50
BAB III GENDANG MENGKERBOI DALAM UPACARA ADAT
KERJA NJAHAT NCAYUR NTUA
3.1 Kerja Njahat Ncayur Ntua pada Suku Pakpak
Kehidupan terdiri dari dua kutub pertentangan, antara ―hidup‖ dan ―mati,‖
1
yang menjadi paham dasar manusia sejak masa purba sebagai bentuk dualisme keberadaan hidup hingga masa kini Sumardjo, 2002:107. Kematian merupakan
akhir dari perjalanan hidup manusia. Maka kematian pada dasarnya adalah hal yang biasa, yang semestinya tidak perlu ditakuti, karena cepat atau lambat akan
menjemput kehidupan dari masing-masing manusia. Namun, wajar bila kematian bukan menjadi keinginan utama manusia. Berbagai usaha akan selalu ditempuh
manusia untuk menghindari kematian, paling tidak memperlambat kematian itu datang. Idealnya kematian itu datang pada usia yang sudah sangat tua.
Pada umumnya di Provinsi Sumatera Utara, jika seseorang meninggal dunia sebelum dan sesudah jenazah dikebumikan biasanya keluarga akan melaksankan
kegiatan-kegiatan adat menurut etniknya masing masing. Di dalam kebudayaan masyarakat Pakpak, Karo, Toba, Simalungun, dan Mandailing Angkola, jika
seseorang meninggal dalam usia tua karena secara manusiawi tanggung jawab di dalam keluarga sudah selesai, maka akan dirayakan secara meriah. Demikian juga
1
Dalam perspektif hidup, dua kutub yang saling bertentangan ini sebenarnya adalah saling mengisi. Keduanya menjadi sifat alamiah dari dunia dan segala isinya ini. Dua kutub tersebut di
antaranya adalah siang dan malam, pagi dan petang, laki-laki dan perempuan, baik dan jahat, bodoh dan pintar, cantik dan jelek, utara dan selatan, timur dan barat, kiri dan kanan, bangun dan
tidur, tinggi dan pendek, terang dan gelap, dan masih banyak kutub-kutub yang saling berlawanan tetapi intinya saling mmerlukan di ala mini.
Universitas Sumatera Utara
51
dengan suku Pakpak selalu melaksanakan upacara atau kegiatan adat sebelum dan sesudah jenazah seseorang dikebumikan, sesuai dengan adat yang berlaku.
Kerja njahat bagi masyarakat Pakpak berarti upacara adat yang bersifat duka cita, pada umumnya bersifat upacara kematian, meskipun didalam kerja
njahat ada juga upacara lainnya seperti menghubungkan manusia dengan dunia roh. Pada hakekatnya semua kematian dalam masyarakat Pakpak disertai dengan
upacara adat. Jenis dan bentuk upacaranya ditentukan oleh kategori jenis kematiannya.
Dalam konsep etnosains etnik Pakpak, terdapat lima jenis kematian, yang dilihat dari sisi usia dan kualitas yang meninggal saat hidup di dunia. Kelima
jenis kematian itu adalah sebagai berikut. 1 Mate bura-bura koning jika yang meninggal dunia berusia satu hingga lima
tahun, 2 Mate bura-bura cipako jika yang meninggal dunia berusia enam sampai
lima belas tahun, 3 Males bulung buluh jika yang meninngal dunia dana meninggalkan anak
yang masih kecil, 4 Males bulung sampula yang meninggal dunia sudah termasuk berusia tua
tetapi keturunannya belum semua berkeluarga, dan 5 Males bulung sibernae ncayur ntua adalah kategori kematian yang
paling tinggi tingkatannya karena meninggal dalam usia tua dan semua keturunannya sudah berkeluarga dan mempunyai cucu dan bahkan sudah
meningglakan cicit juga.
Universitas Sumatera Utara
52
Mate ncayur ttua bagi masyarakat Pakpak juga disebut palit omban. Palit berarti membuat coretan atau tanda dengan kapur sirih dan omban berarti
sepotong kayu yang digunakan untuk mengorek lobang atau kubur. Terkhusus upacara ncayur tua atau yang disebut juga males bulung sibernae pada
masyarakat Pakpak adalah upacara yang paling tinggi tingkatannya karena pada upacara ini disarankan memotong kerbau atau lembu yang nantinya akan
dijadikan sulang. Proses pemotongan inilah yang disebut mengkerboi. Dahulunya pelaksanaan upacara kerja njahat ncayur ntua pada
masyarakat Pakpak bisa samapai tujuh hari lamanya, itu desebabkan karena hanya orang yang tergolong kaya yang sanggup untuk melaksanakan upacara
tersebut. Pada saat sekarang pelaksanaan upacara kerja njahat ncayur ntua paling lama dilakukan empat hari.
3.2 Tahapan Upacara Adat Kerja Njahat Ncayur Ntua