga setiap potensi yang dimiliki peserta didik dapat dikembangkan dan berkembang maksimal.

a. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan Interpersonal berhubungan dengan konsep interaksi dengan orang lain di sekitarnya (Yaumi. 2012: 144). Seorang yang memiliki kecerdasan interpersonal biasanya sensitif terhadap suasana hati dan perasaan orang lain, suka berdiskusi, membagi suka duka dan memahami pikiran maupun perasaan orang lain dengan memberikan empati. Gardner mencatat kecerdasan antarpribadi


(28)

(Interpersonal) adalah kemampuan untuk memahami orang lain, membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, tempramen, motivasi dan hasrat orang lain (Gardner, 2013:28). Kecerdasan interpersonal dibangun atas kemampuan inti mengenali perbedaan seacara khusus, perbedaan besar dalam suasana hati, tempramen, motivasi dan kehendak, dan keterampilan membaca kehendak dan keinginan orang lain bahkan ketika keinginan itu disembunyikan (Gardner, 2013:48).

b. Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal merujuk pada pemahaman terhadap diri sendiri dalam menentukan minat dan tujun ketika melakukan perbuatan (Yaumi, 2012: 21). Kecerdasan intrapersonal erat kaitannya dengan perasaan batin, kebijaksanaan, intuisi dan motivasi, kemauan yang kuat, keyakinan dalam berpendapat, kemampuan seseorang dalam memahami diri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut dan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan model tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif (Intrapersonal).

2. Pembelajaran Berbaisi Interpersonal dan Intrapersonal

Pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal pada penelitian ini adalah aktifitas pembelajaran yang dapat meningkatkan kecerdasan Interpersonal dan Intrapersonal peserta didik. Menurut Gindis, aktifitas pembelajaran merujuk pada sistem pendidikan dalam memfasilitasi peserta didik untuk menjadi agen perubahan melalui pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dilakukannya sendiri (Yaumi, 2012: 32). Aktifitas pembelajaran dipahami sebagai


(29)

tugas-tugas yang dirancang secara khusus untuk memperbaiki hasil belajar peserta didik. Aktifitas pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal adalah berbagai bentuk aktifitas yang di desain untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan dengan memfasilitasi berkembangnya kecerdasan jamak (Interpersonal dan Intrapersonal) peserta didik (Yaumi, 2012:33).

3. Aktifitas Pembelajaran Interpersonal dan Intrapersonal

Aktifitas pembelajaran dalam arti luas meliputi pendikan praktik yang memperlakukan peserta didik sebagai pelaksana pembelajaran yang diberikan oleh pendidik dan sebagi agen tindakan kognitif yang didistribusikan antara pendidikan peserta didik (Yaumi, 2012:32). Aktifitas pembelajaran berupa rancangan khusus yang berisi tugas-tugas untuk memperbaiki hasil belajar peserta didik. Aktifitas pembelajaran yang dilakukan berupa tugas individu, kelompok, kegiatan di dalam maupun diluar kelas, dan pembelajaran yang berpusat pada media dan teknologi. Aktifitas pembelajaran berbasis kecerdasan jamak adalah berbagai bentuk aktifitass yang didesain untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan memfasilitasi berkembangnya kecerdasan jamak (Interpersonal dan Intrapersonal) peserta didik (Yaumi, 2012: 33). Secara terperinci aktifitass yang dapat mengembangkan Interpersonal dan Intrapersonal adalah sebagai berikut:

a. Kecerdasan Interpersonal

Untuk megembangkan kecerdasan interpersonal peserta didik, aktivitas pembelajaran yang bisa dilakukan diantaranya:

1) Menerapkan modeljigsaw 2) Kelompok kooperatif


(30)

3) Permainan kelompok,teamwork, proyek kelompok 4) Tutor teman sebaya

5) Mempelajari perasaan orang lain atau praktik empati 6) Berdiskusi kelompok

7) Melakukan simulasi

8) Menebak atau menilai karakter orang lain 9) Berbagi rasa dengan teman sekelas 10) Melaksanakan penilaian tim 11) Membuat permainan kolaboratif

b. Kecerdasan Intrapersonal

Aktivitas pembelajaran untuk menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan intrapersonal yaitu:

1) Tugas mandiri dan belajar mandiri

2) Membuat rencana aplikassi diri dan otobiografi 3) Membentuk hubungan personal

4) Membuat identifikasi diri 5) Membuat pertanyaan diri

Berdasarkan aktifitas pembelajaran yang dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal di atas, peneilti menentukan langkah-langkah pembelajaran berbasis kecerdasan interpersonal sebagai berikut.

a. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai kegiatan jual beli.

b. Siswa membaca intensif dari bacaaan buku paket. (Kecerdasan Intrapersonal) c. Setelah membaca intensif, siswa dan guru melakukan tanya jawab.


(31)

d. Guru menyampaikan materi sejarah jual beli dengan LCD. e. Siswa membagi kelompok dengan berhitung.

f. Siswa bekerja kelompok untuk melakukan sosio drama yang menunjukan penjual dan pembeli. (Kecerdasan interpersonal)

g. Siswa menunjukan kegiatan jual beli di pasar dengan sosio drama. (Kecerdasan Interpersonal dan Intrapersonal)

h. Guru memberi tugas untuk melakukan kegiatan jual beli dan mencatat 3 kegiatan jual beli baik di rumah maupun di sekolah. (Kecerdasan intrapersonal)

i. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai syarat kegiatan jual beli.

j. Siswa menyampaikan tugas sebelumnya dengan membacakan dan menceritakan hasil kegiatan lapangan yang dilakukan. (Kecerdasan linguistik dan intrapersonal) k. Siswa dan guru keluar ruangan dan membentuk lingkaran.

l. Guru membagikan kartu bergambar pada setiap siswa.

m. Siswa menjelaskan kartu bergambar yang diperolehnya pada siswa lain (Kecerdasan Intrapersonal)

n. Siswa bermain membagi kelompok dengan mengelompokan diri berdasarkan jenis kartu yang dimilikinya dan kelompok berubah berdasarkan jenis kelompok yang disebutkan guru. (Kecerdasan Interpersonal)

o. Siswa melakukan penilian diri dengan mengungkapkan ciri khasnya dan menunjuk satu teman dan memberi penilaian terhadap temannya. (Kecerdasan Interpersonal dan Intrapersonal)


(32)

3. Karakteristik Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal dapat diamati melalui kesukaan yang terwujud dalam perilaku seseorang yang cenderung mampu beradaptasi dan bersama-sama dengan orang lain (Yaumi, 2012:147). Menurut Gardner (Safaria, 2005:23) kecerdasan interpersonal akan menunjukkan kemampuan anak dalam berhubungan dengan orang lain, mampu menjalin komunikasi yang efektif dengan orang lain, mampu berempati secara baik, mampu mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang lain, dapat dengan cepat memahami tempramen, sifat, dan kepribadian orang lain, dan dapat memahami suasana hati, motif dan niat orang lain. Karakteristik orang yang memiliki kecerdasan interpersonal menurut Muhamad Yaumi adalah sebagai berikut.

a. Belajar dengan baik ketika berada dalam situasi yang membangun interaksi antara satu dengan yang lain

b. Semakin berhubungan dengan orang lain semakin merasa bahagia

c. Sangat produktif dan berkembang dengan pesat ketika belajar secara kooperatif dan kolaboratif.

d. Merasa senag berpartisipasi dalam organisasi-organisasi sosial, keagamaan, dan politik

e. Pandai dan senang dengan permainan tim daripada sendirian f. Selalu meras bosan dan tidak bersemangat ketika bekerja sendiri g. Peduli dengan masalah dan isu sosoial di lingkungannya

h. Senang bersosialisasi dengan orang lain


(33)

4. Karakteristik Kecerdasan Intrapersonal

Intrapersonal intelligence merupakan kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri (Campbel, 2002:3). Kecerdasan intrapersonal tercermin dalam kesadaran mendalam akan perasaan batin, sehingga memungkinkan seseorang memahami diri sendiri, kemampuan dan pilihannya, orang yang memiliki kecerdassan intrapersonal tinggi pada umumnya mandiri, tidak tergantung pada orang lain, yakin dengan pendapat diri yang kuat, memiliki rasa percaya diri yang besar, dan senang bekerja berdasarkan program sendiri yang dilakukan sendiri, seringkali kecerdasan ini dimiliki orang yangintrovert(Jasmine, 2007: 27-28). Thomas R. Hoer (2000: 30), Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan kunci; lebih dari kecerdasan-kecerdasan lain, kecerdasan interpersonal yang kuat menempatkan kita untuk kesuksesan; sebaliknya, kecerdasan intrapersonal yang lemah akan menghadapkan kita pada rasa frustasi dan kegagalan terus-menerus. Menurut Bernahat (Yaumi, 2012: 172), orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang dominan cenderung memiliki kesadaran diri tinggi dalam memproses tujuan secara jelas tentang segala sesuatu yang dilakukan sekarang dan masa yang akan datang. Karakteristik orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal menurut Muhamad Yaumi adalah sebagai berikut.

a. Menyadari dengan baik tentang hal-hal yang terkait dengan keyakinan dan moralitas.

b. Belajar dengan baik ketika guru memasukkan materi yang berhubungan dengan sesuatu yang bersifat emosional.


(34)

d. Bekerja sendiri lebih produktif daripada bekerja kelompok. e. Mandiri dalam mengerjakan tugasnya

f. Selalu ingin tahu tujuan yang hendak dicapai sebelum memutuskan untuk melakukan suatu pekerjaan.

g. Memiliki perasaan realistik terhadap kelebihan dan kelemahan dirinya. h. Precaya diri dalam melakukan suatu hal.

i. Pandai mengatur diri sendiri.

j. Mampu mengambil pelajaran dari keberhasilan dan kegagalan dalam hidup. C. Kajian tentang Pembelajaran Ceramah

Salah satu metode pembelajaran yang sering digunakan di sekolah saat ini adalah metode ceramah. Menurut Sanjaya (2012: 147) metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturuan secara lisan atau penjelasan secara langsung kepada siswa. Majid (2016: 194) mengungkapkan bahwa metode ceramah merupakan cara yang digunakan dalam mengembangkan proses pembelajaran dengan cara penuturan (lecture). Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ceramah merupakan metode yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran kepada peserta didik secara langsung melalui penuturan (lisan). Sedangkan pembelajaran dengan metode ceramah bervariasi, yaitu proses pembelajaran yang mengutamakan metode ceramah namun diperkaya dengan metode mengajar lainnya seperti tanya jawab, diskusi, dan penugasan (Abdul Aziz Wahab, 2012: 82).


(35)

D. Kajian tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar

Penilaian merupakan proses menentukan nilai suatu objek. Suatu penilaian memerlukan objek dan kriteria yang digunakan dalam melakukan penilaian. Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan kriteria tertentu (Sudjana, 1990:3). Menurut Purwanto (2009:6) evaluasi dapat dilakkukan atas hasil atau proses, evaluasi hasil merupakan evaluasi yang pemeriksaannya hanya atas hasil belajar sedangkan evaluasi proses dilakukan atas seluruh komponen dan proses yang terlibat menghasilkan hasil kegiatan. Purwanto (2009: 54) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Dalam penilaian hasil belajar berisi rumusan kemampuan yang diinginkan dimiliki peserta didik menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.

Berdasarkan pengertian di atas penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil belajar yang dicapai siswa berdasarkan kriteria tertenu. Dalam penilaian hasil, pemeriksaan dilakukan atas hasil saja dengan melihat pencapaian tujuan pada hasil kegiatan berupa kesesuaian produk dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasli belajar yang merupakan tolak ukur dalam pencapaian tujuan dalam kegiatan pembelajaran tentunya tidak lepas dari variabel lain yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran itu sendiri. Menurut Wina Sanjaya (2013: 15-21) faktor yang


(36)

mempengaruhi hasil belajar adalah faktor guru, siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.

a. Faktor guru

Dalam pembelajaran guru merupakan orang yang berperan langsung berhadapan dengan siswa dan berperan sebagai perencana dan implementator di dalamnya. Dalam pelaksanaannya guru tidak hanya dituntut sebagai model atau teladan saja tetapi juga sebagi pengelola dalam pembelajaran. Oleh karena itu efektifitas proses pembelajaran ditentukan oleh kualitas dan kemampuan guru. b. Faktor siswa

Setiap siswa berkembang sesuai dengan tahap perkembangan yang menyangkut seluruh aspek kepribadiannya. Perkembangan setiap siswa berbeda dengan siswa yang lain. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak meliputi jenis kelamin, tempat kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, kemampuan dasar yang dimiliki siswa, pengetahuan dan sikap. Proses pembelajaran di kelas dapat dipengaruhi oleh perkembangan dan latar belakang anak yang tidak sama tersebut.

c. Faktor sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana merupakan segala sesuatu yang mendukung pembelajaran secara langsung seperti media pembelajaran, alat-alat pelajaran, dan perlengkapan selolah. Sedangkan prasarana adalah segala sesuau yang yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya seperti jalan menuju sekolah, penerangan, kamar kecil, dan sebagainya.


(37)

Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam proses pembelajaran dan menjadi komponen penting dalam pelaksanaan pembelajaran. d. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan meliputi faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial psikologis. Faktor organisasi kelas meliputi jumlah siswa dalam satu kelas. Kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran karena kurang menguntungkan dalam menciptakan iklim belajar yang baik. Faktor iklim sosial-psikologis adalah keharmonissan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran seperti iklim sosial antara siswa dengan siswa, guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah, sekolah dengan orang tua siswa, hingga hubungan sekolah dengan lembaga masyarakat. Hubungan yang baik yang ditunjukkan dengan kerja sama, saling menghargai, dan saling membantu akan menciptakan iklim belajar yang baik di lingkungan internal sekolah. Hubungan yang baik diluar sekolah akan menambah kelancaran program-program sekolah sehingga upaya peningkatan kualitas pembelajaran akan mendapat dukungan dari semua pihak.

D. Kajian tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD 1. Pengertian IPS

Pembelajaran IPS di SD mengajarkan konsep-konsep efisiensi ilmu sosial untuk membentuk peserta didik menjadi warga negara yang baik. Istilah IPS sudah digunakan bangsa indonesia sejak tahun 1979. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora, yaitu: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu


(38)

pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial diatas.

Menurut (Susanto, 2014;6) IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala, dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu panduan

2. Pembelajaran IPS SD

Menurut (Susanto, 2014; 11) Pendidikan IPS pada dasarnya memiliki tugas untuk bisa membantu pembentukan pribadi siswa yang melek dan peduli terhadap kondisi masyarakat saat ini serta mampu menerapkan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial dalam memecahkan berbagai masalah yang terjadi di lingkungannya secara kritis, analitis sehingga dengan demikian peserta didik mampu menunjukkan rasa tanggung jawabnya terhadap pembangunan bangsa.

Fokus utama dari program pembelajaran IPS adalah membentuk individu-individu yang memahami kehidupan sosialnya-dunia manusia, aktivitass dn interaksinya yang ditujukan untuk menghasilkan anggota masyarakat yang bebas, yang mempunyai rasa tanggung jawab untuk melestarikan, melanjutkan dan memperluas nilai-nilai dan ide-ide masyarakat bagi generasi depan (Susanto, 2014; 12).

3. Karakteristik Pembelajaran IPS SD a. Karakteristik dilihat dari aspek tujuan

Karakteristik pembelajaran IPS dilihat dari aspek tujuan berkenaan dengan tujuan pembelajaran IPS di SD, yaitu: a) pengembangan kemampuan berfikir siswa;


(39)

b) pengembangan nilai dan etika; dan c) pengembangan tanggung jawab dan partisipasi sosial.

Pengembangan kemampuan intelektual adalah pengembangan kemampuan siswa dalam berfikir tentang ilmu-ilmu sosial dan masalah-masalah kemasyarakatan. Pengembangan kemampuan berfikir dalam bidang studi pendidikan IPS yang paling penting adalah menubuhkan berfikir kreatif dan inovatif.

Nilai merupakan realitas abstrak dari hati nurani manusia yang penting bagi kehidupan manusia, dimana didalamnya berisi tentang keadilan, kejujuran, kebebasan, kedamaian, persamaan, dan memberi dasar dan prinsip akhlak bagi seseorang. Etika merupakan sistem nilai kebiasaan yang penting bagi manusia dan berdasarkan pada prinsip tingkah laku baik dan buruk juga nilai-nilai pertanggungjawaban.

Pembelajaran IPS dalam mengembangkan tanggung jawab dan partisipasi sosial merupakan pengembangan dari tujuan IPS dalam membentuk warga negara yang baik, berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. b. Karakteristik Dilihat dari Aspek Ruang Lingkup Materi

Menurut (Susanto, 2014:22) ditinjau dari ruang ligkup materinya, bidang studi IPS memiliki karakteristik menggunakan pendekatan lingkungan yang luas, menggunakan pendekatan terpadu antarmata pelajaran yang sejenis, berisi materi konsep (nilai sosial kemandirian dan kerja sama), mampu memotivasi peserta didik agar menjadi aktif kreatif dan inovatif sesuai dengan perkembangannya, mampu meningkatkan keterampilan peserta didik dalam berfikir maupun memperluas


(40)

cakrawala budaya; secara garis besar kajian bidang studi IPS mencakup lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi dan pemerintahan.

c. Karakteristik Dilihat dari Aspek Pendekatan Pembelajaran

Pendekaatan bidang studi IPS dilihat dari pendekatan atau metodologi dalam pembeljaran. Pada tahun 1975 dan 1984 pendidikan Ips menggunakan pendekatan integratif. Pendekatan dalam bidang studi IPS cenderung bersifat praktik di masyarakat dan keluarga atau teman sekolah. Selain itu aspek yang ditonjolkan dalam pendekatan bidang studi IPS adalah aspek sosial dan nilai eksistensi peserta didik dalam menghadapi nilai kebersamaan kepemilikan hak dan kewajiban sebagai makhluk sosial. Pendekatan berdasarkan kelompok struktur ilmu yang bersifat sosial dalam disiplin ilmu sosial bermula dari kenyataan, fakta dan realitas sosial, perubahan sosial dan pergeseran sosial yang dialami individu yang balikan terhadap kesesuaian realitas dengan kehendak, keinginan dan tujuan masa depan individu dalam konteks sosial selanjutnya. Berdasarkan kelompok struktur ilmu yang bersifat generalisasi merupakan produk dari kemampuan manusia dalam masyarakat untuk bisa menerapkan, menguji, dan mengkonstruksi kembali apa yang sharusnya dikembangkan dalam bidang ilmu sosial yang terlihat dari bentuk-bentuk perilaku implementasi peserta didik maupun pendidik dalam menunjukkan perilaku.

4. Tujuan Pembelajaran IPS SD

Sehubungan dengan dimensi pendidikan, menurut Kenworthy dalam Depdiknas (2007:14) terdapat tiga karakteristik tujuan IPS yaitu: pendidkan kemanusiaan, pendidikan kewarganegaraan, dan pendidikan intelektual.


(41)

Pendidikan kemanusiaan memiliki arti bahwa IPS harus membantu anak memahami pengalamannya dan menemukan makna dalam kehidupannya. Pendidikan kewarganegaraan mengandung arti bahwa siswa harus dipersiapkan untuk partisipasi secara efektif dalam dinamika kehidupan masyarakat. Sehingga siswa memiliki kesadaran untuk meningkatkan prestasinya sebagai bentuk tanggung jawab warga negara yang setia pada negara. Pendidkan Intelektual mengandung arti bahwa anak membutuhkan bimbingan dan arahan untuk memperoleh ide-ide yang analitis dan alat-alat untuk memecahkan masalah yang dikembangkan dalam konsep ilmu sosial.

Menurut Mutaqin (Ahmad Susanto, 2014:31) tujuan utama mengajarkan IPS pada peserta didik adalah menjadikan warga negara yang baik, melatih kemampuan berfikir matang untuk menghadapi permasalahan sosial dan agar mewarisi dan melanjutkan budaya bangsanya.

Secara khusus tujuan pendidkan IPS di SD menurut Ahmand Susanto (2014:31-32) yaitu:

a) Pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya

b) Kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternattif pemecahan masalah nasional yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat. c) Kemampuan berkomunikassi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai

bidang keahlian serta bidang keilmuan.

d) Kesadaran sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut


(42)

e) Kemempuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, massyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknoologi.

Tujuan pembelajaran IPS di SD menurut kurikulum tahun 2006 atau Krikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pendidan IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemempuan sebagai berikut:

a) Mengenali konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan

b) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, Inquiry, memecahkan masalh, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam

masyarakat majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.

5. Materi Jual Beli di Lingkungan Rumah dan Sekolah IPS SD Kelas 3

Berdasarkan panduan yang ditetapkan Badan Nasional Standarisasi Pendidikan (BNSP) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk siswa kelas 3 SD adalah sebagai berikut

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas III SD

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama di sekitar rumah dan sekolah

1.1 Menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah 1.2 Memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah

1.3 Membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah

1.4 Melakukan kerjasama di lingkungan rumah, sekolah, dan kelurahan/desa


(43)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Memahami jenis pekerjaan dan

penggunaan uang

2.1 Mengenal jenis-jenis pekerjaan 2.2 Memahami pentingnya semangat kerja

2.3 Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah

2.4 Mengenal sejarah uang

2.5 Mengenal penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan

Penelitian ini mengambil pokok bahasan kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah pada standar kompetensi memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang dengan kompetensi dasar memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah. Ringkasan materi mengenai kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah pada mata pelajaran IPS kelas III SD yakini sebagai berikut.

a. Pengertian jual beli

Kegiatan jual beli dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam jual beli harus ada penjual, pembeli, barang yang diperdagangkan dan kesepakatan harga. Jual beli adalah kegiatan menjual atau membeli barang dan jasa atau kegiatan tukar menukar barang dengan uang. Penjual adalah orang yang memberikan barang yang ia miliki untuk diganti dengan uang. Pembeli adalah orang yang membeli (menerima) barang yang ditawarkan penjual untuk diganti menggunakan uang Kegiatan jual beli terjadi karena ada syarat-syarat tertentu. Syarat terjadinya jual beli adalah terdapat penjual dan pembeli. Selain itu ada barang dagangan dan adanya kesepakatan harga antara penjual dan pembeli.


(44)

b. Sejarah jual beli

Kegiatan jual beli sudah dilakukan manusia sejak dahulu. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Kenyataannya apa yang diproduksi sendiri tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhannya. Kemudian untuk memperoleh barang-barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri, mereka mencari orang yang mau menukarkan barang yang dimiliki dengan barang lain yang dibutuhkan olehnya. Akibatnya muncullah sistem jual beli dengan istilah barter, yaitu barang yang ditukar dangan barang. Karena kelemahan yang dimiliki dari sistem barter akhirnya kegiatan jaul beli menggunakan alat tukar yang disebut uang.

c. Kegiatan jual beli

Setiap keluarga mempunyai kebutuhan. Kebutuhan tersebut antara lain adalah makanan, pakaian, dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk mendapatkan semua kebutuhan kita harus berbelanja.Tempat-tempat perbelanjaan antara lain warung, toko, dan pasar. Macam-macam tempat kegiatan jual beli di lingkungan rumah antara lain di warung, toko-toko, dan pasar, baik pasar tradisional maupun pasar swalayan. Kegiatan jual beli yang ada di sekolah, antara lain koperasi dan kantin sekolah.

d. Macam-macam pasar

Tempat jual beli yang paling dikenal adalah pasar. Pasar dapat dibedakan menjadi 3 macam:


(45)

1) Berdasarkan bentuk kegiatanya

Berasarkan bentuk kegiatanya ada dua jenis pasar yaitu pasar nyata dan tidak nyata. Di pasar nyata pembeli dapat melihat langsung barang yang dijual contohnya pasar tradisional dan pasar swalayan. Pasar tidak nyata adalah passar yang penjual tidak menyediakan barang jualnya tetapi hanya memberikan contoh atau surat barang yang akan dijual, dalam pasar tidak nyata penjual dan pembeli juga tidak harus bertemu dan dapat diwakilkan. Contoh pasar tidak nyata adalah toko online.

2) Berdasarkan bentuk bangunannya

Berdasarkan bentuk bangunannya terdapat dua jenis pasar yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Di pasar tradisional pembeli dapat menawar barang yang akan dibelinya karena penjual dan pembeli saling berhadapan langsung. Pasar tradisional tidak hanya dilakukan di darat tetapi juga di air seperti pasar terapung yang ada di Kalimantan. Pasar modern biasa kita kenal dengan sebutan pasar swalayan, supermarket, mall, atau depatmen store. Barang yang dijual di pasar modern sudah diberi label harga sehingga tidak bisa ditawar. Pembeli memilih sendiri barang yang dibelinya kemudian bila sudah selesai memilih, pembeli membawanya ke tempat pembayaran yang disebut kasir.

3) Berdasarkan jenis barang yang dijual

Terdapat berbagai jenis pasar berdasarkan barang yang dijualnya diantaranya ada pasar loak, pasar induk, pasar hewan, pasar ikan, pasar tanaman dan lain-lain. Pasar loak adalah pasar yang menjual barang-barang bekas, pasar induk adalah pasar utama di kota besar yang menyalurkan barang untuk pasar yang lain, pasar


(46)

hewan adalah pasar yang menjual berbagai jenis hewan, pasar ikan adalah pasar yang kusus menjual hasil tangkapan laut.

Adapun materi pelajaran yang akan diteliti di SD Negeri Percobaan 2 yaitu materi di semester 2 kelas III dengan pokok bahsan jenis-jenis pekerjaan dan penggunaan uang melalui kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah E. Karakteristik Perkembangan Siswa SD

Jean Piaget (Muhibbin Syah, 2011: 74) mengklarifikasikan melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa sebagai berikut:

1. Tahap sensorimotor (umur 0 -2 tahun)

Pada tahap sensorimotor, intelegensi yang dimiliki masih primitif anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik yaitu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan. Karakteristik tahap ini merupakan gerakan – gerakan akibat satu reaksi langsung dari rangsangan dengan mengatur alamnya menggunakan indera (sensori) dan tindakan – tindakan (motor), dan belum mempunyai kesadaran adanya konsepsi yang tetap. Anak dalam periode ini belajar cara mengikuti dunia kebendaan secara praktis dan belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami hal yang sedang ia perbuat kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan tersebut.

2. Tahap pra-operasional (2–7 tahun)

Tahap pra operasional adalah suatu periode dimana anak mulai mampu mengguankan kata-kata yang benar dan mampu mengekspresikan kalimat-kalimat pendek tetapi efektif dan masih bersifat egosentrisme. Pada tahap ini anak belum mampu melaksanakan operasi–operasi mental. Unsur yang menonjol dalam tahap


(47)

ini adalah mulai digunakannya bahasa simbolis, yang berupa gambaran dan bahasa ucapan. Dengan menggunakan bahasa, inteligensi anak semakin maju dan memacu perkembangan pemikiran anak.

3. Tahap operasional-konkret (7–11 tahun)

Tahap operasional konkret dinyatakan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada peristiwa–peristiwa yang langsung dialami. Pada tahap ini muncul pemahaman terhadap aspek kuantitatif materi, pemahaman terhadap golongan benda, dan pemahaman terhadap pelipatgandaan golongan benda. Anak pada tahap ini baru mampu berfikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. Di sekolah anak mengembangkan berbagai keterampilan dan pekerjaan tangan seperti menggambar, menulis, membentuk tanah liat. Anak mulai suka dengan bermain secara kelompok dengan membentuk geng kelompok. Pada saat usia sembilan atau sepuluh tahun, anak mengerti konsep bilangan saampai lebih dari 1000 (Elizabeth B. Hurlock : 164)

4. Tahap operasi formal (11 tahun keatas)

Tahap operasi formal, seorang remaja memiliki kemampuan mengkoordinasi baik secara serentak atau berurutan, mampu bernalar dan berfikir abstrak tanpa harus berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung, dan menarik kesimpulan dari informasi yang ada. Tahap ini merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas.

Berdasarkan uraian di atas, siswa kelas III SD berada pada tahap operasinal konkret karena pada umumnya siswa kelas III SD berumur 7 –11 tahun. Karena itulah dalam pembelajaran IPS di SD harus disesuaikan dengan karakteristik siswa


(48)

SD tersebut dan diperlukan metode yang mendukung dan bermakna dalam proses pembelajaram. Menurut Huelock (1980;146) pada usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual disebut masa kanak-kanak akhir. Pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupn dewasa; dan mempelajari berbagai keterampilan penting tertentu baik keterampilan kurikuler maupun ekstrakurikuler; para pendidik juga memandang usia ini sebagai periode kritis dalam dorongan berprestasi, suatu masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak suskes, atau sangat susses. (Hurlock, 1980:146). Masa yang penting tersebut sangat disayangkan bila terlewatkan dalam pengembangan minat dan bakatnya. Dengan penggunaan bembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal,proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyeluruh dengan memfasilitasi berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki siswa. Sehingga siswa dapat memahami materi yang disampaikan dengan baik karena penyampaian materi menjadi lebih bervariasi dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

F. Pelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Arinda Susanti (2011) mengenai pengaruh pembelajaran berbassis Multiple Intelligence terhadap prestasi belajar fisika pada siswa kelas X SMK N 4 Malang. Dengan hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata prestasi belajar (post-test) siswa pada kelas eksperimen sebesar 74,08 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 66,64. Berdasarkan rata-rata prestasi diatas disimpulkan bahwa prestasi belajar fisika dengan mengguanakan pembelajaran


(49)

berbasis multiple inteligences memiliki nilai rata-rata lebih baik dibandingkan dengan tanpa menggunakan pembelajaran berbasismultiple inteligences.

Penelitian berikutnya adalah penelitian oleh Nur Dilga (2010) mengenai penerapan multiple inteligences sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelass IV SD Negeri Gembongan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan Interpersonal dan Intrapersonal dapat meningkatkan hasil belajar IPA dengan persentase peningktan ranah kognitif sebesar 11,67%, ranah afektif 5,35%, dan ranah psikomotor 17%. Siklus I ranah kognitif sebesar 75,83%, ranah afektif 77,25%, dan ranah psikomotor 83%. Siklus II ranah kognitif 87,5%, ranah afektif 82,6%, dan ranah psikomotor 100%.

Berdasarkan 2 penelitian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dengan digunakannya atau diterapkannya pembelajaran berbasis multiple inteligences dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal merupakan bagian dari peembelajaranmultiple inteligences.

G. Kerangka Pikir

Dalam pembelajaran sangat penting melibatka peserta didik untuk belajar melakui aktivitas yang dapat mengkonstruksi pengetahuan, perasaan, kemauan dan ketrampilan. Kegiatan pembelajaran yang tidak memperhatikan minat, bakat, talenta dan keterampilan peserta didik akan menimbulkan proses pembelajaran yang pasif dan menghasilkan peserta didik yang tidak memiliki keterampilan yang memadai. Konsep pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal belum terintegrasi dalam pendidikan padahal tersebut merupakan bagian yang penting dalam mengakomodasi dan memfasilitasi terbangunnya suatu kegiatan


(50)

pembelajaran yang mengedepankan tumbuh dan berkembangnya kecerdasan jamak yang dimiliki siswa. Penggunaan aktivitas pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal diharapkan akan memfasilitasi peserta didik dalam mencapai kemampuan yang memadahi dalam pengembangan kecerdasan yang dimiliki dan mengakomodasi gaya belajar siswa sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai. Skema kerangka pikir penggunaan pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal pada pembelajaran IPS siswa kelas III SD Negeri Percobaan 2 dapat dilihat pada gambar 1. Berdasarkan gambar 1, dapat diartikan bahwa variabel bebas yaitu pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal (X) dapat mempengaruhi variabel terikat yaitu hasil belajar IPS (Y).


(51)

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir

Mata pelajaran IPS tidak berbasis Interpersonal dan Intrapersonal

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Pembelajaran tidak berbasis Interpersonal dan Intrapersonal

Pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal

Denengan memfasilitasi kecerdasan Interpersonal dan Intrapersonal

Pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal dapat meningkatkan hasil belajar

IPS siswa kelas III SD Negeri Percobaan 2, Depok, Sleman.Sleman.

Tidak ada aktifitas untuk memfasilitasi kecerdasan Interpersonal dan Intrapersonal, pembelajaran terpusat pada guru, nilai beberapa


(52)

H. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerngka pikir seperti yang dipaparkan, maka rumusan hipotesis untuk penelitian ini yaitu penggunaan pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Negeri Percobaan 2, Depok, Sleman.


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif karena dalam penelitian ini data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Penelitian kuantitatif memecah realitas konteks menjadi bagian-bagian kecil dan terpisah yang disebut variabel dengan tiga penjelasan kemungkinan, yaitu mendeskripsikan, menghubungkan, atau membedakan. (Purwanto, 2008: 18). Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. (Sugiyono, 2013: 14). Metode yang digunakan adalah metode quasi eksperimen. Menurut Sugiyono (2013: 107) penelitian eksperimen sebagai bagian dari penelitian kuantitatif memiliki ciri khas tersendiri, terutama dengan adanya kelompok kontrolnya.

B. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel independen ( variabel bebas) dan variabel dependen ( variabel terikat)

1. Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat).


(54)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal.

2. Variabel dependen (variabel bebas) adalah variabel yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitan ini adalah hasil belajar IPS.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group design.Desain ini hampir sma denganpretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Menurut Sugiyono (2013: 116) nonequivalent control group design.terdapat dua kelompok yang akan diberi perlakuan yang berbeda kemudian diberi tes (pretest) untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sebelum pembelajaran dimulai diberi tes (pretest). Setelah pembelajaran berakhir diberi test akhir (post test) menggunakan instrument test. Model desainnya adalah sebagai berikut:

O1 X O2

O3 O4

Keterangan :

O1dan O3 = hasil belajar IPS siswa kelas III SD N Percobaan 2 sebelum ada


(55)

O2 = hasil belajar IPS siswa kelas III SD N Percobaan 2 setelah diberi perlakuan

pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal.

O4 = hasil belajar IPS siswa kelas III SD N Percobaan 2 yang tidak diberi

perlakuan pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal.

X = perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal.

D. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di SD Negeri Percobaan 2, Sekip Caturtunggal Depok, Sleman, Yogyakarta

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari-Maret 2017. E. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh subjek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri Percobaan 2.

Jumlah populasi siswa kelas III SD Negeri Percobaan 2.

Tabel 3. Jumlah siswa kelas III SD Negeri Percobaan 2.

No Kelas Jumlah siswa

1 Kelas 3 A 35

2 Kelas 3 B 35


(56)

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah teknik probability sampling dengan jenis sample random sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberi peluang atau kesempatan sama bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sample random sampiling adalah teknik penentuan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. (Sugiyono, 2013:120). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 70 siswa kelas III A dan kelas III B SD Negeri Percobaan 2.

Penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan cara undian, karena peneliti menganggap kedua kelas homogen. Hasil dari pengundian yang telah dilakukan, kelas III A terpilih menjadi kelompok kontrol dan kelas III B menjadi kelompok eksperimen.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan atau memperoleh data penelitian yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Teknik yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data yaitu menggunakan teknik tes. Tes tersebut digunakan untuk mengukur kemampuan awal dan kemampun akhir siswa yang termasuk dalam ranah kognitif setelah diberi perlakuan

1. Tes

Nana Sudjana (2005: 35) mengungkapkan bahwa tes digunakan untuk mengukur hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan


(57)

penguasaan bahan ajar sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Bentuk tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda yang mencakup aspek kognitif.

2. Obvservasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional terhadap beberapa kejadian untuk mencapai tujuan tertentu (Zainal Arifin, 2011:231). Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi terstruktur. Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya juga dilakukan apabila peneliti tahu dengan pasti variabel apa yang akan diamati (Sugiyono, 2013:205). G. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat ukur yang digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2013: 148).

a. Soal

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur hasil belajar yaitu tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dengan 3 pilihan jawaban sebanyak 20 soal, untuk jawaban benar mendapatkan skor 1 dan jawaban salah akan mendapatkan skor 0. Setelah instrumen tersusun dengan baik selanjutnya dilakukan uji coba instrumen untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Data yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari data kuantitatif yang terdiri dari hasil pre test dan post test hasil belajar IPS. Tes yang diberikan sama pada kedua kelas yaitu materi


(58)

IPS memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah. Adapun kisi-kisi instrumen tes pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Soal Kompetensi

Dasar Indikator

Proses Berfikir Jumlah Butir Soal C1 Ingatan C2 Pemahaman C3 Aplikasi 2.3 Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah

2.3.1 Menjelaskan arti

kegiatan jual beli 1 *8 2

2.3.2 Menjelaskan

pengertian penjual 16 3 2

2.3.3 Menjelaskan

pengertian pembeli 6 *11 2

2.3.4 Menjelaskan kegiatan jual beli pada masa lampau

*2 5 2

2.3.5.Menyebutkan

syarat kegiatan jual beli 4 12 2

2.3.6 Menyebutkan tempat terjadi kegiatan jual beli di lingkungan rumah 15, 16, 17 7, *9, 14, 19, 20 8 2.3.7.Menyebutkan

tempat terjadi kegiatan jual beli di lingkungan sekolah

10, 13,

18 3

Jumlah 20

*Butir soal gugur b. Lembar Observasi

Lembar observasi berfungsi sebagai alat untuk mengamati kegiatan selama proses belajar mengajar, mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal. Lembar observasi memuat aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, yaitu interaksi antar siswa yang melibatkan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan mengelola diri (interpersonal). Deskripsi indikator berdasarkan karakteristik kecerdasan interpersonal dan intrapersonal oleh


(59)

Muhamad Yumi (Muhamad Yumi, 2012: 147-178). Pengisian lembar observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan dilakukan oleh observer.

Penilaian lembar observasi, menggunakan klasifikasi hasil belajar dengan skala 4. Skala 4 artinya hasil belajar siswa diklasifikasikan menjadi 4, yaitu: sangat baik (SB), baik (B), cukup (C), dan kurang (K) (Widoyoko, 2016: 190). Adapun cara menghitung skor akhir menurut S. Eko Putro Widoyoko (2016: 146) sebagai berikut.

SA = Keterangan:

SA= Skor Akhir peserta tes PS= Perolehan Skor

ST= Skor Tertinggi SP= Skala Penilaian

Berikut tabel klasifikasi hasil penilaian (Widoyoko, 2016: 191). Tabel 5. Klasifikasi Hasil Penilaian

Skor Akhir Klasifikasi

>3,25–4,00 Sangat Baik (SB)

>2,50–3,25 Baik (B)

>1,75–2,50 Cukup (C)


(60)

Tabel 6. Kisi-kisi lembar observasi siswa No Aspek yang

diamati Deskripsi (Indikator)

No.

Item Jumlah

1 Interpersonal

Bekerja sama selama kegiatan kegiatan

pembelajaran berlangsung. 1

5 Bersosialisasi dengan teman sejawat dan

orang lain 2

Berperan aktif dalam kegiatan

pembelajaran 3

Peduli terhadap orang lain (memberi

nasihat dan saran) 4

Memiliki dua atau lebih teman akrab

(kelompok) 5

2 Intrapersonal

Mengerjakan sesuatu dengan baik ketika

ditinggalkan sendiri 6

5 Patuh terhadap peraturan yang ada. 7

Bisa mengatur diri sendiri 8

Menunjukkan kemandirian 9

Menerima kekalahan 10

Jumlah 10

2. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dalam penelitian ini menggunakan uji coba validitas dan reliabilitas. Uji coba instrumen mempunyai tujuan yaitu memperoleh informasi mengenai kualitas instrumen yang akan digunakan dalam penelitian, meliputi sudah atau belumnya instrumen tersebut memenuhi syarat sebagai pengumpul data yang baik. Instrumen dikatakan baik apabila instrumen tersebut valid. Instrumen tersebut dicobakan pada anggota populasi yang diteliti tetapi di luar anggota populasi yang akan dijadikan sampel penelitian.


(61)

a. Uji Validitas

Untuk mengetahui validitas butir soal maka dilakukan uji validitas butir soal. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 144) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Untuk instrumen tes digunakan validitas isi dan butir, sedangkan untuk lembar observasi digunakan validitas konstruk. Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur konsep dari suatu teori, yaitu yang menjadi dasar penyusunan instrumen (Widoyoko, 2016: 237). Untuk menguji validitas konstruk, dapat menggunakan pendapat ahli (expert judgement) Widoyoko (2016: 237). Lembar observasi yang sudah dibuat kemudian dikonsultasikan kepada dosen yang ahli dalam bidang IPS selakuexpert judgement.

Instrumen yang harus mempunyai validitas isi (content validity) adalah instrumen yang berbentuk tes untuk mengukur hasil belajar Widoyoko (2016: 233). Untuk mengetahui validitas butir soal peneliti pengujian menggunakan validitas butir (itemvalidity). Peneliti menggunakan bantuan komputer program SPSS 20for windowsdengan rumus korelasi oleh Pearson. Dalam penelitian ini, soal tes yang digunakan diujicobakan di kelas 3 SD Negeri Kotagede 5 pada Sabtu, 25 Februari 2017 di kelas 3 dengan jumlah siswa yang mengikuti tes sebanyak 26 anak. SD Negeri Kotagede 5 dipilih sebagai peserta tes uji coba instrumen dikarenakan SD Negeri Kotagede 5 mempunyai akreditasi dan status yang sama dengan SD Negeri Percoban 2. Dari 20 butir soal yang diujikan, diperoleh sebanyak 16 butir soal yang valid. Angka korelasi tiap-tiap butir sebagai hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel pada taraf signifikasi 5% dan N=26. Butir atau item dikatakan valid


(62)

jika rXY≥ r tabel. Berdasarkan tabel, diketahui bahwa angka korelasi adalah 0,388. Jadi apabila koefisien korelasi dari suatu butir kurang dari 0,388 dapat dikatakan bahwa butir/item tersebut gugur dan sebaliknya apabila koefisien korelasi suatu item tersebut lebih besar atau sama dengan 0, 388 maka item tersebut valid. Berdasarkan penghitungan dengan aplikasi SPSS, dari 20 butir soal yang telah dibuat, terdapat 4 soal yang gugur yaitu nomor 2, 8, 9, dan 11. Soal yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian dan soal yang valid digunakan dalam penelitian. Sehingga soal yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 16 butir.

b. Uji Reliabilitas

Selain validitasnya, butir soal tersebut juga dihitung reliabilitasnya. Reliabilitas adalah salah satu cara untuk mengetahui sejauh mana data yang dikumpulkan reliabel, dapat dipercaya (Suharsimi Arikunto, 2002:154). Untuk mengetahui reliabilitas instrumen soal digunakan rumusAlpha Cronbachdi bawah ini:

( 1) 1

(Suharsimi Arikunto, 2002: 171) Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal = jumlah varians butir

= varians total


(63)

Penghitungan untuk mengetahui besarnya koefisien reliabilitas dengan bantuan komputer program SPSS 20 for windows dan diperoleh koefisien alpha sebesar 0,871. Koefisien alpha yang diperoleh berada pada tingkat tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel

c. Tingkat Kesukaran Butir

Tingkat kesukaran butir soal bertujuan untuk mengetahui bobot soal yang sesuai dengan kriteria perangkat soal untuk mengukur tingkat kesukaran. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat dari sudut guru pembuat soal. Menurut menurut Nana Sudjana (2005: 137) untuk menghitung indeks kesukaran suatu butir soal digunakan rumus sebagai berikut :

I =

Keterangan:

I = Indeks kesulitan untuk setiap butir soal

= Banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal

= Banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan

Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, maka soal tersebut sulit. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. Menurut Nana Sudjana (2009:137) Kriteria indeks kesulitan soal diklasifikasikan sebagai berikut:


(64)

I = 0,71–1,00 = Soal kategori mudah

Berdasarkan kriteria indeks kesukaran soal, maka diperoleh 1 soal dengan kategori mudah, 8 soal dengan kategori sedang dan 7 soal dengan kategori sukar. d. Daya Beda

Daya beda (discriminating power) adalah kemampuan butir soal membedakan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya (Purwanto, 2010: 102). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Rumus daya beda menurut Purwanto (2010: 102-103) adalah sebagai berikut.

DB = Atau DB = Keterangan:

= proporsi siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.

= proporsi siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rendah.

= jumlah peserta yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.

= jumlah kelompok siswa yang mempunyai kemampuan tinggi. = jumlah peserta yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rendah.


(65)

= jumlah kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rendah. Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 213) daya pembeda diklasifikasikan menjadi 5, sebagai berikut.

D = 0,00–0,20 = jelek (poor)

D = 0,20–0,40 =cukup (satisfactory) D = 0,40–0,70 = baik (good)

D = 0,70–1,00 = baik sekali (excellent) D = negatif, semuanya tidak baik

Dari kriteria di atas, diperoleh 7 soal dengan kriteria baik, 7 soal dengan kriteria cukup, dan 2 soal dengan kriteria jelek.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah dengangain score. Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest, gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan guru (Herlanti, 2006:71).Gain Scoredigunakan untuk mengetahui besar peningkatan kemampuan siswa seteelah pretest dan posttest. Meltzer (2002) menyatakan rumus uji gain adalah sebagai berikut.

= Keterangan:

Posttest score = skorposttest Pretest score = skorpretest


(66)

Tabel 7. KategoriGain Score

Nilai Kriteria Nilai

(<g>) > 0.7 Tinggi

0.7 > (<g>) > 0.3 Sedang

(<g>) < 0.3 Rendah

(Sumber: Hake, 1999:1)

Kecerdasan Interpersonal dan Intrapersonal muncul dilihat dengan membandingkan hasil observasi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. Sugiyono (2012: 208) menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya) menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya, dan juga apabila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil.

Penyajian data analisis deskriptif dalam penelitian ini dimulai dengan membuat rangkuman data yang diperoleh dari data observasi kelas kontrol dan kelas eksperimen. Rangkuman data observasi yang diperoleh selanjutnya diubah dalam bentuk tabel dengan melakukan konversi nilai terhadap standar penilaian menurut Widoyoko (Widoyoko, 2016: 191).

Tabel 5. Klasifikasi Hasil Penilaian

Skor Akhir Klasifikasi

>3,25–4,00 Sangat Baik (SB)

>2,50–3,25 Baik (B)

>1,75–2,50 Cukup (C)


(67)

BAB VI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Percobaan 2 Depok Sleman. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Percobaan 2 tahun ajaran 2016/2017. Kelas III terdiri dari dua kelas yaitu kelas III A dan kelas III B. Kelas III A terdiri dari 35 siswa dan kelas III B terdiri dari 35 siswa.

Penelitian ini menggunakan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen untuk melaksanakan pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal. Kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal dan hanya menggunakan kegiatan pembelajaran yang biasa dilakukan sebelumnya, sedangkan kelompok eksperimen menggunakan pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal. Dari 2 kelas yang ada maka ditentukan kelas III A sebagai kelas kontrol dan kelas III B sebagai kelas eksperimen. Tiap kelompok akan diberikan pretestdanposttest.Pretestdiberikan sebelum materi pembelajaran disampaikan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal masing-masing kelompok. Sedangkan posttest diberikan setelah materi pembelajaran disampaikan.

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal terhadap hasil belajar kognitif dan afektif


(68)

IPS siswa kelas III SD Negeri Percobaan 2 Deepok, Sleman. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2017 - 31 Maret 2017 tahun ajaran 2016/2017 semester II. Penelitian melibatkan dua kelas yang ada di SD Negeri Percobaan 2, yaitu sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pembelajaran di kelas kontrol diatur oleh guru kelas dengan metode pembelajaran yang biasa digunakan yaitu ceramah bervariasi meliputi ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan, sedangkan pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal. Materi yang diajarkan sama yakni Kompetensi Dasar “Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah”. Dilakukan satu kali pretest diluar pembelajaran, dengan dua kali perlakuan karena materi pembelajaran selesai dalam dua kali pertemuan dan satu kali posttest setelah pembelajaran selesai diajarkan. Posttest bertujuan untuk mengukur sejauh mana keefektifan pembelajaran IPS setelah mendapat perlakuan pembelajaran berbasis Interpersonal dan Intrapersonal terhadap hasil belajar siswa. Berikut waktu pelaksanaan dan pembagian materi tiap pertemuan.


(69)

Tabel 8. Jadwal Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri Percobaan 2

Kelompok Hari/

Tanggal Kegiatan Sub Pokok Bahasan

Eksperimen Senin/ 27 Maret 2017

Pretest Selasa/ 28

Maret 2017

Perlakuan 1 Arti kegiatan jual beli,

pengertian penjual, pengertian pembeli, kegiatan jual beli pada masa lampau

Jumat/ 31 Maret 2017

Perlakuan 2 Syarat kegiatan jual beli, tempat terjadi kegiatan jual beli di lingkungan rumah, tempat terjadi kegiatan jual beli di lingkungan sekolah

Sabtu/ 1 April 2017

Posttest Kontrol Senin/ 27

Maret 2017

Pretest Selasa/ 28

Maret 2017

Perlakuan 1 Arti kegiatan jual beli,

pengertian penjual, pengertian pembeli, kegiatan jual beli pada masa lampau

Jumat/ 31 Maret 2017

Perlakuan 2 Syarat kegiatan jual beli, tempat terjadi kegiatan jual beli di lingkungan rumah, tempat terjadi kegiatan jual beli di lingkungan sekolah

Jumat/ 1 April 2017

Posttest

2. Data Hasil Interpersonal dan Intrapersonal Siswa

a. Data Hasil Interpersonal dan Intrapersonal Kelompok Eksperimen

Interpersonal dan Intrapersonal kelompok eksperimen diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan selama pembelajaran IPS berbasis Interpersonal dan Intrapersonal. Observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu selama pembelajaran berlangsung. Rincian data sikap ilmiah siswa kelompok eksperimen dapat dilihat dalam tabel berikut.


(70)

Tabel 9. Data Distribusi Frekuensi Rata-rata Observasi Interpersonal dan Intrapersonal Siswa Kelompok Eksperimen

Data lampiran 14 (halaman 115)

Berdasarkan data pada tabel 9 di atas, diketahui bahwa hasil observasi Interpersonal dan Intrapersonal siswa pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata secara keseluruhan sebesar 3,65 dengan kriteria sangat baik. Nilai tertinggi 4,00 dan nilai terendah 3,20. Siswa yang memperoleh kriteria nilai sangat baik sebesar 94,29% dan kriteria nilai baik sebesar 5,71%. Hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai sangat baik, karena selama pembelajaran siswa selalu berperan aktif di setiap kegiatan, disiplin dan dapat bekerjasama dengan siswa lain. Data observasi kecerdasan Interpersonal dan Intrapersonal selanjutnya disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut.

Kriteria Frekuensi Persentase (%)

Sangat baik (>3,25-4,00) 33 94,29

Baik (>2,50-3,25) 2 5,71

Cukup (>1,75-2,50) 0 0

Kurang (1,00-1,75) 0 0

Total 35 100

Rata-rata Nilai 3,65

Nilai Tertinggi 4,00


(1)

Lampiran 22. Dokumentasi


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)