32
2.3 Sistem Bahasa
Pada umumnya, bahasa yang dipakai oleh masyarakat di Kecamatan Kerajaan adalah bahasa Pakpak, karena mayoritas penduduk di sana adalah suku
Pakpak. Hal ini menyebabkan kehidupan sehari-hari penduduk di sana menggunakan bahasa Pakpak begitu juga dalam acara adat. Terdapat juga sebagian
kecil suku lain seperti suku Batak Toba, Karo, Nias, dan Jawa yang datang ke daerah Kecamatan Kerajaan. Dalam realitas sosial, setelah tinggal beberapa lama di
sana, masyarakat dari suku-suku tersebut diatas sudah mengerti dan fasih menggunakan bahasa Pakpak. Selain bahasa Pakpak, bahasa yang digunakan dalam
komunikasi sehari-hari adalah bahasa Indonesia yang digunakan di tempat-tempat
umum, seperti sekolah, puskesmas dan kantor kelurahan.
Ada beberapa jenis gaya bahasa yang digunakan dalam kehidupan masyarakat
Pakpak, yaitu:
1. Rana telangke yaitu kata-kata perantara atau kata-kata tertentu untuk menghubungkan maksud si pembicara terhadap objek si pembicara.
2. Rana tangis yaitu gaya bahasa yang dituturkan dengan cara menangis atau bahasa yang digunakan untuk menangisi sesuatu dengan teknik bernyanyi
narrative songs atau lamenta dalam istilah etnomusikologi yang disebut tangis mangaliangi bahasa tutur tangis.
3. Rana mertendung yaitu gaya bahasa yang digunakan di hutan. 4. Rana nggane yaitu bahasa terlarang, tidak boleh diucapkan di tengah-tengah
kampung karena dianggap tidak sopan, dan 5. Rebun rana tabas atau mangmang yaitu bahasa pertapa datu atau bahasa
mantera oleh guru Naiborhu, 2002:51.
Universitas Sumatera Utara
33
2.4 Sistem Kekerabatan
Seperti halnya etnik lain, etnik Pakpak juga memiliki sistem kekerabatan yang dapat membedakannya dengan etnik lainnya. Di dalamnya mencakup marga klen,
dan sulang silima, seperti uraian berikut ini.
2.4.1 Marga
Marga dalam kajian antropologi disebut dengan klen yaitu suatu kelompok kekerabatan yang dihitung berdasarkan satu garis unilineal, baik melalui garis
laki-laki patrilineal maupun perempuan matrilineal. Marga pada masyarakat Pakpak bukan hanya sekedar sebutan atau konsep tetapi di dalamnya nilai budaya
yang mencakup norma dan hukum yang berguna untuk mengatur kehidupan sosial. Misalnya dengan adanya marga maka dikenal perkawinan eksogami marga, yakni
adat yang mengharuskan seseorang kawin diluar marganya. Bila terjadi perkawinan semarga maka orang tersebut diberi sanksi hukum berupa pengucilan, cemoohan,
dan malah pengusiran, karena melanggar adat yang berlaku.
2.4.2 Sulang Silima
Sulang silima adalah kelompok kekerabatan yang terdiri dari kula- kula, dengan sebeltek siampun-ampun anak yang paling kecil, serta anak berru. Sulang
silima ini berkaitan dengan pembagian sulangjambar dari daging-daging tertentu dari seekor hewan seperti kerbau, lembu, atau babi yang disembelih dalm konteks
upacara adat masyarakat Pakpak. Pembagian dagingjambar ini disesuaikan dengan hubungan kekerabatannya dengan pihak kesukuten atau yang melaksanakan
Universitas Sumatera Utara
34
upacara. Dalam masyarakat Pakpak, kelima kelompok tersebut masing- masing mempunyai tugas dan tanggung jawab yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain
dalam acara adat. 1
Kula-kula Kula-kula merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam sistem
kekerabatan pada masyarakat Pakpak. Kula-kula adalah kelompokpihak pemberi istri dalam sistem kekerabatan masyarakat Pakpak dan merupakan kelompok yang
sangat dihormati dan dianggap sebagai pemberi berkat oleh masyarakat. Dengan demikian, kula-kula juga disebut dengan istilah Debata Ni Idah Tuhan yang
dilihat. Oleh karena itu, pihak kula-kula ini haruslah dihormati. Sikap menentang kula-kula sangat tidak dianjurkan dalam kebudayaan masyarakat Pakpak. Dalam
acara-acara adat, kelompok kula-kula diwajibkan untuk hadir, termasuk juga dalam adat kematian dan mendapat peran yang penting termasuk juga dalam upacara
kematian. 2
Dengan sebelteksenina Dengan sebelteksenina adalah mereka yang mempunyai hubungan tali
persaudaraan yang mempunyai marga yang sama. Mereka adalah orang-orang yang satu kata dalam permusyawaratan adat. Selain itu, dalam sebuah upacara adat ada
kelompok yang dianggap dekat dengan sebeltek, yaitu senina. Dalam sebuah acara adat, senina dan seluruh keluarganya akan ikut serta dan mendukung acara tersebut.
Secara umum, hubungan senina ini dapat disebabkan karena adanya hubungan pertalian darah, sesubklensemarga, memiliki ibu yang bersaudara, memiliki istri
yang bersaudara dan memiliki suami yang bersaudara.
Universitas Sumatera Utara
35
3 Anak beru
Anak berru artinya anak perempuan yang disebut dengan kelompok pengambil anak dara dalam sebuah acara adat, anak berru lah yang bertanggung
jawab atas acara adat tersebut. Tugas anak berru adalah sebagai pekerja, penanggung jawab dan pembawa acara pada sebuah acara adat. Sedangkan situaan
adalah anak yang paling tua, siditengah adalah anak tengah dan siampun-ampun adalah anak yang paling kecil. Mereka adalah pihak yang mempunyai ikatan
persaudaraan yang terdapat dalam sebuah ikatan keluarga. Kelima kelompok di atas mempunyai pembagian sulang jambar yang
berbeda, yaitu sebagai berikut: Kula-kula pihak pemberi istri dari keluarga yang berpesta akan mendapat sulang per-punca naidep. Situaan orang tertua yang
menjadi tuan rumah sebuah pesta akan mendapat sulang per-isang-isang. Siditengah keluarga besar dari keturunan anak tengah akan mendapat sulang per-
tulan tengah. Siampun-ampun keturunan paling bungsu dalam satu keluarga akan mendapat sulang perekur-ekur. Anak berru pihak yang mengambil anak gadis dari
keluarga yang berpesta akan mendapat sulang perbetekken atau takal peggu. Biasanya penerimaan perjambaren anak berru disertai dengan takal peggu, yang
artinya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar terhadap berjalannya pesta. Anak berru memiliki peran dan tanggungjawab yang besar dalam setiap
pesta, karena anak berru lah yang bertugas untuk menyiapkan serta menghidangkan makanan selama pesta berlangsung. Sulang silima dalam hubungannya dengan
daliken sitelu ini dapat digambarkan seperti pada bagan berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
36
Bagan 2.1 Daliken Sitelu dan Sulang Silima
dalam Kebudayaan Pakpak
2.5 Kesenian 2.5.1 Seni musik
Masyarakat Pakpak membagi alat musiknya berdasarkan bentuk penyajiannya dan cara memainkannya. Berdasarkan cara memainkannya, instrumen
musik tersebut dibagi atas dua kelompok, yaitu gotci dan oning-oningen. Sedangkan berdasarkan cara memainkannya, instrumen musik tersebut terbagi
menjadi beberapa kelompok, yaitu sipaluun alat musik yang dimainkan instrument musik tersebut dibagi atas dua kelompok, yaitu gotci dan oning-oningen.
Sedangkan berdasarkan cara memainkannya, instrument musik tersebut terbagi
Universitas Sumatera Utara
37
menjadi beberapa kelompok, yaitu: sipaluun alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul, sisempulen alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup dan
sipiltiken alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik. Istilah gotci dan oning- oningen sudah mendapat pergeseran arti dikalangan masyarakat Pakpak.
Dalam tulisan Skripsi Sarjana Anna Rosita yang berjudul Deskripsi Organologi Sarune Pakpak
–Dairi halaman 2 menyebutkan bahwa gotci adalah kelompok alat-alat musik yang dimainkan secara ensambel berkelompok.
Sedangkan oning-oning adalah sekelompok alat-alat musik yang dimainkan secara tunggal atau dalam bentuk solo bukan sekumpulan alat-alat musik yang sejenis.
Namun menurut wawancara dengan beberapa pemusik tradisi Pakpak sekarang menyebutkan bahwa gotchi adalah istilah untuk beberapa ensambel seperti:
ensambel genderang sisibah, genderang sipitu-pitu, genderang silima, gendang sidua-dua, gerantung, mbotul dan gung. Sedangkan istilah oning-oningen
digunakan untuk ensambel yang terdiri dari gendang sitelu-telu, gung sada rabaan, lobat aerophone, kalondang xylophone, dan kucapi chordophone, yang pada
penggunaannya di gunakan untuk upacara mbaik seperti upacara pernikahan merbayo.
A Instrumen Musik Berdasarkan Bentuk penyajian
Gotci adalah instrumen musik yang disajikan dalam bentuk seprangkat ansambel yang terdiri dari ensambel genderang sisibah, genderang sipitu-pitu,
genderang silima, gendang sidua-dua, gerantung, mbotul dan oning-oningen. Genderang sisibah adalah seperangkat gendang satu sisi yangterdiri dari
Sembilan buah gendang yang berbentuk konis. Dalam adat, instrumen ini disebut siraja gumeruhguh yaitu sesuai dengan suara yang dihasilkannya dan situasi yang
Universitas Sumatera Utara
38
di iringinya karena ramai dan besarnya acara tersebut. Masing-masing nama dari kesembilan gendang tersebut dari ukuran terbesar hingga ukuran terkecil adalah
sebagai berikut. 1
Genderang I, Si raja gumeruhguh suara bergemuruh dengan pola ritmis menginang-inangi atau megindungi induk.
2 Genderang II, Si Raja Dumerendeng atau Si Raja Menjujuri dengan pola
ritme menjujuri atau mendonggil-donggili mengangungkan, mentakbiri, menghantarkan.
3 Genderang III sd VII, Si Raja Menak-enak dengan pola ritmis benna kayu
sebagai pembawa ritmis melodis menenangkan atau menentramkan. 4
Genderang VIII, Si Raja Kumerincing dengan pola ritmis menehtehi menyeimbangkan.
5 Genderang IX, Si Raja Mengapuh dengan pola ritmis menganak-anaki atau
tabil sondat menghalang-halangi
Universitas Sumatera Utara
39
Gambar 2.2: Genderang Sisibah
Dokumentasi Surung Solin, 2015
Dalam bentuk seperangkat, kesembilan gendang ini dimainkan bersama sama dengan gung sada rabaan seperangkat gung yang terdiri dari empat buah,
yaitu panggora penyeru, poi yang menyahut, tapudep pemberi semangat dan pong-pong yang menetapakan. Instrumen lain yang digunakan adalah sarune
double reed oboe dan cilat-cilat cymbal concussion. Dalam penyajiannya, ansambel ini hanya dipakai pada jenis upacara suka cita kerja mbaik saja pada
tingkatan upacara terbesar atau tertinggi saja. Selanjutnya adalah ensambel genderang sipitu-pitu. Ensambel ini terdiri
dari 7 buah gendang konis yang berasal dari genderang sisibah. Ketujuh gendang ini berasal dari genderang sisibah dengan hanya menggunakan gendang mulai dari
urutan I sampai VII. Instrumen lainnya yang terdapat dalam ensambel ini adalah gung sada rabaan, sarune, dan cilat-cilat sebagaimana yang terdapat dalam
Universitas Sumatera Utara
40
genderang sisibah. Ensambel ini biasanya digunakan untuk kerja mbaik dalam tingkatan tertentu saja.
Selanjutnya adalah ensambel genderang Si lima yaitu seperangkat gendang satu sisi berbentuk konis yang terdiri darai lima buah gendang. Kelima gendang ini
berasal dari genderang sisibah dengan hanya menggunakan gendang pada bilangan ganjil saja diurut dari gendang terbesar, yaitu gendang I, III, V, VII dan IX. Fungsi
dari kelima gendang tersebut sama dengan fungsinya masing-masing seperti pada genderang sisibah. Instrumen lainnya yang terdapat dalam ensambel ini adalah
gung sada rabaan, Sarune, dan cilat-cilat sebagaimana yang terdapat dalam genderang sisibah. Ensambel ini digunakan pada upacara dukacita kerja njahat
saja, seperti upacara Ncayur Ntua, mengongkal tulan mengangkat tulang-tulang pada tingkatan upacara terbesar dan tertinggi secara adat.
Selanjutnya terdapat ensambel gendang sidua-dua. Ensambel gendang ini terdiri dari sepasang gendang dua sisi berbentuk barrel double head two barrel
drums. Kedua gendang ini terdiri dari gendang inangna gendang induk, gendang ibu yaitu gendang yang terbesar dan gendang anakna gendang anak, jantan yaitu
gendang terkecil. Instrumen lain yang terdapat dalam instrument ini adalah empat buah gong gung sada rabaan dan sepasang cilat-cilat simbal. Ensambel ini
biasanya digunakan untuk upacara ritual, seperti mengusir roh penunggu di hutan sebelum diolah menjadi lahan pertanian mendeger uruk dan hiburan saja seperti
upacara penobatan raja atau mengiringi tarian pencak. Kemudian ensambel musik mbotul adalah seperangkat alat musik gong
idiophones berpencu yang terdiri dari 5, 7, atau 9 buah gong. Disusun berbaris diatas rak seperti kenong pada tradisi gamelan Jawa. Dalam penggunaannya,
Universitas Sumatera Utara
41
instrumen ini berperan sebagai pembawa melodi dan secara ensambel dimainkan bersama-sama dengan gung sada rabaan.
Selanjutnya adalah ensambel oning-oningen. Ensambel ini terdiri dari gendang sitelu-telu membranophone single head, gung sada rabaan, lobat
aerophone, kalondang xylophone, dan kucapi chordophone. Ensambel ini digunakan pada upacara suka cita Kerja mbaik seperti upacara penikahan
merbayo dan untuk mengiringi tarian tatak. B
Instrumen Musik Berdasarkan Cara memainkannya Untuk melihat pembagian alat musik tradisional Pakpak dari cara memainkannya,
dapat kita lihat dari tabel berikut.
Tabel 2.1 Pembagian Alat Musik Berdasarkan Cara Memainkannya
No. Cara Memainkan Alat Musik
1. Sipaluun
Genderang, Kalondang, Gung, Cilat-cilat, Ketuk mbotul, Deng-deng, Doal, Gerantung,
Gendang si dua-dua. 2.
Sisempulen Sarune, Lobat, Sordam.
3. Sipiltiken
Kucapi
Universitas Sumatera Utara
42
2.5.2 Seni Suara
Masyarakat Pakpak memiliki beberapa jenis seni suara ataupun nyanyian. Nyanyian yang dimaksud adalah musik vocal. Masyarakat Pakpak member nama
ende-ende baca :nde-nde terhadap semua musik vokalnya. Ada beberapa jenis musik vokal yang terdapat pada masyarakat Pakpak yang dibedakan berdasarkan
fungsi dan penggunaannya masing-masing yaitu sebagai berikut. 1
Tangis milangi atau disebut juga tangis-tangis adalah kategori nyanyian ratapan lamenta yang disajikan dengan gaya menangis. Disebut tangis
milangi karena hal-hal mengharukan yang terdapat didalam hati penyajinya akan ditutur-tuturkan dalam bahasa Pakpak: ibilang-bilangken, milangi
dengan gaya menangis Pakpak: tangis. Ada beberapa jenis tangis milangi yang terdapat pada masyarakat Pakpak, yaitu sebagai berikut.
a. Tangis sijahe adalah jenis nyanyian yang disajikan oleh gadis
female song menjelang pernikahannya. Teks nyanyian ini berisi tentang ungkapan kesedihannya karena akan meninggalkan
keluarganya dan memasuki lingkungan keluarganya. Nyanyian ini ditujukan agar orangorang tua yang mendengar merasa iba dan
memberi petuah-petuah tentang hidup berumah tangga. Nyanyian ini disajikan dalam bentuk melodi yang berubah-ubah repetitif dengan
teks yang berubah-ubah. b.
Tangis anak melumang, nyanyian ini disajikan oleh pria ataupun wanita. Nyanyian ini berisi tentang kesedihan seseorang yang
ditinggal mati orang tuanya. Nyanyian ini biasanya disajikan pada saat-saat tertentu, seperti ketika berada di hutan, di ladang, di sawah
Universitas Sumatera Utara
43
atau tempat-tempat sepi lainnya. Teksnya berubah-ubah dengan melodi yang sama. Tangis si mate adalah nyanyian ratapan lament
kaum wanita ketika salah seorang anggota keluarganya meninggal dunia. Disajikan di depan si mati dan teksnya berisi tentang kisah
hidup si mati, berisi tentang perilaku yang paling berkesan dari si mati semasa hidupnya. Nyanyian ini adalah nyanyian strofik yang
lebih mementingkan isi teks dari pada melodi. 2
Ende mendedah adalah sejenis nyanyian lullaby atau nyanyian menidurkan anak yang dinyanyikan oleh sipendedah pengasuh baik kaum pria maupun
wanita untuk menidurkan atau mengajak si anak bermain. Jenisnya terdiri dari orih-orih, oah-oah dan cido-cido. Ketiga nyanyian jenis nyanyian ini
menggunakan teks yang selalu berubah-ubah dengan melodi yang diulang- ulang repetitif.
a. Orih-orih ialah nyanyian untuk menidurkan anak yang dinyanyikan
oleh sipendedah pengasuh orangtua atau kakak baik pria maupun wanita.Si anak digendong sambil i orih-orihken sambil menina
bobokan si anak dalam gendongan dengan nyanyian yang liriknya berisi tentang nasehat, cita-cita, harapan maupun curahan kasih
sayang terhadap si anak. b.
Oah-oah sering disebut juga dengan kodeng-kodeng, yaitu jenis nyanyian
yang teksturnya sama dengan orih-orih. Yang
membedakannya adalah cara menidurkannya, jika orih-orih disajikan dengan cara menggendong, maka oah-oah disajikan sambil
mengayun si anak dalam ayunan.
Universitas Sumatera Utara
44
c. Cido-cido adalah nyanyian untuk mengajak si anak bermain.
Tujuannya adalah agar si anak merasa terhibur dengan gerakan- gerakan lucu sehingga si anak merasa terhibur dan tertawa. Teks
lagu yang dinyanyikan biasanya berisi tentang harapan-harapan agar kelak si anak menjadi orang yang berguna.
3 Nangan ialah nayanyian yang disajikan pada waktu bersukut-sukuten
mendongeng. Setiap ucapan dari tokoh-tokoh yang terdapat pada cerita tersebut di sajikan dengan cara bernyanyi. Ucapan tokoh yang dinyanyikan
tersebut dalam cerita disebut dengan nangen, sedangkan rangkaian ceritanya disebut sukut-sukuten.
Secara tekstur, cerita sukut-sukuten umumnya berisi tentang pedoman- pedoman hidup dan teladan yang harus dipanuti berdasarkan perilaku yang
yang diperankan oleh tokoh yang terdapat dalam cerita. Persukuten haruslah orang yang cukup ahli menciptakan tokoh-tokoh melalui warna nangen.
Adapun sukut-sukuten yang cukup dikenal oleh masyarakat Pakpak adalah Sitagandera, Nan tampuk mas, Manuk-manuk Si Raja Bayon, Si buah
mburle, dan lain sebagainya. 4
Ende-ende mardembas adalah bentuk nyanyian permainan dikalangan anak- anak usia sekolah yang dipertunjukkan pada malam hari di halaman rumah
pada saat terang bulan purnama. Mereka menari dan membentuk lingkaran dan membuat lompatan kecil sambil bernyanyi secara chorus koor
maupun solo chorus nyayian solo yang disambut dengan koor. Isi teksnya biasanya berisi tentang keindahan alam serta kesuburan tanah kampungnya
Universitas Sumatera Utara
45
dan dinyanyikan dengan pengulangan melodi repetitif serta teks yang berubah-ubah sesuai pesan yang disampaikannya.
5 Ende-ende Memuro Rohi, nyanyian ini termasuk kedalam nyanyian work
song, yaitu nyanyian yang di sajikan pada saat bekerja. Biasanya dinyanyikan ketika berada di ladang atau di sawah untuk mengusir burung-
burung agar tidak memakan padi yang ada di sawah. Kegiatan muro menjaga padi ini biasanya menggunakan alat yang disebut dengan ketter
dan gumpar yang dilambai-lambaikan ke tengah sawah sambil menyanyikan ende-ende memuro rohi.
2.5.3 Seni Tari
Masyarakat Pakpak menyebutkan istilah tari dengan istilah Tatak. Sementara menari disebut tumatak. Penggunaan tatak pada masyarakat Pakpak hampir
diseluruh upacara-upacara maupun kegiatan-kegiatan adat Pakpak. Upacara dalam istilah masyarakat Pakpak disebut kerja. Ada kerja mbaik yaitu acara-acara
sukacita, seperti berikut. 1.
Upacara pernikahan merbayo
Dalam upacara pernikahan pada masyarakat Pakpak, tari atau tatak digunakan dalam hampir setiap rangkaian acara. Orang yang menari atau
tumatak, harus menyesuaikan gerakan sesuai dengan kedudukannya di dalam upacara tersebut, apakah sebagai pihak kula-kula, berru, maupun dengan
sebeltek.
Universitas Sumatera Utara
46
2.
Mendegger uruk.
Pesta ini merupakan pesta syukuran sekaligus mengawali semua kegiatan pertanian yang ada disuatu kampung dan dilakukan oleh satu marga tertentu.
Orang-orang yang hadir dalam upacara ini adalah sulang silima dari pihak marga tersebut. Sama seperti upacara-upacara lainnya, setiap orang yang tumatak harus
menyesuaikan gerakan dengan kedudukannya dalam upacara tersebut. 3.
Mengerumbang Mengerumbang adalah suatu rangkaian upacara adat yang dilakukan
berdasarkan kemampuan suatu keluarga yang ingin membayar atau menyelesaikan semua hutang adat orang tuanya sebelum meninggal, atau dengan kata lain
mengadakan pesta diwaktu orang tua masih hidup. Disini juga dilaksanakan tatak sama seperti upacara-upacara adat lainnya, dimana orang yang tumatak
menyesuaikan kedudukannya pada upacara tersebut. Kerja Njahat yaitu acara-acara yang bersifat dukacita, seperti upacara
kematian. Di dalam kerja njahat, penggunaan gerakan tatak juga berdasarkan kedudukan seseorang pada upacara tersebut.
Dibawah ini merupakan gerakan yang umum digunakan dalam kerja mbaik maupun kerja njahat adalah sebagai berikut.
i Mengera-ngera, merupakan nama gerakan yang mengkolaborasikan
tatak tari dan moccak pencak silat untuk penyambutan sambil memegang serangkaian daun tertentu seperti, bulung daun
silinjuhang, sangkasa mpilit, asar biang, sanggar, bunga sanggar, jabi- jabi, yang dirangkai dan diikat ke kayu sarkea. Pada konteks upacara
sukacita maupun dukacita, gerakan ini dilakukan oleh kaum Beru untuk
Universitas Sumatera Utara
47
menyambut Kula-kula dan bisa saja dilakukan oleh orang yang sengaja diunjuk.
ii Suyuk, gerakan ini digunakan untuk menyambah ataupun
menghormati memasu-masu. Gerakan ini digunakan oleh pihak kula- kula kepada pihak berru yang menyimbolkan pemberian berkat.
iii Mengeleap, gerakan ini adalah gerakan yang secara garis besarnya
menggunakan gerakan tangan dalam suatu tarian. iv
Menerser, gerakan ini adalah gerakan yang secara garis besarnya menggunakan gerakan kaki dalam suatu tarian.
2.6 Sistem Mata Pencaharian
Pada umumnya, mata pencaharian penduduk di Desa Natam Jehe, Kecamatan Kerajaan, Kabupatrn Papak Bharat adalah bercocok tanam. Melihat kondisi tanah
yang subur serta sangat mendukung untuk bercocok tanam, maka tidak heran jika mayoritas penduduk di desa ini bermata pencaharian sebagai petani.
Selain itu, dahulu kala sampai sekarang suku Pakpak dikenal dengan perkemenjen orang yang mencari kemenyan yang khas dengan odong-odong
musik vokalnya, yaitu nyanyian penyadap kemenyan. Demikian pula sebagian warga Desa Natam Jehe, Kecamatan Kerajaan, Kabupatrn Papak Bharat adalah
pencari kemenyan. Adapun jenis tanaman yang yang ditanam adalah padi, baik di sawah atau di
darat, sayur-sayuran, karet dan yang paling mendominasi adalah tanaman kelapa sawit. Sebagian besar lahan pertanian ditanami dengan tanaman kelapa sawit dan
merupakan sumber penghasilan atau pendapatan terbesar bagi penduduk di sana.
Universitas Sumatera Utara
48
Selain bertani, mata pencaharian lainnya adalah berdagang, buruh pabrik, dan ada juga sebagai pegawai negeri sipil dan pegawai swasta.
2.7 Proses Kesinambungan dan Perubahan Budaya Masyarakat Pakpak