Penetapan Uang Pengganti PIDANA TAMBAHAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG

b. Pembayaran uang pengganti c. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 satu tahun. d. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada terpidana. 53

B. Penetapan Uang Pengganti

Penetapan jumlah uang pengganti yang lebih memenuhi rasa keadilan, bahwa penetapan dan penghitungan dari jumlah Uang Pengganti kepada Terdakwa tindak pidana korupsi adalah sejumlah uang negara yang telah dirugikan setelah diperiksa dan diselidiki oleh pihak Kejaksaan. 54 Sedangkan menurut R. Wiyono adalah dengan cara menghitung seperti terdapat di dalam Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 11 Mei 1955 Nomor 26 KSip1955 dan tanggal 15 Januari 1958 Nomor 11 KSip1957, meskipun cara menghitung yang terdapat didalam kedua putusan Mahkamah Agung RI tersebut adalah cara menghitung uang tebusan yang berkaitan dengan gadai tanah. 55 Dengan berpedoman pada kedua putusan Mahkamah Agung RI tersebut, cara menghitung jumlah uang pengganti yang harus dibayar oleh terpidana adalah sebagai berikut : negara yang dirugikan dan terpidana, masing-masing memikul setengah dari perubahan nilai mata uang, diukur dari harga emas pada waktu tindak pidana korupsi dilakukan dan pada waktu pengadilan menjatuhkan putusannya, misalnya : Sebagai akibat dari tindak pidana korupsi yang dilakukan terpidana, negara telah menderita kerugian uang sebesar Rp. 60.000.000,- enam puluh juta rupiah. Harga emas pada saat tindak pidana korupsi dilakukan terpidana Rp. 15.000,- lima belas ribu rupiah per gram, sedang harga emas pada saat pengadilan menjatuhkan putusannya Rp. 45.000,- empat puluh lima ribu rupiah per gram. Uang pengganti yang harus dibayar oleh terpidana adalah ½ x Rp. 45.000,-Rp. 15.000,- x Rp.60.000.000,- = Rp. 90.000.000,-. Dengan cara perhitungan seperti di atas, terpidana tidak akan sampai dapat mengambil keuntungan dari adanya penurunan nilai mata uang. 56 53 Ibid., hal. 131 54 Wawancara dengan Bapak Arfan, Loc.Cit. 55 R.Wiyono., Loc.Cit., hal 134 56 Ibid., hal. 134 Universitas Sumatera Utara Di dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 disebutkan : “….. undang-undang ini memuat juga pidana penjara bagi pelaku tindak pidana korupsi yang tidak dapat membayarkan pidana tambahan berupa uang pengganti keuangan negara”. Penjelasan tersebut berkaitan dengan ketentuan yang terdapat didalam Pasal 18 ayat 3 yang merupakan ketentuan lanjutan dari ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 18 ayat 2. Dari ketentuan yang terdapat dalam Pasal 18 ayat 3 tersebut, dapat diketahui adanya beberapa syarat agar terpidana yang dijatuhi pidana tambahan berupa pembayaran uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat 1 huruf b, dapat dipidana dengan pidana penjara, yaitu : 1. Oleh Pasal 18 ayat 3 ditentukan : “terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf b”, artinya dalam tenggang waktu 1 satu bulan sesudah putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap, ternyata disamping terpidana sudah tidak mempunyai lagi uang tunai untuk membayar uang pengganti, juga hasil lelang dari harta benda kepunyaan terpidana yang telah disita oleh jaksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat 2 tidak mencukupi untuk membayar uang pengganti; 2. Lamanya pidana penjara oleh Pasal 18 ayat 3 ditentukan : “tidak melebihi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai dengan ketentuan dalam undang- undang ini”, artinya pidana penjara yang dijatuhkan kepada terpidana karena tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti, tidak boleh melebihi ancaman maksimum pidana penjara dari ketentuan tentang tindak pidana korupsi yang telah dilakukan oleh terpidana; 3. Lamanya pidana penjara tersebut oleh Pasal 18 ayat 3 ditentukan : “sudah ditentukan dalam putusan pengadilan”, artinya pada waktu pengadilan menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana korupsi, di dalam putusan pengadilan tersebut sudah ditentukan atau dicantumkan lamanya pidana penjara yang dijatuhkan oleh pengadilan terhadap terpidana jika sampai terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti. 57 Dengan adanya ketentuan yang terdapat dalam Pasal 18 ayat 3 tersebut, untuk waktu yang akan datang, terdapat kecenderungan bahwa pengadilan pada waktu menjatuhkan putusan pidana tambahan berupa pembayaran uang pengganti 57 Ibid., hal. 134-135. Universitas Sumatera Utara kepada pelaku tindak pidana korupsi didalam putusannya akan selalu mencantumkan pula pidana penjara sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 18 ayat 3. Jika di dalam putusan pengadilan tidak sampai dicantumkan pidana penjara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat 3, akan timbul masalah seandainya uang pengganti tidak dapat dibayar seluruhnya atau sebagian oleh terpidana. Pasal 34 huruf c undang-undang Nomor 3 1971 dan pasal 18 ayat 1 huruf b hanya menetapkan rumusan sederhana mengenai besarnya uang pengganti yaitu sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari korupsi, maka dapat ditafsirkan besarnya uang pengganti dapat dihitung berdasarkan nilai harta si terdakwa yang diperoleh dari tindak pidana korupsi yang di dakwakan. Maka untuk menentukan besarnya uang pengganti, pertama-tama hakim harus secara cermat memilah-milah bagian mana dari keseluruhan harta terdakwa yang berasal dari tindak pidana korupsi yang didakwakan kepadanya dan mana yang bukan. Setelah melakukan pemilahan, hakim kemudian baru dapat melakukan perhitungan berapa besaran uang pengganti yang akan dibebani. Kedua, perhitungan besaran uang pengganti akan sulit dilakukan apabila aset terdakwa yang akan dinilai ternyata telah dikonversi dalam bentuk aset yang berdasarkan sifatnya mempunyai nilai fluktuatif, yang nilainya terus berubah. Salah seorang pejabat kejagung. Yoseph Suardi Sabda saat itu menjabat sebagai Direktur Perdata mengatakan pengaturan rumusan jumlah uang pengganti dalam undang-undang korupsi yang berlaku saat ini sangat membingungkan. Disebutkan lebih baik menggunakan pemahaman bahwa uang pengganti disamakan saja dengan Universitas Sumatera Utara kerugian negara yang ditimbulkan. Dengan menetapkan besaran uang pengganti sama dengan jumlah kerugian negara maka sisi positifnya adalah menghindari kerepotan hakim dalam memilah dan menghitung aset terpidana karena besarannya sudah jelas serta memudahkannya pengembalian keuangan negara yang disebabkan oleh tindak pidana korupsi. 58 Pada prakteknya, dengan konsep ini hakim pasti akan menemui kesulitan dalam menentukan besaran uang pengganti. Pertama, hakim akan sulit memilah- milah mana aset yang berasal dari korupsi dan mana yang bukan, karena pada perkembangannya kompleksitas suatu tindak pidana korupsi semakin meningkat. Selain itu, untuk melakukan hal ini jelas butuh keahlian khusus serta data dan informasi yang lengkap. Belum lagi kalau kita bicara soal waktu yang tentunya tidak sebentar, apalagi jika harta yang akan dihitung berada di luar negeri sehingga membutuhkan birokrasi diplomatik yang pasti sangat rumit dan memakan waktu. 59 Mengenai penentuan pidana pembayaran uang pengganti berpedoman pada Surat Jaksa Agung No. B-28AFt.1052009 tanggal 11 Mei 2009, mengenai petunjuk kepada jaksa penuntut umum dalam membuat surat tuntutan yang salah satu diantara petunjuk adalah mengenai pidana pembayaran uang pengganti yaitu : 1. Kewajiban membayar uang pengganti sedapat mungkin langsung ditujukan kepada instansi yang dirugikan sebagai akibat dari tindak pidana korupsi. Amar surat tuntutan : “membayar uang pengganti kepada Negara institusi yang dirugikan sebesar ....dst. 2. Untuk memberikan rasa keadilan kepada terpidana yang membayar uang pengganti tetapi hanya sebagian tidak penuh dari pidana dalam putusan, maka didalam amar tuntutan supaya ditambahkan klausul: “apabila terdakwa terpidana membayar uang pengganti, maka jumlah uang pengganti yang dibayarkan tersebut akan diperhitungkan dengan lamanya pidana tambahan berupa pidana penjara sebagai pengganti dari kewajiban membayar uang pengganti. 3. Terhadap kewajiban pembayaran uang pengganti yang terdakwanya lebih dari satu orang supaya di dalam Amar tuntutan disebutkan secara jelas dan pasti 58 Efi Laila Kholis, Loc.Cit, hal. 18 59 Ibid. Universitas Sumatera Utara jumlah kepada masing-masing terdakwa dan tidak boleh disebutkan secara jelas dan pasti jumlah kepada masing-masing terdakwa dan tidak boleh disebutkan secara tanggung renteng karena tidak akan memberikan kepastian hukum dan menimbulkan kesulitan dalam eksekusi. Kesulitan eksekusi yang terjadi baik menyangkut jumlah uang pengganti yang harus dibayar oleh masing-masing terdakwaterpidana maupun terhadap terpidana yang tidak membayar atau membayar sebagian uang pengganti sehingga harus menjalani hukuman badan sebagai pengganti dari kewajiban membayar uang pengganti tersebut. 4. Apabila tidak diketahui secara pasti jumlah yang diperoleh dari tindak pidana korupsi oleh masing-masing terdakwaterpidana, maka salah satu cara yang dapat dipedomani untuk menentukan besarnya uang pengganti yang akan digunakan kepada masing-masing terpidanaterdakwa adalah menggunakan kualifikasi “turut serta” dalam pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHAP. 5. Untuk pelaksanaan petunjuk penentuan besaran uang pengganti supaya dilaksanakan secara tertib dengan administrasi yang dapat dipertanggung jawabkan disertai bukti-bukti yang akurat yang dapat dipergunakan sebagai bahan pelaporan hasil penyelamatan kerugian keuangan Negara oleh Kejaksaan Agung. 60

C. Prosedur Penyelesaian Pembayaran Uang Pengganti