b. Syarat objektif
Syarat objektif adalah syarat yang menyangkut pada objek perjanjian itu sendiri, yang meliputi:
1 Suatu hal tertentu,
2 Suatu sebab yang halal.
Apabila syarat objektif tidak terpenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum atau batal dengan sendirinya, artinya sejak semula tidak pernah dilahirkan
suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan.
3. Asas-asas Hukum Perjanjian
Di dalam membuat suatu perjanjian tentunya harus memperhatikan asas- asas yang ada pada perjanjian tersebut. Hukum perjanjian Indonesia mengenal
asas penting yang merupakan dasar kehendak pihak-pihak untuk mencapai tujuan, beberapa asas yang berkaitan dengan perjanjian, yaitu:
40
a. Asas kebebasan berkontrak freedom of contract
Asas kebebasan berkontrak terdapat dalam Pasal 1338 Kitab Undang- undang Hukum Perdata
yang berbunyi “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya”.
41
Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:
42
40
Johannes Ibrahim, Pengimpasan Pinjaman dan Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Perjanjian Kredit Bank, Jakarta: CV. Utomo, 2003, hlm. 37
41
Pasal 1338, Kitab Undang-undang Hukum Perdata
42
Johannes Ibrahim, Loc.Cit
Universitas Sumatera Utara
1 Membuat atau tidak membuat perjanjian.
2 Mengadakan perjanjian dengan siapapun.
3 Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratan, serta
4 Menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan.
b. Asas konsensualisme concensualism
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 Ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Pada pasal tersebut ditentukan
bahwa salah satu syarat sahnya suatu perjanjian adalah adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Sejak saat itu perjanjian
mengikat dan mempunyai akibat hukum. Asas ini merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan
secara formal, melainkan cukup dengan secara lisan saja, artinya dapat dipercaya dengan kata-kata yang diucapkannya.
43
c. Asas kepastian hukum pacta sunt servanda
Asas kepastian hukum dapat dilihat pada Pasal 1338 Ayat 1 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata yang menyatakan “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya”.
44
Artinya bahwa kedua belah pihak wajib mentaati dan melaksanakan perjanjian yang telah disepakati sebagaimana
mentaati undang-undang. Oleh karena itu, akibat dari asas kepastian hukum ini adalah perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali tanpa
persetujuan dari pihak lain. Hal ini disebutkan dalam Pasal 1338 Ayat
43
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hlm. 296
44
Pasal 1338 Ayat 1, Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Universitas Sumatera Utara
2 Kitab Undang- undang Hukum Perdata yaitu “Suatu perjanjian tidak
dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup
untuk itu.
45
d. Asas itikad baik good faith
Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 Ayat 3 Kitab Undang- undang Hukum Perdata yang berbunyi “Perjanjian harus dilaksanakan
dengan itikad baik”.
46
Asas ini merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak
berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak. Asas itikad baik ini terbagi menjadi dua macam,
yaitu:
47
1 Itikad baik dalam arti subjektif, yaitu kejujuran seseorang dalam
melakukan suatu perbuatan hukum yaitu apa yang terletak pada sikap batin seseorang pada waktu diadakan perbuatan hukum.
Itikad baik dalam arti subjektif ini diatur dalam Pasal 531 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata yang mengatakan “Kedudukan itu beritikad baik, manakala si yang memegangnya memperoleh
kebendaan tadi dengan cara memperoleh hak milik dalam mana tak tahulah dia akan cacat cela yang terkandung didalamnya”.
48
45
Pasal 1338 Ayat 2, Kitab Undang-undang Hukum Perdata
46
Pasal 1338 Ayat 3, Kitab Undang-undang Hukum Perdata
47
Johanes Ibrahim, Op.Cit, hlm. 38
48
Pasal 531, Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Universitas Sumatera Utara
2 Itikad baik dalam arti objektif, yaitu penilaian terletak pada akal
sehat dan keadilan serta dibuat ukuran yang objektif untuk menilai keadaan menurut norma-norma yang objektif.
e. Asas kepribadian personality
Asas kepribadian ini berhubungan dengan subjek yang terikat dalam suatu perjanjian. Asas kepribadian ini diatur dalam Pasal 1340 Ayat
1 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa “Suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya”.
49
pernyataan ini mengandung arti bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya.
4. Berakhirnya perjanjian