17
1.4.2 Teori yang Digunakan
Teori merupakan landasan pendapat yang dikemukakan mengenai suatu peristiwa Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991:1041. Sesuai
dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, maka penulis menggunakan beberapa landasan teori yang berkaitan relevan dengan tulisan ini.
Artinya secara harfiah, teori adalah sebuah rangkaian hubungan konsep, definisi, dan proposisi yang menunjukkan suatu urutan yang sistematis dari
fenomena dengan menggambarkan hubungan antara banyak variabel, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksikan fenomena tersebut. Dengan ini, penulis
menggunakan teori untuk membahas dan menjawab tiga pokok permasalahan seperti telh diurai dalam bagian latar pokok masalah.
Untuk menganalisis pokok masalah pertama yaitu upacara adat ncayur tua suku Pakpak di Desa Natam Jehe penulis berpedoman pada teori upacara yang
menjadi perhatian dari para ahli antropologi yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat 2009:296, yakni secara khusus mengandung empat aspek: 1
tempat upacara dilakukan; 2 saat-saat upacara dijalankan; 3 benda-benda dan alat upacara; dan 4 orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara.
Selanjutnya dalam menganalisis upacara ncayur tua, tertama bagian mengkerboi, dalam konteks kebudayaan, penulis menggunakan teori tradisi lisan.
Setiap kebudayaan musik dunia memiliki sistem-sistem musik yang berbeda, karena kebudayaan musik dunia dikerjakan dengan cara yang tidak sama oleh
setiap pendukung kebudayaan Nettl, 1977:3. Sistem-sistem musik tersebut dapat berupa teori, penciptaan, pertunjukan, pendokumentasian, penggunaan, fungsi,
Universitas Sumatera Utara
18
pengajaran, estetika, kesejarahan, dan lain-lain. Salah satu sistem yang terlihat jelas dalam suatu kebudayaan musik dunia adalah pengajarannya yang diwariskan dari
mulut ke mulut yang lazim disebut oral tradition Nettl, 1973:3. Dengan demikian pewarisan kebudayaan melalui mulut ke mulut dapat menciptakan hasil
kebudayaan musik yang berbeda dari setiap generasi. Hal ini tentu dapat dijadikan sebagai hal yang menarik untuk diteliti dan harus diketahui tentang materi-materi
lisan dan variasi ragam musik yang menggunakan istilah-istilah ideal dari suatu kebudayaan musik itu sendiri. Tradisi lisan dalam pewarisan kebudayaan musik
menciptakan berbagai ragam variasi musik dan materi-materi lisan. Gendang mengkerboi merupakan bagian dari pewarisan budya musik suku Pakpak yang
tercipta bersamaan dengan perubahan waktu dan lingkungan sebagai konsekuensi dari tradisi lisan.
Seterusnya untuk menganalisis guna dan fungsi musik repertoaar Gendang Mengkerboi
di dalam kebudayaan etnik Pakpak, khususnya di Desa Natam Jehe, penulis menggunakan teori fungsionalisme. Menurut Malinowski, yang dimaksud
fungsi itu intinya adalah bahwa segala aktivitas kebudayaan sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah keinginan naluri makhluk manusia yang
berhubungan dengan seluruh kehidupannya. Contohnya, kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan, terjadi karena mula-mula manusia ingin memuaskan
keinginan nalurinya terhadap keindahan. Ilmu pengetahuan juga timbul karena keinginan naluri manusia untuk tahu. Teknologi muncul karena manusia ingin
mudah bekerja di dalam mengisi hidupnya. Namun banyak pula aktivitas kebudayaan yang terjadi karena kombinasi dari beberapa macam human need itu.
Universitas Sumatera Utara
19
Dengan paham ini seorang peneliti bisa menganalisis dan menerangkan banyak masalah dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan manusia.
10
Selaras dengan pendapat Malinowski, repertoar Gendang Mengkerboi pada upacara ncayur tua, dalam budaya masyarakat Pakpak, timbul dan
berkembang karena diperlukan untuk memuaskan suatu rangkaian keinginan naluri masyarakatnya. Musik ini timbul, karena masyarakat pendukungnya ingin
memuaskan keinginan nalurinya terhadap keindahan dan ritual. Namun lebih jauh dari itu, akan disertai dengan fungsi-fungsi lainnya, seperti integrasi masyarakat,
hiburan, kontinuitas budaya, dan lainnya. Radcliffe-Brown mengemukakan bahwa fungsi sangat berkait erat dengan
struktur sosial masyarakat. Bahwa struktur sosial itu hidup terus, sedangkan individu-individu dapat berganti setiap masa. Dengan demikian, Radcliffe-Brown
yang melihat fungsi ini dari sudut sumbangannya dalam suatu masyarakat, mengemukakan bahwa fungsi adalah sumbangan satu bagian aktivitas kepada
keseluruhan aktivitas di dalam sistem sosial masyarakatnya. Tujuan fungsi adalah untuk mencapai tingkat harmoni atau konsistensi internal, seperti yang
diuraikannya berikut ini. By the definition here offered ‗function‘ is the contribution
which a partial activity makes of the total activity of which it is a part. The function of a perticular social usage is the contribution of
it makes to the total social life as the functioning of the total social system. Such a view implies that a social system ... has a certain
kind of unity, which we may speak of as a functional unity. We may
10
Abstraksi tentang fungsi yang ditawarkan oleh Malinowski berkaitan erat dengan usaha kajian etnografi dalam antropologi. Pemikiran Malinowski mengenai syarat-syarat metode etnografi
berintegrasi secara fungsional yang dikembangkan dalam kuliah-kuliahnya tentang metode-metode penelitian lapangan dalam masa penulisan buku etnografi mengenai kebudayaan masyarakat
Trobiands, selanjutnya menyebabkan bahwa konsepnya mengenai fungsi sosial dari adat, tingkah laku manusia dan institusi-institusi sosial menjadi begitu mantap Koentjaraningrat, 1987:67.
Universitas Sumatera Utara
20
define it as a condition in which all parts of the social system work together with a sufficient degree of harmony or internal consistency,
i.e., without producing persistent conflicts can neither be resolved not regulated 1952:181.
Sejalan dengan pandangan Radcliffe-Brown, musik Gendang Mengkerboi bisa dianggap sebagai bagian dari struktur sosial masyarakat Pakpak. Pertunjukan
musik tersebut adalah salah satu bagian aktivitas yang bisa menyumbang kepada keseluruhan aktivitas, yang pada masanya akan berfungsi bagi kelangsungan
kehidupan budaya masyarakat Pakapak. Fungsinya lebih jauh adalah untuk mencapai tingkat harmoni dan konsistensi internal. Pencapaian kondisi itu,
dilatarbelakangi oleh berbagai kondisi sosial dan budaya dalam masyarakat Pakpak, khususnya di wilayah penelitian ini adalah Desa Natam Jehe.
Dengan tetap bertolak dari teori fungsi, yang kemudian mencoba menerapkannya dalam etnomusikologi, lebih lanjut secara tegas Merriam
membedakan pengertian fungsi ini dalam dua istilah, yaitu penggunaan dan fungsi. Menurutnya, membedakan pengertian penggunaan dan fungsi adalah sangat
penting. Para pakar etnomusikologi pada masa lampau tidak begitu teliti terhadap perbedaan ini. Jika kita berbicara tentang penggunaan musik, maka kita menunjuk
kepada kebiasaan the ways musik dipergunakan dalam masyarakat, sebagai praktik yang biasa dilakukan, atau sebagai bahagian daripada pelaksanaan adat
istiadat, sama ada ditinjau dari aktivitas itu sendiri maupun kaitannya dengan aktivitas-aktivitas lain 1964:210.
Untuk mengkaji struktur ritme pada repertoar Gendang Mengkerboi, penulis juga menggunakan teori analisis waktu di dalam musik oleh William P.
Universitas Sumatera Utara
21
Malm dalam terjemahan Takari, 2003 yang mengatakan ada langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pengamatan seni pertunjukan yaitu: 1
mendeskripsikan sifat seni pertunjukan apakah penyanyi danatau pemain musik; 2
menganalisis ―waktu‖ termasuk di dalamnya meter, pulsa dasar taktus, dan unit-unit pembentuk birama, serta; 3 menganalisis melodi musik dengan
menggunakan metode weighted scale bobot tangga nada. Sesuai dengan judul, maksud, serta tujuan penelitian ini, penulis
menggunakan langkah pertama mengenai peretunjukan, dan kedua yaitu menganalisis unsur
―waktu‖ lewat pendekatan musik Barat yang terdiri dari empat langkah, yaitu: 1 mencatat tempo dalam tanda-tanda metronom jumlah ketukan
dasar per menit; 2 menotasikan ritme yang dihasilkan, serta hubungannya dengan melodi; 3 mencatat meter atau tanda birama skema waktu dalam musik untuk
dapat menetukan pulsa dasar berdasarkan ketukan-ketukan beraksen sesuai dengan latar belakang budaya si penulis; dan 4 Merangkum pulsa-pulsa ini ke dalam
unit-unit yang disebut birama Takari, 1993.
1.5 Metode Penelitian