Akibat Terjadinya Wanprestasi Wanprestasi Dalam Perjanjian

3. Akibat Terjadinya Wanprestasi

Seorang debitur sudah diperingatkan atau sudah dengan tegas ditagih janjinya, maka jika pihak debitur tetap tidak memenuhi prestasi yang diperjanjikannya, pihak debitur itu berada dalam keadaan lalai atau alpa dan terhadap debitur yang lalai dapat dikenakan empat sanksi yaitu: 62 a. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur, Adapun ganti rugi yang dikenalkan dalam Pasal 1243 Kitab Undang-undang Hukum Perdata adalah: 63 1 Biaya, biaya merupakan segala pengeluaran dan perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh pihak kreditur. 2 Rugi, rugi merupakan setiap kerugian yang disebabkan karena kerusakan barang yang merupakan kepunyaan kreditur yang timbul sebagai akibat kelalaian debitur. 64 3 Bunga, bunga merupakan kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang sudah dibayangkan dan dihitung oleh kreditur. Ketentuan tentang ganti rugi ini diatur dalam Pasal 1248 sampai dengan Pasal 1251 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, oleh undang-undang diberikan ketentuan tentang apa yang dapat dimasukan dalam ganti rugi tersebut. Dapat dikatakan ketentuan-ketentuan itu merupakan pembatasan dari apa yang boleh dituntut sebagai ganti rugi. Dengan demikian seorang debitur yang lalai, masih dilindungi oleh undang-undang terhadap kewenangan si kreditur. 65 62 Wan Sadjaruddin Baros, Op.Cit, hlm. 8 63 Pasal 1243, Kitab Undang-undang Hukum Perdata 64 R Subekti , Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bandung: Bina Cipta, 1979, hlm. 49 65 Nasrani, “Tinjauan Hukum Mengenai Penyelesaian Wanprestasi Yang Timbul Pada Perjanjian Kredit Bank”, Medan, Universitas Sumatera Utara, 2005, hlm. 45 Universitas Sumatera Utara Pasal 1248 Kitab Undang-undang Hukum Perdata mengatakan: 66 “Bahkan hal jika tidak dipenuhinya perjanjian itu disebabkan karena tipu daya si berhutang, penggantian biaya, rugi dan bunga sekadar mengenai kerugian yang dideritanya oleh si berpiutang dan keuntungan yang terhilang baginya, hanyalah terdiri atas apa yang merupakan akibat langsung dari tak dipenuhinya perikatan.” b. Pembatalan perjanjian, pembatalan perjanjian, bertujuan membawa kedua belah pihak kembali kepada keadaan sebelum perjanjian diadakan. Kalau pihak kreditur sudah menerima prestasi dari pihak debitur, baik uang ataupun barang, maka itu harus dikembalikan. Masalah pembatalan perjanjian karena adanya kelalaian pihak debitur ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada Pasal 1266 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang antara lain menganggap bahwa syarat batal selamanya dianggap tercantum dalam perjanjian dalam timbal balik. Meskipun pembatalannya harus dimintakan kepada hakim, jadi pembatalan suatu perikatan tidak terjadi dengan sendirinya dengan adanya wanprestasi itu, melainkan harus dimintakan kepada hakim dan hakimlah yang membatalkan perjanjian itu dengan keputusannya. 67 Dengan demikian wanprestasi hanyalah sebagai alasan hakim untuk menjatuhkan keputusannya yang membatalkan perjanjian itu. Karenanya hakim menurut keadaan berwenang untuk memberikan tenggang waktu kepada debitur untuk memenuhi prestasinya. Dalam 66 Pasal 1248, Kitab Undang-undang Hukum Perdata 67 Nasrani, Op.Cit, hlm. 46 Universitas Sumatera Utara memberikan waktu tersebut hakim harus mempertimbangkan apakah debitur dapat memenuhi prestasinya, dan apakah prestasi itu ada manfaatnya bagi kreditur. Tenggang waktu yang diberikan untuk memenuhi prestasinya ini disebut dengan terme de grace jangka waktu pengampunan. Apabila tenggang waktu yang ditentukan dalam mana pihak debitur harus memenuhi kewajibannya telah lampau dan debitur masih dalam keadaan wanprestasi, maka hal ini berakibat harta benda milik debitur akan dieksekusi atau dilelang untuk memenuhi tuntutan dari krediturnya, dalam hal ini apabila ternyata pihak debitur ada meminjam sebagian harta bendanya dalam bentuk gadai, fidusia maupun hipotik maka ekseskusinya dilakukan terhadap barang jaminan tersebut. c. Peralihan risiko, peralihan risiko atas kelalaian seorang debitur disebut dalam Pasal 1237 Ayat 2 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Yang mengatakan “Jika si berutang lalai akan meyerahkannya, maka semenjak saat kelalaian, kebendaan adalah atas tangg ungannya.” 68 d. Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan dimuka hakim, tentang pembayaran ongkos biaya perkara sebagai sanksi ke empat bagi seorang debitur yang lalai adalah tersimpul dalam suatu peraturan Hukum Acara, bahwa pihak yang dikalahkan wajib membayar biaya 68 Pasal 1237 Ayat 1, Kitab Undang-undang Hukum Perdata Universitas Sumatera Utara perkara terdapat pada Pasal 181 Ayat 1 HIR. Seorang debitur yang lalai tentu akan dikalahkan sampai terjadi perkara dimuka hakim. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah