suatu simplisia. Senyawa yang bersifat polar dan larut dalam air akan tersari oleh air. Sedangkan senyawa-senyawa yang tidak larut dalam air dan larut dalam
etanol akan tersari oleh etanol. Penetapan kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui kandungan mineral
internal yang terdapat didalam simplisia yang diteliti serta senyawa organik yang tersisa selama pembakaran.
Penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam ditetapkan untuk melihat kandungan mineral ekstrak. Zat-zat ini dapat berasal dari senyawa oksida-
oksida anorganik. Kadar abu total yang tinggi menunjukkan adanya zat anorganik logam-logam Ca, Mg, Fe, Cd dan Pb yang sebahagian mungkin berasal dari
pengotoran. Kadar logam berat yang tinggi dapat membahayakan kesehatan, oleh sebab itu perlu dilakukan penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam
untuk memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung logam berat tertentu melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya toksik bagi kesehatan.
4.3 Hasil Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia dan Ekstrak
Skrining fitokimia terhadap serbuk simplisia dan ekstrak etanol biji pepaya dilakukan untuk mendapatkan informasi golongan senyawa metabolit sekunder
yang terdapat di dalamnya. Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol biji pepaya dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Hasil Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia dan Ekstrak Biji Pepaya No Golongan Senyawa
Hasil Pemeriksaan Simplisia
Ekstrak
1 Alkaloid
+ +
2 Flavonoid
+ +
3 Tanin
+ +
4 Saponin
+ +
5 Steroidtriterpenoid
+ +
6 Glikosida
+ +
Keterangan: + positif : mengandung golongan senyawa
- negatif : tidak mengandung golongan senyawa
Hasil skrining menunjukkan bahwa simplisia dan ekstrak etanol biji pepaya mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tanin, saponin,
glikosida, dan steroidtriterpenoid.
4.4 Hasil Pengujian Ekstrak Etanol Biji Pepaya Terhadap Kadar Kolesterol
Total pada Tikus
Pada penelitian ini, digunakan propiltiourasil sebagai penginduksi endogen dan kuning telur sebagai penginduksi eksogen dalam mempengaruhi nilai profil
lipid pada tikus. Hasil pengujian EEBP terhadap kadar kolesterol total pada tikus disajikan
pada Tabel 4.3 dan grafik pada Gambar 4.1.
Tabel 4.3 Hasil rata-rata kadar kolesterol total mgdl pada tikus setelah
perlakuan 21 hari Tikus
Kelompok Perlakuan Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5
1 77
101 73
59 53
2 70
99 75
62 56
3 64
103 79
58 61
4 66
112 63
62 47
N 4
4 4
4 4
∑ 277
415 290
241 217
X 69,25
103,75 72,5
60,25 54,25
SD 5,7373
5,7373 6,8068
2,0615 5,8523
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa rata-rata kadar kolesterol total paling tinggi yaitu pada kelompok 2 sebesar 103,75 ± 5,7373 mgdl, dan paling rendah pada
kelompok 5 sebesar 54,25 ± 5,8523 mgdl.
Gambar 4.1 Diagram rata-rata kadar kolesterol total mgdl serum tikus setelah
perlakuan 21 hari Ket: Kelompok 1 : Pakan biasa + air minum
Kelompok 2 : PTU 9 mgkg bb + kuning telur Kelompok 3 : PTU 9 mgkg bb + kuning telur + Simvastatin 0,9 mgkg bb
Kelompok 4 : PTU 9 mgkg bb + kuning telur + EEBP 200 mgkg bb Kelompok 5 : PTU 9 mgkg bb + kuning telur + EEBP 400 mgkg bb
Berdasarkan uji ANOVA, kadar kolesterol total pada kelompok 2 berbeda secara signifikan dibandingkan dengan kelompok 1, kelompok 3, kelompok 4, dan
kelompok 5 p 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian propiltiourasil dan kuning telur puyuh dapat meningkatkan kadar kolesterol total pada tikus.
Dibandingkan antara kelompok 2 dengan kelompok 3 yaitu terdapat perbedaan secara signifikan dengan p = 0,000 p 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian simvastatin dapat menurunkan kadar kolesterol total. Menurut
69,25 103,75
72,5 60,25
54,25 20
40 60
80 100
120
1 2
3 4
5
K a
d ar
k o
le ste
r o
l to
tal m
g d
l
Kelompok perlakuan
Universitas Sumatera Utara
Williams 2005, simvastatin dapat menurunkan kadar kolesterol total sebesar 15- 40.
Dibandingkan antara kelompok 2 dengan kelompok 4 dan kelompok 5 yaitu terdapat perbedaan secara signifikan dengan p = 0,00 p 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa EEBP dapat menurunkan kadar kolesterol total pada tikus. Dibandingkan antara kelompok 3 dengan kelompok 4 dan kelompok 5
yaitu terdapat perbedaan secara signifikan dengan p = 0,044 dan p = 0,002 p 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efek yang ditimbulkan
antara simvastatin dengan EEBP dalam menurunkan kadar kolesterol total pada tikus. Besarnya perbedaan efek sebanding dengan peningkatan dosis pada EEBP.
Dibandingkan antara kelompok 4 dengan kelompok 5 yaitu tidak terdapat perbedaan secara signifikan dengan p = 0,551 p 0,05. EEBP dosis 400 mgkg
bb tetap memberikan efek penurunan terhadap kadar kolesterol total pada tikus dengan rata-rata kadar kolesterol totalnya sebesar 54,25 ± 5,8523 mgdl.
Propiltiourasil bekerja sebagai antitiroid yang menghambat sel-sel tiroid pada tikus sehingga produksi hormon tiroid terhambat dan mengakibatkan
hipotiroidisme Febrina, dkk., 2009. Propiltiourasil menyebabkan penurunan kadar kolesterol di hati melalui inhibisi aktivitas HMG Co-A reduktase Rizos, et
al., 2011. Inhibisi aktivitas HMG Co-A reduktase menyebabkan berkurangnya sintesis kolesterol dihati. Meskipun demikian, pada hipotiroidisme terjadi
peningkatan kadar kolesterol di darah. Peningkatan ini tidak diimbangi oleh tingginya aktivitas reseptor LDL karena adanya down-regulasi penurunan
jumlah reseptor LDL akibat inhibisi SREBP-2 Sterol Regulatoy Element Binding Protein-2 yang berperan dalam transkripsi gen reseptor LDL. Akibatnya,
Universitas Sumatera Utara
kolesterol yang terakumulasi didarah terutama dalam bentuk LDL tidak dapat dimetabolisme di hati. Selain itu, kuning telur puyuh memiliki kandungan
kolesterol yang paling tinggi dibandingkan dengan kuning telur unggas lain yaitu sebesar 2139,17 mg100 g sehingga mampu meningkatkan kadar kolesterol
Dwiloka, 2003. Penurunan kadar kolesterol total disebabkan kandungan senyawa berupa
flavonoid, tanin, dan saponin yang ada pada EEBP. Flavonoid diketahui dapat menurunkan kadar kolesterol total karena merupakan kofaktor dari enzim
kolesterol esterase. Selain itu, flavonoid dapat meningkatkan sekresi getah empedu melalui pengaktifan enzim sitokrom P-450. Enzim sitokrom P-450
mengikat beberapa komponen dalam getah empedu sehingga mengurangi kadar kolesterol didalam tubuh Oliveira, et al., 2007. Saponin dalam EEBP
membentuk kompleks tidak larut dengan kolesterol sehingga mencegah absorbsi kolesterol di usus halus. Selain itu saponin mengurangi absorbsi getah empedu
dengan membentuk kompleks misel yang tidak dapat diabsorbsi karena berat molekulnya terlalu besar Matsui, et al., 2009. Sedangkan tanin dalam EEBP
dapat mengurangi absorbsi kolesterol di usus halus dan meningkatkan sekresi asam empedu dengan mekanisme yang sama seperti saponin serta dapat
meningkatkan reverse cholesterol transport Tebib, et al., 1994.
4.5 Hasil Pengujian Ekstrak Etanol Biji Pepaya Terhadap Kadar